JAKARTASATU– Dolar menguat dan menjatuhkan nilai tukar atas Rupiah di angka 14.000. Namun demikian, terpuruknya nilai Rupiah terhadap dolar nampaknya dianggap biasa oleh pejabat Bank Indonesia.
Atas anggapannya yang biasa itu, salah satu politisi Demokrat Ferdinand Hutahean pun angkat bicara dengan mengatakan bahwa pejabat (tersebut) berlagak optimis. Padahal, dengan angka Rupiah demikian, bisa saja dilihat oleh pasar tidak baik.
“Kenapa sih pejabat negara ini bicara sok optimis? Justru pernyataan begini akan direspon pasar secara negatif,” katanya, Senin, 7 Mei 2018, di akun Twitter pribadi miliknya.
Pejabat yang dianggap Ferdinand berlagak optimis tersebut juga dikatakan olehnya akan dilihat pasar bahwa sebetulnya pemerintah seperti tak ada solusi menghadapi melemahnya dolar.
“Kenapa? Karena pasar akan melihat pemerintah tidak mengerti masalah dan tidak punya solusi selain bicara SOK OPTIMIS.”
Ferdinand, lanjutnya, menghimbau sekaligus mengingatkan agar pejabat atau pemerintah tidak membawa bangsa ini jauh lebih dalam lagi ke terperukan ekonomi. “Jangan kalian bawa bangsa ini ke jurang. IHSG naik 1,6 persen sementara rupiah ambruk 56 point menyentuh batas psikologis Rp14 ribu. Siap-siap, beli dolar besok.”
Sebelumnya, seperti dikutip dari CNBC, Bank Indonesia (BI) meminta kepada seluruh masyarakat agar tidak melihat nilai tukar rupiah dari sisi nilainya. Penguatan dolar AS yang membuat rupiah sempat menembus level Rp14.000/US$, dianggap sudah diluar batas nilai wajarnya (undervalued).
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengungkapkan, depresiasi nilai tukar rupiah masih cukup wajar, jika dibandingkan dengan pelemahan yang terjadi pada mata uang kawasan. Level rupiah yang sebenarnya, bukan berada di level tersebut.
“Depresiasi rupiah masih wajar sama dengan mata uang regional, tidak pada levelnya yang kebetulan sudah menembus batas psikologis Rp 14.000,” kata Dody kepada CNBC Indonesia, Senin (7/5/2018). RI