“Hara ‘1” karya Jeihan Sukmantoro yang ikut di Pamerkan di Eco Gallery, Shinjuku, Tokyo, Jepang

JAKARTASATU.COM – Pameran seni rupa Asia International Friendship Exhibition and Symposium 2018, tahun ini kembali diagendakan di Eco Gallery, Shinjuku, Tokyo, Jepang pada tanggal 14 s/d 16 Juli 2018. Kegiatan berskala Internasional ini merupakan kerjasama antara Kelompok Seni Rupa ARTLINC. (ART LEARNING INCUBATOR) Jurusan Seni Murni, FSRD ISBI Bandung, Indonesia dengan AACA (ASIA ART AND CULTURE ASSOCIATION), Tokyo, Jepang. Kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2014, serta dilaksanakan 1 tahun sekali dalam rangka mengenalkan kebudayaan Indonesia melalui karya seni rupa di Jepang. Berbeda dengan 3 tahun sebelumnya yang hanya memamerkan karya seni rupa dari dosen dan mahasiswa ISBI Bandung. Pada tahun ini terus berinovasi untuk mencari karya-karya terbaik dari para dosen, mahasiswa, dan para perupa profesional nusantara, sebagai pembaruan sekaligus perluasan peserta pameran yang dapat memberikan gambaran mengenai keragaman seni rupa di Indonesia saat ini. Selain daripada pameran, kegiatan tahun ini juga akan melaksanakan kegiatan simposium. Tujuan dari kegiatan simposium ini adalah untuk mengenalkan seni budaya kontemporer Indonesia melalui presentasi dan interaksi seniman Indonesia-Jepang, pendidik seni, dan mahasiswa. Kegiatan ini dapat memungkinkan adanya dialog, pertukaran pikiran dalam membangun kerja sama dalam bidang pendidikan, seni dan budaya.

Kegiatan ini melibatkan seniman-seniman dari komunitas seni deDada Bintaro Jakarta, Credo Art Studio Jatibening Bekasi, beberapa dosen dan mahasiswa dari ISBI Bandung, ITB, Telkom University, Itenas, beberapa alumni ISBI Bandung, para seniman senior Bandung serta beberapa seniman profesional lainya. Kegiatan pameran ini diikuti oleh 77 seniman, terdiri dari 13 orang mengikuti Simposium, 64 mengikuti Pameran dan 4 orang yang ikut dalam Pameran dan Simposium.

Berikut adalah nama-nama seniman yang terlibat dalam kegiatan Asia International Friendship Exhibition and Symposium 2018 Dosen ISBI Bandung: Prof. Anis Sujana, Agus Cahyana, Deni Yana, Gerry Rachmat, Savitri, Dyah dan Gabriel, Supriatna. deDada dan Credo Art Studio: Chandra Maulana, Fifi Rahmi Octini, Yeni Fatmawati, Edo Makarim, Ranny Saraswati, Cut Sina. Mahasiswa ISBI Bandung: Hartono, Paramitha Pebrianti, Carlos Kolano, Rifatul Azis, Ika Rostika, Yusrina Zati Bayani, Lukmanul Hakim Aziz, Desi Tera Nurhasanah, Ghita Ghaida, Suci Rahayu, Sudirman Siahaan, Biru Aulia BW, Andri M Sidiq, Salmon Mubarok Putra P, Aris Maulana, Ben Al Hur Ibnu S. Alumni ISBI Bandung: A.K Patra, Sandi Tisa, Asep Miftahul Falah, Sangid Zaini Gani, Rizki Maulana, Farid Kurniawan Noor Zaman. Dosen dan Mahasiswa ITB: Prof. Setiawan Sabana, Abay Subarna, Suyin Pramono, Rizki Taufik Rakhman, Sri Rachmayanti, Tjutju Wijaya, Rahmatsyam Lakoro, Rachmi Kumala Widyasari, Taufan Hidayatullah, Lintang Widyokusumo, Harry Nuriman, Firman Hawari, Rachmita Maun Harahap. Dosen Telkom: Didit Hendriawan, Aldi Hendrawan, Patra Aditia. Seniman Profesional: Jeihan Sukmantoro, Andi Sopiandi, Ken Rangga Dinar, Aendra Medita, Nick, Azasi Adi, Abun Adira, Moel Soenarko, Setiyono Wibowo, Ida Farida, Hanny Widjaja, Teddy Suchyar, Fillardy Adzani, Taat Joeda. Pelajar: Fathya Hana Nurul Rahiim, Reira Fadhla Ghaisani, Valya Syifa Vannisa, Trisa Tibia Valysa, Jasmine Azizah Nurul Hayat.

