JAKARTASATU– Tahun politik telah memasuki fase yang semakin keras dan ketat. Fase yang yang sangat mungkin menghalalkan yang tidak halal dalam politik. Tahun 2019 telah di depan mata. Dalam hitungan yang tidak panjang lagi kita akan menyebrang memasuki thn 2019.
Peristiwa Demokrasi yang akan menentukan nasib masa depan anak cucu bangsa ini. Peristiwa yang akan sangat menentukan apakah para Ibu akan terus berkeluh kesah menyiapkan makanan bagi anak-anaknya dan keluarga ditengah mahalnya bahan makanan.
Peristiwa demokrasi yang akan menetukan apakah setiap laki-laki akan kesulitan mencari pekerjaan dan setiap Bapak akan kewalahan memenuhi kebutuhan keluarganya. Moment politik yang akan menetukan apakah kaum pengusaha akan dijadikan sapi perah atas tingginya pajak dan pungutan
Apakah hak rakyat dalam bentuk subsidi akan dirampas semua dan dialihkan ke beton yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan berada, itulah jalan tol. Semua tergantunh kewarasan publik yang merasakan langsung akibat hidupnya
Empat tahun sudah Joko Widodo memerintah negara besar ini dengan cara-cara yang tidak besar. Negara diurus dengan cara-cara yang tidak sepatutnya dan diurus dengan senda gurau semata. Akhirnya martabat bangsa hilang ditelan cerita-cerita yang dibuat hebat untuk menutupi ketidak hebatan pmrth
Terlalu banyak peran kosong diperankan Presiden untuk menutupi ketidak mampuan. Terlalu banyak peran sandiwara diperankan presiden untuk membangun sebuah cerita, ya, cerita hebat yang menceritakan kehebatan semu penguasa yang sesungguhnya tidak hebat dan berbanding terbalik
Dimanakah kini kisah penurunan angka kemiskinan itu ketika di Maluku muncul berita rakyat mati kelaparan? Dimanakah kini cerita peningkatan kesejahteraan rakyat itu jika dipasar Ibu-ibu harus menjerit membeli telor dan ayam yang mahalnya melampaui batas kemampuan daya beli rakyat?
Dimanakah kini cerita hebat penurunan ongkos distribusi Karena jalan tol yang akan berdampak pada penurunan harga jika Ibu-ibu menahan pedih hati membayar 1 kg beras melampui penghasilan 1 hari suaminya?
Dimanakah semua cerita hebat itu kini? Semua hanya cerita dongeng yang menina bobokan masyarakat dengan lakon-lakon kosong bagai serial drama.
Masalah bangsa semakin bertumpuk dan menjadi bom waktu yang bisa meledak jika tidak segera dijinakkan. Begitulah gambaran nyata bangsa kita saat ini. Bom waktu kerusakan pengelolaan negara ini bisa meledak dan menghasilkan daya rusak yang sangat besar
BUMN terlilit hutang, APBN bertumpu hutang, sementara tidak ada solusi dari pemerintah dan Presiden Jokowi tidak berani mengambil kebijakan yang tidak popular terutama di Pertamin dan PLN
Jokowi menahan harga, tanpa subsidi di APBN karena terlanjur mengejek kebijakan subsidi, akhirnya perusahaan Pertamina dan PLN yang menanggung secara langsung, akibatnya BUMN ini terancam berdara-darah dan rugi.
Inikah seorang pemimpin? Menanam banyak bom waktu atas kesalahan pengelolaan negara yang berpotensi menghacurkan dan merusak tatanan sosial berbangsa dan bernegara? Tidak elok jika hanya karena ingin berkuasa 2 periode, semua dikorbankan termasuk masa depan bangsa
Sekarang saatnya memperbaiki bangsa Indonesia dari kerusakan, memperbaiki Indonesia dari ketidak mampuan mengelola negara oleh pemerintah. Kegagalan in harus diakhir sebelum bangsa ini terjatuh kejurang krisi yang dalam. Sudah saatnya kita persiapkan diri memilih pemimpin baru. Mempertahankan yang sudah terbutki gagal, hanya akan membawa bangsa ini ke dalam kerusakan yang lebih dalam. Lebih baik memilih pemimpin baru karena membawa harapan baru daripada mempertahankan yang lama dan sudah gagal. RI
*Politisi Demokrat, Ferdinand Hutahean