JAKARTASATU.COM – Film layar lebar bergenre religi, drama, berbalut komedi berjudul ‘Guru Ngaji’ mulai tayang dilayar lebar pekan ini. Dalam penayangan perdana di XXI Epicentrum Kuningan, Rabu (14/3) malam, tampil seluruh pendukung film ini, mulai dari produser film Guru Ngaji, Rosa Rai Djalal yang didampingi suaminya Dino Pati Djalal, Sutradara film Guru Ngaji, Erwin Arnada, aktor kawakan Donny Damara (pemeran guru ngaji sebagai Mukri) dan Dewi Irawan (pemeran istri Mukri sebagai Sopiah).
Hadir juga tokoh-tokoh diantaranya Fadel Muhammad (anggota DPR), Agus Muharram (Sekretaris Kemenkop dan UKM), Bahlil Lahadalia (Ketum HIPMI), artis Marcela Zalianty dan Olivia Zalianty, Wanda Hamidah dll. Penyanyi Cakra Khan dipercaya sebagai pengisi soundtrack berjudul ‘Jangan Mudah Putus Asa’, juga sempat menyanyikan soundtrack ditengah para penonton yang memenuhi teras dalam Epicentrum.
Rosa menceritakan, film ini berkisah potret kehidupan seorang guru ngaji. Film ini ditujukan bagi anak-anak dan keluarga sehingga para orang tua bisa memberikan pelajaran kehidupan terhadap anaknya melalui film yang dikemas dengan sentuhan komedi.
“Sebagai produser film Guru Ngaji, saya mendedikasikan film ini untuk seluruh guru ngaji yang ada di Indonesia, yang dengan ikhlas tanpa pamrih berbagi ilmu mengajar murid-muridnya mengaji,”kata Rosa.
Ia melihat fenomena di kehidupannya, di mana guru ngaji terpaksa memiliki pekerjaan lain, untuk menghidupi keluarga. Karena sebagai guru saja tidak cukup, dengan bayaran yang tidak besar. “Kita banyak sekali melihat keadaan guru ngaji yang memprihatinkan. Di daerah khususnya, banyak sekali guru ngaji yang harus double job memenuhi kebutuhannya,” ungkap Rosa
Menurutnya, film ini merupakan potret guru ngaji yang sering kita jumpai. Menceritakan tentang perjuangan seorang guru ngaji, yang istrinya jatuh sakit dan harus rela menjadi badut di pasar malam. “Tentang suka dukanya dia. Yang tinggi derajatnya tapi pekerjaan sebagai badut ditertawakan. Sehingga pekerjaan sebagai badut ini disembunyikan kepada anak istrinya,” terang Rosa.
Rosa menambahkan banyak nilai-nilai dan pesan yang ingin disampaikan oleh film ini. “Intinya message-nya yang mau kami bagi di film ini adalah keikhlasan, kejujuran, kerja keras, toleransi, dan kesetiakawanan,” katanya.
Sementara itu Donny Damara, pemeran Mukri mengatakan, saat pertama kali mendapat tawaran dan membaca skenario, ia langsung merasa tertarik, sekaligus tertantang.
“Terus terang walaupun sudah sering berperan di sejumlah film maupun sinetron, namun saya masih merasa gugup. Deg-degan, karena kalau tidak saya akan gegabah. Saya belajar ngaji juga tajwid, qalqalah itu harus benar,” tuturnya.
Namun dengan peran guru ngaji yang ia lakoni ini, banyak pelajaran yang dipetik olehnya. “Bagaimana kita ikhlas hidup menyikapi keadaan bagaimana kita bertoleransi ke lingkungan sosial,” tambah Donny.
Perhatian Lebih
Sementara itu mantan dubes Indonesia untuk AS, Dino Pati Djalal menilai film ini menceritakan dan menggali dedikasi seorang guru ngaji yang harus melakukan pekerjaan sebagai badut. Nah dari sana timbul dilema, guru ngaji ini tak mau orang tahu, namun pada akhirnya ketahuan, apa yang terjadi selanjutnya, ini yang saya kira layak ditonton oleh pecinta film,” katanya.
“Jadi Intinya film ini berkisah dedikasi guru ngaji yang kebetulan syutingnya itu antara lain di satu desa di Sukoharjo, Boyolali, juga seluruh guru ngaji diseluruh Indonesia. Suka duka perjuangannya. Harapannya agar para guru ngaji mendapatkan apresiasi yang lebih besar dari masyarakat, ia adalah profil sosok yang mulai dan selalau harus kita hargai,” kata Dino.
Sesmenkop dan UKM Agus Muharram menambahkan, film ini memberikan motivasi dan semangat kepada para guru ngaji untuk terus berjuang secara ikhlas meski dibelenggu dengan berbagai keterbatasan khususnya dari sisi perekonomian keluarga.
“Selama ini kita kurang memberi perhatian pada mereka, padahal mereka lah sosok yang memberikan penguatan dalam hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan sesama manusia. Guru ngaji mengajarkan kita bagaimana mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul,.bagaimana menjaga keseimbangan sipritual umat muslim,” kata Agus.
Para guru ngaji itu mengajarkan Alqur’an dan hadits, tentunya dengan harapan mereka yang sudah mengaji bisa lebih mawas diri terhadap situasi apapun. Karena dengan telah mempelajari pegangan hidup umat muslim itu, terkandung didalamnya ajaran mengenai, keikhlasan, kebersamaan, kepedulian yang akan memperkuat kebhinekaan Indonesia sebagai bangsa dan negara. (EDY/JKST)