JAKARTASATU- Pertama-tama ingin menegaskan Gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yang sah, legal dan konstitusional. Konstitusi kita di Pasal 22E menegaskan pemilu diselenggarakan tiap 5 tahun untuk memilih salah satunya Presiden dan Wakil Presiden. #Esensi2019GantiPresiden. Gerakan #2019GantiPresiden juga sah seperti dijelaskan di Pasal 1 ayat 2 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 kedaulatan adalah di tangan rakyat. Jadi gerakan yang menjelaskan urgensi #2019GantiPresiden dengan data, analisa dan dengan menyodorkan calon lain yang lebih baik agar dipilih pada Pillres 2019.

Ini bagian dari pendidikan politik bagi rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi untuk memilih yang terbaik. #2019GantiPresiden. Jadi, gerakan #2019GantiPresiden merupakan antitesa dari gerakan yang sudah bergulir yaitu “Dua Periode” untuk Pak Jokowi. Ini juga gerakan sah, legal dan konstitusional. Karena demokrasi justru memerlukan kompetisi. Dibanding liga Inggris atau Piala Dunia 2018 sekalipun, kompetisi Pilpres 2019 justru jauh lebih penting, lebih signifikan dan berimpact tinggi bagi rakyat Indonesia.

Jika selama ini rakyat memilihnya karena pesona pribadi, ganteng, sederhana, pandai, figur, tegas, dan lain-lain. Kita inginkan kompetisi yang lebih substansi, menelisik karaker kepemimpinannya, kualitas kepribadiannya, track record, termasuk kebijakan, program hingga kecenderungannya. Karena itu Esensi gerakan #2019GantiPresiden adalah sehat dan baik bagi demokrasi. Berkompetisi yang lebih substantif, menyelesaikan problem bangsa, gagasan tentang hutang negara, bagaimana gagasan soal dunia usaha, gagasan soal demokrasi yang makin terancam

Memang gerakan #2019GantiPresiden kesannya seperti ‘kejam’, tapi bahasa lugas kadang diperlukan agar kita sadar. Dan karena itu pula sejak awal, kami memperkirakan akan ada reaksi.

Sebagai kelanjutan dari gerakan 212 di DKI, kita ingin membawa perubahan yang lebih baik terhadap kepemimpinan bangsa ini di 2019. Kepemimpinan yang mengedepankan aspek keimanan dan ketakwaan serta kedaulatan, kemandirian dan keadilan sosial dalam memimpin dan mengelola bangsa ini.

Lalu apa esensi Gerakan #2019GantiPresiden? Ada tiga: Pertama, wake up call bagi semua anak bangsa. Umat Islam khususnya dan para ulamanya lebih khusus lagi, bahwa Pemilu 2019 sudah diambang mata. Pencoblosan pada hari Rabu, 17 April 2019 antara jam 07.00 – 13.00 sangat penting dan fundamental menentukan nasib bangsa. Karena kita memilih pemimpin nasional baik legislatif ataupun eksekutif.

Khusus untuk Pilpres sekarang menjadi lebih utama lagi karena berbarengan dengan Indonesia mendapat kesempatan emas (golden opportunity) dalam bentuk bonus demografi yang tidak terjadi dalam beberapa abad ke depan. Dan adagium almost everything rise and fall on leadership selalu berlaku. Hampir segalanya naik dan turun karena kepemimpinan.

Apakah Indonesia akan jadi negera yang bersinar/terbit atau menjadi negara gagal/tenggalam tergantung siapa Presidennya di 2019. Kedua, walau pencoblosannya di April 2019, pendaftarannya dilaksanakan pada 4-10 Agustus 2018. Tidak sampai lima bulan ke depan kita sudah punya pasangan Capres/Cawapres. Dan ini proses yang penuh persyaratan, penuh perhitungan serta penuh resiko.

Makin awal menyiapkan diri makin rapi dan sedikit keburukan yang kita dapat. Syarat 20 persen kursi hasil Pileg 2014 lalu, siapa calon yang dapat memenangkan dengan komposisi seperti apa (sipil militer, Jawa-luar Jawa hingga nasionalis-keummatan) perlu dibahas, dikaji dan simulasi. Dan itu akan sangat baik dilakukan jika tidak hanya domain partai atau ormas. Tapi partisipasi dari semua sangat menajamkan dan menguatkan kesimpulan kita. Karena itu, di poin dua ini sifat gerakan ini lintas partai, lintas ormas, lintas suku, lintas agama.

Siapapun warga Indonesia yang ingin kepemimpinan lebih baik di 2019 monggo bersatu. Kita tidak sedang menyebar kebencian, kita tidak sedang menjelekkan Pak Jokowi, beliau orang baik, pemerintah sekarang sedang bekerja. Tapi kami menilai dan ini hak konstitusional kami, kami ingin #2019GantiPresiden yang lebih baik.

Ketiga, gerakan ini akan berusaha merumuskan apa agenda Menuju Indonesia Berkah. Indonesia yang dekat dengan baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafuur. Indonesia maju, adil dan makmur sebagai ditulis dalam konstitusi. Indonesia yang tidak punya utang luar negeri, Indonesia yang pendapatan perkapita penduduknya mendekati $10.000 dan Indonesia yang kokoh dan tangguh karena lapangan pekerjaan tersedia dengan pajak yang tidak memberatkan. Plus Indonesia yang market share perbankan syariah di atas 50 persen.

Jadi Gerakan #2019GantiPresiden insya Allah akan terus jalan dengan cara yang benar, tidak memfitnah, selalu merujuk pada ulama dan selalu mengandalkan kekuatan sendiri. Semoga Allah SWT berkahi dan lindungi gerakan ini. Wallahu a’lam bishawab. RI

*Politisi PKS, Mardani Ali Sera on Twitter