JAKARTASATU– Mahasiswa kembali turuj ke jalan untuk protes kenaikkan BBM yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Pertamina. Diketahuia, bahwa kenaikkan ini sudah tiga kali sepanjang 2018.

Dalam aksinya, mahasiswa memberikan judul “Kelangkaan Premium dan Kenaikan Pertalite Sengsarakan Rakyat”. Berikut siaran persnya yang diterima jakartasatu.com, Rabu (11/4/2018):

“PT Pertamina menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi jenis pertalite sebesar Rp150 200 per liter. Kenaikan BBM Ron 90 ini pertama kali terjadi pada 13 Januari 2018. Hal ini merupakan kado buruk yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat di awal tahun 2018. Pada 13 Januari, harga Pertamax yang semula Rp8.6 naik Rp200 menjadi Rp8.800. Kenaikan juga terjadi pada jenis BBM Pertama Turbo dari Rp10.550 menjadi Rp10.800, dan Pertamina Dex dari Rp10.350 menjadi Rp10.800. Kemudian, pada 20 Januari, Pertal ikut naik dari Rp7.700 menjadi Rp7.800 dan Dexlite dari Rp7.450 menjadi Rp7.650. Selang lebih dari sebulan, 24 Februari 2018, Pertamina kembali menaikkan harga BBM non subsidi, dengan rincian harga Pertamax naik dari Rp8.800 menjadi Rp9.100, Pertamax Turbo naik Rp10.800 menjadi Rp11.300, Dexlite naik Rp7.650 menjadi Rp8.250, dan Pertamina Dex naik dari Rp10.800 menjadi Rp11.550. Dan pada akhir pekan lalu, Pertamina kembali menaikkan harga Pertalite sebesar Rp200 per iter di wilayah DKI Jakarta menjadi Rp7.800/liter dari sebelumnya Rp7.600/liter.

Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan kenaikan harga pertalite dipicu oleh tren menanjaknya harga minyak dunia yang saat ini telah berada di atas US$ 60 per barel. Sebagai pembanding, tahun lalu rata rata harga minyak dunia masih di bawah US$ 60 per barel. Adiatma juga mengatakan bahwa Pertamina tidak khawatir kenaikan harga pertalite akan membuat masyarakat beralih ke BBM jenis Premium, untuk wilayah di Iuar Jawa-Madura-Bali pemerintah menetapkan harganya hanya Rp. 6.450 per liter, dikarenakan masyarakat sekarang sudah banyak yang beralih ke BBM yang memiliki Ron tinggi dengan menjaga performa mesin kendaraan.

Seperti yang disebutkan di atas, pihak pertamina mengatakan bahwa naiknya harga pertalite dikarenakan tren menanjaknya harga minyak dunia, maka apabila kita memperhatikan harga minyak dunia 4 bulan terakhir, yang berarti meliputi harga minyak dunia yang menyebabkan kenaikan harga pertalite pada 20 Januari 2018 lalu. Grafik harga minyak dunia pada tanggal 20 Januari 2018 memang mengalami kenaikan dari sebelumnya, namun beberapa hari kemudian harga minyak dunia turun.

Hal ini tidak diikuti dengan turunnya harga pertalite yang sebelumnya telah naik Rp100 per liternya Lalu kita perhatikan pula harga minyak dunia pada 23 Maret 2018 sehingga harga pertalite naik Rp150-200 per liternya. Memang ada kenaikan harga minyak dunia namun jika diperhatikan lebih jeli lagi maka akan terlihat bahwa kenaikan harga minyak dunia pada 23 Maret 2018 ini masih lebih rendah apabila dibandingkan dengan harga minyak dunia pada 20 Januari 2018 silam. Tentu ini menjadi pertanyaan bagaimana harga minyak dunia yang naik turun tetapi harga minyak dunia ini tidak berlaku untuk penurunan harga BBM jenis Pertali ini. Lalu apa yang disampaikan PT Pertamina bahwa, “Sekarang masyarakat sudah cerdas, mereka kebanyakan menggunakan BBM beroktan tinggi merupakan hal tidak ada berdasarkan data. Salah satu survey yang dilakukan oleh mahasiswa adalah di Riau pada 24 Januari 2018 kepada masyarakat yang berjumlah 957 responden.” RI