Nama Sofyan Basir memang santer disebut akan gantikan Elia Massa Manik, Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina menjagokan Iwan Ratman dan akan diajukan ke Jokowi untuk pimpin Pertamina, alasannya Iwan mumpuni dan menguasai dunia perminyakan dan punya visi kuat untuk bangun Pertamina dan akan Menolak Sofyan Basir.

JAKARTASATU.COM – Paska Menteri BUMN Rini Soemarno selaku pemegang saham PT Pertamina (Persero) telah memutuskan untuk mengganti lima direksi Pertamina sekaligus dalam RUPS Luar Biasa.  Kini pertarungan makin panas siapa yang akan duduk jadi Direktur Utama Pertamina penganti Elia Massa Manik?

Elia Massa Manik menjadi Dirut Pertamina pada 16 Maret 2017 lalu karena alasan akan ada Holding BUMN Migas ia terpilih, tapi nasib tak berpihak pada Elia dan ian kandas 20 April 2018 dan dicopot dalam RUPS Luar Biasa. Alasannya? Entah karena sejumlah kejadian seperti kelangkaan BBM dan kebocoran minyak di Teluk Balikpapan atau apa yang jelas Massa Manik didepak dari jabatan Dirut Pertamina.

Siapa pengganti Elia Massa Manik?

Dari Medan Merdeka Selatan suara muncul lewat Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno yang menyebut sampai saat ini belum bisa disampaikan calon-calon Dirut Pertamina. Begitu juga dengan target waktu penunjukan Dirut Pertamina yang baru. “(Calon Dirut) Belum bisa saya sampaikan,”kata Harry singkat pada Jumat (20/4/2018) begitu ramai disjumlah media.

Salah satu nama yang disebut menjadi calon kuat Dirut Pertamina adalah Direktur Utama PT PLN (Persero), Sofyan Basir. Tapi Harry masih membantah kemungkinan Sofyan Basir menjadi penggantian Massa Manik. “Belum bisa saya sampaikan,” katanya.

Nama Sofyan Basir memang santer disebut-sebut, selain nama Nicke Widyawati kini adi Plt Dirut Pertamina untuk jadi calon kuat Dirut Pertamina. Ada juga nama lain yang diusulkan eSPeKaPe (Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina), pada Sabtu 21 April 2018 eSPeKaPe bahkan menolak jika Sofyan Basir Jadi Dirut Pertamina Pengganti Ellia Massa Manik.

Ketua Umum eSPeKaPe, Binsar Effendi Hutabarat langsung menyampaikan pernyataan sikapnya menolak jika Sofyan Basir didapuk menjadi Dirut Pertamina.

“Sudah pasti kami selaku stakeholders Pertamina karena telah ikut membangun, membesarkan dan memajukan perusahaan tak akan sudi Pertamina dipimpin oleh Sofyan Basir yang Dirut PLN tersebut,” katanya ditulis media ini (21/4/2018).

Binsar Effendi cermati sejak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah masuk gelar perkara pada awal Februari 2018 dan setelah pada 25 Januari 2018 Sofyan Basir diperiksa KPK sebagai saksi. “Kasus dugaan mega korupsi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang berpotensi merugikan negara sekitar Rp 130 triliun akibat kejahatan mark up proyek sewa 5 kapal turbin apung milik Kapowership Zeynep Sultan asal Turki yang disewa untuk 5 tahun sejak 2015 sampai 2020 dan kerugian negara bisa mencapai Rp 18,7 trilliun, jelas melibatkan Sofyan Basir selalu yang menetapkan kontraknya,” jelasnya.

Dari akibat dugaan korupsi mark up proyek PLTD tersebut, lanjut Ketua Umum eSPeKaPe, telah dibuktikan jika keuntungan PLN tahun 2017 merosot hingga Rp 17 triliun.

“Ini adalah fakta jika langkah-langkah yang ditempuh Sofyan Basir selaku Dirut PLN tidak mencerminkan semangat Presiden Jokowi dalam melakukan efesiensi keuangan negara,” ketus Binsar Effendi.

