JAKARTASATU- Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Nur Syam membuka secara resmi Chief Executive Officer (CEO) Meeting Forum Kabangkitan Zakat Indonesia 2018 yang bertempat di Hotel Morrissey Jakarta, Rabu (18/4). Dalam sambutannya Sekjen mengapresiasi program yang dilaksanakan oleh Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Ditjen Bimas Islam ini terutama dalam upaya membangun sinergi dan koordinasi bersama para CEO lembaga perzakatan secara nasional. Apresiasi tersebut turut diiringi dengan ungkapan syukur Sekjen terkait peran pertumbuhan zakat yang tinggi dalam mendukung gaung perekonomian Syariah di Indonesia.

“Perkembangan perzakatan di Indonesia saat ini sudah cukup spektakuler, meski masih dalam tahap yang masih minus, saya tetap melihat geliat masyarakat muslim dalam berfilantropi saat ini, khususnya dukungan atas pertumbuhan ekonomi Syariah itu sangat tinggi”, ungkap Syam.

Disampaikan Syam penilaian spektakuler yang masih minus ini diantaranya disebabkan problem kekurang kenalnya masyarakat terhadap lembaga zakat selain juga soal distrust yang muncul pada sebagian kalangan, dan menurutnya pekerjaan rumah ini harus ditelusuri melalui kajian yang terukur.

“Terkait problem popularitas badan amil zakat kita saat ini, saya ingin mencoba mengajukan beberapa uji pertanyaan, seperti misalnya seberapa mengenal masyarakat dengan BAZ, lalu dari persentase mereka yang mengenal itu bagian dari kelas sosial mana, atau seberapa baikkah mutu pengelolaan zakat dan sumber daya manusia yang turut mengelolanya”, jelas pakar sosiologi Islam itu.

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, Syam kemudian berkeinginan untuk menjadikan data dan hasil riset penelitian agar dijadikan sebagai basis stakeholder zakat dalam meningkatkan mutu pengelolaan dan pengembangan kualitas maupun kuantitas perzakatan di masa mendatang.

“Khusus secara internal, saya mengusulkan agar Direktorat Zakat dan BAZ dapat meminta bantuan kepada Badan Litbang Kementerian Agama untuk melakukan kajian dan penelitian tentang problem-problem yang ada dalam dunia perzakatan, karena dengan demikian akan terlihat peta permasalahan yang dihadapi, juga metode tepat mana yang dapat digunakan untuk mengatasinya, papar Syam.

Selanjutnya, dikatakan Syam setelah pemetaan kajian itu ada, maka langkah dalam meningkatkan potensi zakat yang bernilai 217 Triliyun akan lebih terasa mudah, sehingga problem terberat seperti fenomena kesadaran masyarakat untuk menyetorkan zakat kepada BAZ akan juga dapat diatasi.

“Tugas dan tanggung jawab bersama kita dalam memajukan dunia zakat di Indonesia saat ini adalah meningkatkan angka zakat di BAZ dari 2,7 triliyun, kemudian digenapi dari potensi 20 triliyun pola zakat perorangan atau tradisional, hingga kelak mencapai angka maksimal yaitu 217 Trilyun itu kita dapat benar-benar terlibat dalam upaya pengentasan kemiskinan”, jelas Syam.

Menutup persentasinya, Sekjen Syam memberikan beberapa langkah strategis penting guna memaksimalkan peran BAZ di Indonesia, antara lain dalam upaya sosialisasi massif berbasis sistem data by name, by address, by account (rekening), program edukasi dan literasi zakat, penguatan manejemen institusi zakat berbasis sistem informasi, dan pola modernisasi pendistribusian zakat.

Kegiatan yang mengangkat tema “tanggung jawab bersama memajukan dunia zakat di Indonesia” ini diikuti oleh 99 orang peserta, terdiri dari Kepala Bidang yang membawahi Zakat di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, Ketua Baznas Provinsi, Pejabat Bappenas, Pejabat otoritas Jasa Keuangan, Komite Nasional Keuangan Syariah, Ketua Forum Zakat dan Kepala Lembaga Amil Zakat, serta beberapa pejabat di lingkungan Ditjen Bimas Islam. RI