JAKARTASATU– Kemenangan Koalisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir Mohamad dalam Pemilu 2018 Malaysia menjadi pemilu yang bersejarah. Kemenangan oposisi menandai kehendak yang kuat dari masyarakat Malaysia terhadap perubahan. 

Pertama, saya ucapkan selamat kepada seluruh masyarakat Malaysia, yang telah sukses menjalankan Pemilu Nasional 2018. #MalaysiaElection. Meskipun Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga dunia, proses demokrasi yanh berjalan dengan lancar dan damai di Malaysia kemarin, semoga dapat diikuti Indonesia yang akan melangsungkan Pemilu Serentak 2019.

Malaysia dan Indonesia, saat ini bisa dikatakan menghadapi problem kenegaraan yang mirip. Utang luar negeri yang terus melambung, harga kebutuhan pokok yang meningkat, serbuan investasi asing yang berlebihan, serta masifnya korupsi.

Masalah-masalah inilah yang membentuk keresahan masyarakat Malaysia terhadap petahana. Kehadiran Mahathir dan Anwar Ibrahim, berhasil mengubah gelombang keresahan tersebut menjadi gelombang perubahan politik di Malaysia.

Membawa kelompok oposisi yang dipimpin Mahathir tak hanya memenangkan Pemilu 2018, namun meruntuhkan dominasi politik UMNO selama 6 dekade. Kemenangan ini fenomenal.

Berhasilnya oposisi meruntuhkan dominasi UMNO, juga menandai kedewasaan elit politiknya, yang berhasil mengedepankan kepentingan perubahan yanh lebih besar bagi Malaysia. Meski antar elit oposisi menyimpan pengalaman konfliktual, namun semuanya bisa bersatu di Pemilu 2018.

Kemenangan oposisi ini awalnya sangat diragukan. Mengingat sangat kokohnya dominasi koalisi Barisan Nasional, sebagai penguasa 60 tahun.

Dengan dukungan jaringan birokrasi dan anggaran yang kuat, banyak pihak yang meragukan kemampuan oposisi mengalahkan Barisan Nasional. Tapi hasil pemilu berkata lain. Masifnya gelombang keresahan masyarakat ditambah soliditas elit oposisi, faktanya mampu mematahkan dominasi petahana.

Berkaca pada Pemilu Malaysia ini, akan sangat mungkin hal yang serupa terjadi pada pemilu Indonesia 2019. Saat ini, tanda-tandanya sudah cukup nyata.

Baik dari aspek permasalahan yang dialami masyarakat, soliditas oposisi, gelombang keresahan, maupun respon petahana. Semuanya mengirimkan sinyal-sinyal yang sangat mirip untuk membawa perubahan mendasar bagi politik Indonesia di 2019. RI

*Politisi Gerindra, Fadli Zon