Pemborosan atas sewa 5 kapal apung asal Turki itu, imbuh Binsar Effendi bisa mencapai Rp 7,9 triliun perunitnya. “Jika kelakuan yang seperti ini kemudian dipakai jadi Dirut Pertamina, jelas sangat membahayakan dan program kebijakan Presiden Jokowi menetapkan harga BBM sama di pelosok tanah-air bisa terganjal bahkan bisa jadi gagal. Tentu kami, eSPeKaPe wajib menyuarakan penolakan dan memungkinkan untuk menyurati kepada Presiden Jokowi akan hal ini,” terangnya.

eSPeKaPe menyampaikan saran kembali kepada Presiden Jokowi agar memenuhi usulan terdahulu untuk menggantikan Dwi Sutjipto selaku Dirut Pertamina kepada DR Iwan Ratman, yang siap menawarkan sistem kontrol serta komitmennya atas manipulasi dan mafia migas.

“Akan menyampaikan saran kepada Bapak Presiden Jokowi agar berkenan memilih Iwan Ratman untuk menjadi Dirut Pertamina pengganti Ellia Massa Manik. Ketimbang  Presiden memilih Sofyan Basir yang akan bisa merongrong kemajuan Pertamina,” cetus Binsar.

Data Binsar itu juga diungkap Uchok Sky Khadafi Direktur(Center For Budget Analysis) CBA soal Sofyan Basir dimana ada potensi kerugian negara di PLN sebesar Rp.17.9 triliun dimana kinerja PLN yang saat ini sangat memprihatinkan publik. Sofyan Basir sebagai Direktur Utama, kinerjanya sangat buruk karena PLN pada tahun 2017, mengalami kerugian yang cukup lumayan besar, sekitar Rp.20.1 Triliun.

Selain Kinerja Direktur PLN (Perusahaan Listrik Negara) Sofyan Basir yang buruk. Ternyata, dalam mengelola perseroan PLN saja, Sofyan Basir tidak begitu cakap dalam seni manajemen keuangaan maupun dalam manajenen perusahaan PLN yang begitu besar. Hal ini dibuktikan ada dugaan potensi kerugian negara dalam tenggang waktu antara tahun 2015 – 2016. CBA mencatat pada tahun 2015 menemukan potensi kerugian negara sebesar Rp.9 Triliun, dan USD.411.779 dengan sebanyak 69 kasus. “Sedangkan pada tahun 2016, ditemukan potensi kerugian negara sebesar Rp.8.8 triliun dan USD.191.4 juta dengan sebanyak 54 kasus,” jelas Uchok.

CBA bahkan meminta kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk segera melakukan penyelidikkan atas beberapa kasus seperti diatas. Untuk itu, kami meminta kepada KPK untuk segera memanggil Jadi hitung secara total, potensi kerugian negara antara tahun 2015 sampai tahun 2016, ditemukan potensi kerugian negara sebesar Rp.17.9 Triliun, dan USD.191.8 dengan sebanyak 123 kasus.

“Kami mendesak kepada KPK untuk segera memanggil Direktur PLN (Perusahaan Listrik Negara) Sofyan Basir dalam waktu dekat ini,” jelas Uchok pada 22 April 2018 di Jakarta.

Jadi dapat disimpulkan jika Sofyan Basir digadang jadi Pertamina Satu ini berbahaya dan cacat, kecuali muatan politik dimainkan, seprti kata Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia Ferdinand Hutahean bahwa di Pertamina memang berat dan ini karena kebijakan politis tinggi. “Sangat kuat politiknya jadi jabatan di Pertamina panas,” ujar Ferdinand kepada penulis.

Saya juga mendpaat info baru bahwa ada nama Hanung Budya  yang dikenal (Sang eksekutor mafia migas) disebut bakal jadi Dirut Pertamina, nama Hanung jelas benang merahnya Hanung dekat dan bekas anak buah Arie Sumarno, Hanung pernah jadi direktur Pemasaran yang dekat dengan mafia import BBM. (semua tahulah)

Sementara Fahmy Radhi pengamat Ekonomi Energy UGM menilai bahwa Elia Massa itu sangat pantas diganti, selain sering mengeluh, cenderung membangkang dalam menjalankan BBM penugasan.

“Manuver-manuver Elia Masa antara lain  kelangkaan BBM dan Penaikan harga Pertalite, cukup membahayakan yang berpotensi menimbulkan keresahan dan kegaduhan serta memicu inflasi. Teralhir, Elia seolah cuci-tangan terhadap tragedi kebocoran pipa Balik Papan, yang sudah membawa korban. Mestinya, Elia dengan jantan mengundurkan diri sebelum dicopot,”  ujar Fahmy Radhi dilansir media EnergyWorld.co.id  Group MMGJumat 20 April 2018.