Kegiatan ini bertajuk INDONESIA-JAPAN FRIENDSHIP EXHIBITION AND SYMPOSIUM “CROSS CULTURE CROSS IDENTITY” The Representation of Art in Asia : From Traditional to Contemporary. Melalui event ini diharapkan dapat mempromosikan budaya Indonesia, khususnya dalam bidang seni rupa kepada masyarakat di Tokyo, Jepang sehingga kita dapat membandingkan dua kebudayaan Indonesia dan Jepang secara lebih objektif dilandasi prinsip saling menghargai.

Dengan hadirnya inovasi baru dalam kegiatan ini yang dikemas dalam pameran dan simposium, secara tidak langsung dapat memberikan gambaran miniatur dua kebudayaan Indonesia dan Jepang.

Pembagian konsep seni tradisi dalam kategori-kategori kegiatan tersebut untuk memberikan wawasan filosofi dan latar belakang konsep atau gagasan berkarya seniman yang menghasilkan berbagai bentuk karya seni rupa kontemporer. Wawasan tentang seni tradisi ini dianggap penting agar kita dapat lebih memahami berbagai fenomena karya seni rupa saat ini yang semakin beraneka ragam baik dari segi bentuk, teknik maupun mediumnya. Diranah seni rupa Asia, khususnya di Indonesia dan Jepang kita ketahui bahwa seni tradisi begitu dihargai sebagai buah hasil dari pemikiran mendalam dan bernilai tinggi, kemudian bisa direpresentasikan kembali baik sebagai objek maupun konsep yang dapat mewariskan nilai tradisi ke dalam konteks karya seni rupa kontemporer saat ini.

Menurut Agus Cahyana (Kurator Pameran) The Representation of Art in Asia : From Traditional to Contemporary dapat diartikan sebagai salah satu cara untuk dapat menghadirkan kembali nilai-nilai warisan budaya tradisi Indonesia dalam konteks kekinian melalui karya seni rupa.

Dalam hal ini interpretasi warisan nilai bisa dituangkan dalam bentuk ide, rupa atau medium yang dihadirkan lagi sesuai dengan semangat zamannya sehingga menghasilkan karya yang mencerminkan persilangan warisan budaya masa lalu, masa kini, dan imbas dari budaya global.

Sejumlah karya yang dipameran:

Karya Paramitha Pebrianti. Topeng banjet, 70×90 mix media, tahun 2018
“Tari Ponggawa” karya- Supriatna, Acrylic On Canvas, 40Cm X 60 Cm
“Lukisan Tari Merak” karya- Abay Subarna, Mix Media, 70 Cm X 90 Cm

“Nelayan Tobelo” karya- Carlos Kolano Daniel Putra.D Acrylic on Canvas 60cm
Karya Hartono

 

Anak-Anak Penari Saman Foto karya Ken Rangga Dinar

Di era sekarang ini hanya sedikit ruang atau kelompok rupa yang masih menjungjung tinggi nilai keberagamaan budaya tradisional, bahkan dalam ruang lingkup global, nilai-nilai keberagamaan budaya menjadi sangat penting bila dihubungkan dengan identitas budaya yang beragam. Hal ini menarik untuk dibaca oleh para perupa, bagaimana melihat sebuah perluasan misi memperkenalkan kebudayaan Indonesia di ranah Internasional dengan menghadirkan nilai-nilai warisan budaya tradisional Indonesia. Inilah kekuatan seni rupa Asia, dalam konteks identitas budaya tradisinya seni rupa kontemporer Indonesia dan Jepang bisa semakin menglobal sekaligus bisa mendorong munculnya budaya lokal yang diakui dunia.

Melalui pameran ini, diharapkan menjadi motivasi bagi para peserta untuk terus berkarya dengan mengacu pada interpretasi budaya tradisi nusantara yang unik sehingga semakin melatih skill kekaryaan dan mempertajam konsep seni rupa kontemporer Indonesia saat ini.

Selain itu, melalui pameran yang menginjak tahun ketiga ini dapat menjadi sarana untuk memperkenalkan perupa dan karyanya kepada seniman, kolektor, dan apresiator seni rupa di Tokyo, Jepang.

“Kegiatan pameran ini tidak sekadar bentuk intepretasi para perupa terhadap budaya Indonesia semata, tetapi juga sebagai bentuk penghargaan sekaligus pernyataan terhadap identitas Ke-Indonesiaan yang unik dan selalu menjadi kebangaan tiap anak bangsa dalam kancah pergaulan internasional. Dengan keyakinan bahwa nilai-nilai dalam budaya tradisi nusantara akan selalu dapat diwariskan sesuai dengan bentuk dan konteks zamannya,”tandasnya. |JKST/RAN