Fahri dan Setnov

JAKARTASATU– Ketua DPR RI, Setya Novanto masih menjadi perbincangan hangat di kalangan elit dan atau pejabat negara karena diduga terlibat kasus korupsi yang ditaksir merugikan negara Rp. 2,3 triliun. Namun demikian hangatnya, kawan di legislative yang juga merupakan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah nampak membela Ketum Golkar (kini: Plt Idrus Marham).

Fahri pun tidak masalah sepertinya tidak masalah dengan stigma tersebut. Malah dia tetap melanjutkan cuitannya soal Setya Novanto. Berikut cuit lengkapnya, walau ia sudah diingatkan temannya agar tidak “membela” Setnov, kemarin, Senin, 20 Nopember 2017 melalui akun Twitter pribadi miliknya:

“Setelah SN dipaksa menjadi tersangka ada bagusnya saya menulis kesan saya kepada situasi sekarang. Sebab ada banyak orang yang menelpon saya atau bertemu saya meminta agar saya berhenti berbicara tentang Setya Novanto.

Sebab katanya itu membuat saya nampak membelanya. Dan membela Setya Novanto hari ini adalah kejahatan luar biasa.

Saya dinasehati agar menjaga nama baik dan memikirkan masa depan yang bisa hancur oleh sesuatu yang nampak bersimpati kepada orang yang dianggap koruptor kelas kakap ini. Lama saya memikirkan ini, karena teguran bahkan juga masuk melalui rumah. Luar biasa pikiran saya, padahal memang saya tidak mengenal siapa SN sampai saya menjadi pimpinan DPR bersamanya sejak akhir 2014.

Kata teman saya, “Menjadi anggota DPR saja sudah merusak citramu apalagi kemudian menjadi pembela ketua DPR bernama Setya Novanto, bisa hancur lu, Ri”, demikian nasehat bernada kecaman.

Tapi bismillah, saya percaya kepada hati saya. Saya percaya bahwa setelah pengadilan manusia dan negara, ada yang lebih penting yaitu pengadilan Allah di akhirat kelak. Pengadilan yang lebih akurat dan adil serta tempat ketika kita tidak bisa mengelak dan berbohong.

Karena mana mungkin juga saya berhenti berbicara tentang Setya Novanto. Semua orang sedang membicarakannya. Pertama dia pimpinan DPR dan sampai sekarang dia masih pimpinan DPR. Saya juga pimpinan DPR dan sebagai wakil saya juga merasa bahwa situasi harus dijelaskan.

Kalau dalam penjelasan saya nampak membela semata-mata karena azas praduga tak bersalah masih berlaku. Dia sudah tersangka dan ditahan tapi azas itu berlaku sampai ujung waktu. Kedua, dia telah menjadi teman saya. Dan saya harus terima dia dengan segala kelemahan dan kelebihannya.

Teman adalah teman dan kesetiaan ditunjukkan dalam keadaan susah. Orang susah jangan ditinggal. Paling tidak kita temani dengan doa. Saya tidak pernah hadir sekalipun dalam pesta Setya Novanto kecuali pesta anaknya menikah.

Saya tidak punya bisnis dan saya tidak punya urusan keuangan dengan Setya novanto. Berkali dia ingin membantu saya secara keuangan saya kembalikan. Karena sejak awal saya tidak mau pekerjaan kita melampaui profesionalisme. Saya juga sering memberikan masukan sebab saya merasa beliau banyak salah menempatkan posisi bisnisnya dan teman bisnisnya dari masa lalu.

Saya nasehati persoalan aturan dan etika agar dia membatasi diri. Tetapi saya tidak tahu asalkan itu tidak terjadi di tempat kerja saya maklumi. Itulah hidup dia dulu.

Jangan lupa, dia pengusaha bukan pegawai negeri. Orang lupa, politisi adalah jabatan yang diisi oleh rakyat pada umumnya. Ada mantan guru, polisi, TNI, dokter, pegawai, pensiunan, juga pengusaha dan pedagang. Maka gaya hidup politisi memang tidak bisa dibuat standar seperti pegawai negeri.

Apalagi anggota legislatif, jumlahnya banyak karena mewakili seluruh rakyat Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke berwarna warni. Di seluruh dunia, kamar legislatif tercipta untuk itu, mewakili wajah seluruh rakyat tanpa terkecuali. Ada yang kiri ada yang kanan. Ada yang progresif ada lamban, ada yang modern ada yang tradisional dan ada yang konservatif juga liberal. Semua ada.

Mungkin secara moral juga demikian. Maka wajah legislatif adalah wajah rakyat yang sempurna. Tidak bisa disederhanakan karena akan mengurangi makna representasi sekaligus keindahannya. Demokrasi adalah tentang mengelola kerumitan.

Di negara demokrasi, azas representasi ini sangat disadari bahkan menjadi sumber kekuatan. Ini adalah daulat rakyat karena siapapun mereka adalah pilihan rakyat untuk merepresentasikan apapun yang ada pada mereka.

Di negara demokrasi, azas representasi ini sangat disadari bahkan menjadi sumber kekuatan. Ini adalah daulat rakyat karena siapapun mereka adalah pilihan rakyat untuk merepresentasikan apapun yang ada pada mereka.

Tradisi ini dijaga kekuatannya dan keunggulannya sampai-sampai kepada mereka diberikan kekuatan dan kekebalan. Kamar ini bertugas menjaga dan menyeimbangi jalannnya negara. Kamar legislatif lahir oleh kesadaran bahwa di sebelah sana ada eksekutif yang mengelola hampir 100 persen uang dan kekuasaan serta sumberdaya negara. Jika tidak ada wakil rakyat yang berdaulat maka korupsi dan kesewenangan akan lahir dan mengancam kehidupan bersama.

Inilah awalnya, demokrasi kita mengirim orang-orang melalui pemilu dalam satu seleksi yang ketat. Setya Novanto adalah salah satu yang terpilih, berkali-kali dan akhirnya menjadi ketua DPR juga menjadi ketua umum partai terbesar nomor 2 di negeri ini.

Sampai terjadi tragedi ini, ia menjadi tersangka dan incaran berkali-kali. Pernah disadap secara ilegal lalu bangun. Itulah politisi SN. Itu kekuatannya juga kelemahannya. Tapi ini menjadi tragedi. Panjang ceritanya. RI