Selain nama diatas ada juga nama Ardian Nengkoda, Presiden ahli minyak (IATMI) seluruh Timur Tengah asli Indonesia yang kini berkarir di Aramco. Ardian Nengkoda dikenal seorang professional yang luar biasa. Dia adalah satu-satunya orang Asia yang memenangkan penghargaaan Society of Petroleum Engineers (SPE) 2015 dalam proyek-proyek regional, pembangunan fasilitas dan konstruksi minyak di Abu Dhabi, UAE, dan penghargaan Gas Processors Association (GPA) Annual Technical Conference (San Antonio, Texas). Dia juga pemilik 6 hak paten dalam bidang migas.

Ardian terkenal dalam bidang oilfield technologist dengan background pendidikan Doktor bidang Chemical Engineering (Offshore methane gas hydrate production research), dan memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang induatri oil and gas E&P, projects, on&offshore, deepwater, marginal field, EOR technology, unconventional gas development.

Memiliki pengetahuan mendalam dalam bisnis gas upstream, midstream and downstream, serta R&D. Dia telah berpengalaman mengerjakan mega project sepanjang Oman, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, UAE, Algeria, Sudan, GoM, Norway & UK, Brazil, Indonesia, Pakistan, Thailand, Malaysia dan Australia.

Diantara ratusan karya tulisnya adalah: Integrated water chemistry study to support oil field development scenario; Hydrate Problems in Gas Lift Production: Experiences and Integrated Inhibition, Understanding of Oilfield Souring and Effective Monitoring: A Case Study; Gas Hydrate Problems in Desert of Sultanate of Oman: Experiences and Integrated Inhibition Program Authors, dan ratusan karya lainnya.

Saat ini Ardian bekerka di Aramco sebagai arsitek pengembangan gas, yang memimpin dan mengatur pengembangan mega gas lepas pantai Offshore Mega gas (FDP, design sampling & PVT fluid characterization, flow assurance & production chemistry, production strategy, drilling plan, facilities concept and design). Juga aktif menjalankan organisasi non-profit dalam sektor pendidikan sustainable energy dan menjadi sukarelawan untuk SPE dan IATMI sejak 1997, dosen tamu, training instructor, menjadi pelatih dan mentor bagi mahasiswa-mahasiswa di banyak negara.

Pengalamannya adalah di bidang: field development, offshore project management, operation, smart field, oilfield chemistry, flow assurance, facilities engineering, O&G processing, subsea, EOR unconventional gas/FLNG technology, fluid, energy & water management.

Kalangan pebisnis Oil & Gas juga yang kami hubungi menyebutkan bahwa kalangan Oil & Gas menilai sepertinya pengalamannya sangat luas. Ardian memiliki pengetahuan oil and gas sangat baik. “Dia juga kenal banyak orang. Banyak kawan saya di middle east kenal dia,” kata serang pengusaha Gas yang sementara ini enggan disebutkan namanya.

Nah untuk Pak Jokowi dan Bu Rini sebagai menteri BUMN ini ada sejumlah nama yang baik dan pretasinya luar biasa dan tak usah diragukan lagi dalam dunia energi, baik Iwan Ratman yang punya konsep bagus bahwa dirinya berani kontrak kinerja sebagai Dirut Pertamina dengan target: Satu Profit target Pertamina dalam 2 tahun mencapai USD 5 Milyar. Dua, Proyek-proyek Migas akan berjalan seperti: – Refinery Project 300 ribu bbl/hari.
– Pembangunan Tangki Timbun di 9 lokasi utk meningkatkan cadangan energi nasional.
– Program BBM murah bagi rakyat, terutama utk BBM penugasan Pemerintah. Bahkan Iwan juga mengatakan jika tidak tercapai, “Saya akan mundur, dan tak perlu dicopot,” kata Iwan kepada penulis.

Ada juga Ardian Nengkoda atau Nicke Widyawati silakan menjadikan pertimbangan untuk Pertamina Satu dan untuk kemajuan bangsa, dan saya harap jangan memilih Dirut Pertamina yang bermasalah kelaknya. Dan bukannya Pertamina ini ingin Go Global  Company Energy yang selama ini dicuatkan? Tabik!