Wayang Keroncong – Behind The Actors berhasil menyabet penghargaan the Best Puppet Maker dalam Red Mood Festival di Moskow, Rusia./Hendra Permana
JAKARTASATU – Kelompok teater asal Bandung Jawa Barat, Behind The Actors sukses meraih penghargaan the Best Puppet Maker dalam ajang Red Mood Festival di Moskow Rusia pada  3-5 November 2017 lalu.
Wayang keroncong berhasil mendapatkan Pengahargaan karena wayang keroncong secara penampilan dinilai sangat unik dan menarik dan berkualitas.
Red Mood Festival merupakan festival boneka internasional yang telah berlangsung selama empat tahun berturut-turut.
Sejumlah negara sudah pernah ambil bagian dalam festival yang diadakan di Red Theatre, di pinggiran kota Moskow. Negara yang pernah ikut serta di antaranya Belarus, Belgia, Yunani, Prancis, dan Georgia.

Pertunjukkan wayang keroncong berupa permainan wayang golek dengan iringan musik keroncong yang kali ini membawakan lakon “Kumbakarna Pejah” menghibur para penonton, termasuk anak-anak yang memenuhi gedung pertunjukan.

Penampilan Wayang keroncong “Kumbakarna Pejah” berkisah tentang raksasa baik hati bernama Kumbakarna yang juga merupakan adik dari Rahwana.

Rahwana meminta adiknya tersebut untuk berperang membela negara melawan serangan Rama. Rama menyerang kerajaan Alengka demi mengambil kembali Sinta, kekasihnya, yang direbut paksa oleh Rahwana.

 Kumbakarna tetap turun berperang, tapi bukan karena setuju dengan perbuatan kakaknya, melainkan demi membela negara. Kumbakarna berperang dengan gagah perkasa di Gunung Suwela melawan Rama yang dibantu oleh pasukan monyet.
 Kumbakarna akhirnya gugur akibat panah yang ditembakan oleh Lesmana, salah seorang prajurit Rama. Menjelang ajalnya, Kumbakarna masih berperang dengan sisa-sisa tenaganya, yang membuat ia dihormati baik oleh kawan maupun lawannya.
Wayang-wayang golek yang dimainkan oleh dalang Atjep Hidayat, didukung Asep Budiman sebagai sutradara/aktor, Hendra Permana sebagai manajer/aktor dan Syarif Maulana sebagai penata musik menarik perhatian penonton.
“Keunikan dan keragaman budaya Indonesia sangat digemari masyarakat Rusia, seperti wayang golek ini dan juga bahkan wayang kulit yang pernah dipentaskan di Festival Indonesia. Masyarakat Rusia pada dasarnya menyukai karya-karya klasik,” kata Duta Besar Wahid saat menerima kelompok Behind The Actors di KBRI Moskow, Selasa (7/11/2017).

Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M. Wahid Supriyadi menyampaikan apresiasi tinggi atas kiprah Behind The Actors yang secara tidak langsung telah turut memerankan diplomasi budaya Indonesia di Rusia.

 “Sangat mengejutkan bagaimana teater sudah demikian diperkenalkan pada anak-anak sejak dini di Rusia. Mereka larut dalam emosi. Apresiasinya tinggi,” uajr Syarif Maulana yang juga dosen di Fakultas Seni Rupa dan Desain IT tim Behind The Actors.
Uniknya, semua anggota juri adalah murid-murid Sekolah Teater dan mereka juga mewawancarai para artis pertunjukkan. “Kita kagum anak-anak itu cukup profesional dan sangat obyektif,” tambah Syarif.
Sementara itu Asep Budiman mengatakan, “Kami ikut dalam festival sangat positif karena kami ingin memperkenalkan budaya Indonesia ke luar negeri, khususnya di negeri lain seperti Rusia,” jelasnya.
Hendra Permana yang juga tim Behind The Actors menilai bahwa Red Mood Festival adalah kegiatan sangat penting karena didominasi oleh anak-anak, baik dari segi penonton maupun penjuriannya.
“Penanaman nilai kebudayaan sejak dini akan menciptakan masa depan yang lebih beradab. Semoga hal seperti ini ditiru juga oleh bangsa kita,” paparnya.

 

Sejumlah negara sudah pernah ambil bagian dalam festival yang diadakan di Red Theatre, di pinggiran kota Moskow. Negara yang pernah ikut serta di antaranya Belarus, Belgia, Yunani, Prancis, dan Georgia.

Selain Behind The Actors, Red Mood Festival yang keempat ini diikuti juga oleh berbagai kelompok teater, yaitu Sacvoyage, Trilika, dan Hello! dari Rusia dan The Home of The Sun dari Belarus.

Kini bagi penggiat teater yang ada di Indonesia, Behinf The Actors punya tanggung jawab untuk menciptakan jejaring dengan teaterawan dengan skala Internasional.

Kesadaran untuk menciptakan networking dalam kerja teater adalah sebuah subtansial untuk bertukar ide dan gagasan. Kreativitas teater Indonesia tidak kalah dengan dunia teater barat yang memiliki teknilogi tinggi. Indonesia memiliki teater tradisi yang sangat tinggi.

Kreativitas tradisi yang menjadi sumber gagasan penciptaan wayang keroncong, aadalah buah dari silaturahmi behind the actors mengikuti festival festival teatet dunia. Tradisi Indonesia tidak akan bisa dimiliki oleh negara negara yang ada di dunia.

 Setelah pertunjukkan selesai, sambutan antusiasme tinggi datang dari penonton, khususnya anak-anak yang mengerubungi Behind The Actors untuk memegang wayang golek, mencoba memainkannya dan bahkan berfoto bersama. Ada juga yang mengajukan berbagai pertanyaan mengenai wayang golek, cara pembuatannya, hingga memainkannya.
Prestasi Behind The Actors sudah pernah mengikuti berbagai festival dan sering mendaoat penghargaan yang terbaik misalnya di Taiwan, Vietnam, Turki, dan Swedia. Sekali lagi untuk Wayang Keroncong. Bravo..!!!  |AME