JAKARTASATU– Nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS terus melemah hingga menyentuh angka Rp13.800 per dollar AS. Pelemahan tersebut tentu akan memberi beban terhadap perekonomian nasional.
Rupiah yang cenderung melemah hingga melampaui titik psikologis, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Anggota @DPR_RI Fraksi Gerindra @HeriGunawan88 berpendapat bahwa pelemahan tersebut sudah mencapai titik terendah Rp13.800 per dolar bahkan mungkin bisa lebih, di tahun ini.
Hal itu terlihat dari kebijakan The Fed yang mengisyaratkan akan menaikan suku bunga dalam waktu dekat, setelah sebelumnya sudah 4 kali menaikan suku bunganya dan rencana ini adalah yang pertama kalinya di bulan maret. The Fed solid melakukan pengetatan moneter dan normalisasi balance sheet-nya tahun ini, walaupun sebagian kalangan mempertanyakan membaiknya perekonomian di bawah Donald Trump, mungkin yang bekerja karena sistemnya bukan person.
Kebijakan The Fed tersebut memicu Bank Sentral negara maju, seperti Bank Sentral Eropa, European Central Bank (ECB) dan Bank Sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), melakukan pengetatan moneter. Itu adalah efek bola salju yang sangat dikhawatirkan pelaku pasar.
Seharusnya @jokowi Paham ada beberapa konsekuensi buruk yang akan dihadapi Indonesia dengan adanya pelemahan rupiah saat ini.
Dampaknya adalah: Struktur pendapatan dan belanja di APBN akan berubah akibat perubahan asumsi makro. Beban terhadap neraca pembayaran utang luar negeri yang sudah pasti akan merugikan keuangan negara.
Nilai ekspor yang tidak kompetitif karena bahan baku kita 30-40 persen berasal dari impor. Beban bunga utang yang bisa membesar dan kelesuan industri keuangan.
Jika pemerintah tidak segera melakukan tindakan preventif, dan selalu beralibi dengan mengatakan indikasinya karena faktor global, maka pelemahan rupiah tersebut akan menjalar ke sektor riil. Harga-harga kebutuhan pokok bisa melambung, lebih-lebih beberapa kebutuhan dasar kita masih impor seperti, beras.
Tindakan preventif pemerintah dan BI harus segera dilakukan untuk menjaga psikologi pasar. Lebih-lebih pergerakan harga minyak mentah dunia naik cukup tinggi selama 3 bulan terakhir. Pada konteks ini, pemerintah akan dihadapkan pada keputusan yang cukup sulit.
Jika diintervensi dengan cadangan devisa yang ada, maka konsekuensinya cadangan devisa akan terkuras. Cadangan devisa Indonesia tak terlalu besar untuk terus menerus mengintervensi melemahnya nilai tukar rupiah.
Kondisi ini pernah terjadi di November 2016 saat tekanan The Fed naik, cadangan devisa turun hingga USD4 miliar dollar. @jokowi.
Belum lagi utang luar negeri pemerintah dan swasta dalam dollar AS akan jatuh tempo akhir tahun ini diprediksi akan membengkak. @KemenkeuRI
@jokowi.
Melihat tren rupiah saat ini, maka ancaman anjloknya rupiah sebagaimana yang terjadi pada tahun 2015 bisa saja terjadi. Rupiah baru saja terpuruk hingga menyentuh level Rp13.800 per dollar AS. Itu adalah angka paling anjlok sejak 1998.
Oleh karena itu kami meminta kepada elite bangsa ini, jangan hanya sibuk bermain Vlog. Jika terus seperti ini, maka cadangan devisa kita bisa ambruk sehingga tidak mampu lagi mengendalikan harga rupiah terhadap dolar AS. RI
*DPP Gerindra on Twitter