Tim Robot Indonesia berfoto bersama di Bandara Soekarno Hata, jelang keberangkatannya ke Meksiko pada Minggu malam (12/8/2018} - Foto : Beng

JAKARTASATU – Tim Robotik Indonesia, yang diwakili oleh  Madrasah TechnoNatura  bertolak  Minggu malam (12/8/2018) pukul 19.30 WIB, menggunakan penerbangan Singapore Airline menuju Meksiko mengikuti olimpiade robotik internasional,dalam ajang FIRST GLOBAL CHALLENGE (FGC) 2018 bersama 186 negara lainnya yang diselenggarakan  pada tanggal 15-18 Agustus 2018 di kota Meksiko.

FIRST GLOBAL CHALLENGE adalah Sebuah kompetisi olimpiade robot yang bertujuan untuk membangun pemuda global masa depan. Bertujuan untuk memperkenalkan masalah energi ke generasi muda, permainan Impact of Energy diangkat menjadi tema Olimpiade Robot FGC2018. Setiap tim akan membangun sebuah robot yang dapat menjawab tantangan lomba untuk menghasilkan energy dengan menggunakan solusi robotika.

Setiap tahun, FIRST Global mengundang satu tim dari tiap negara untuk berpartisipasi dalam event yang mempertemukan siswa sekolah menengah dari berbagai latar belakang budaya, agama dan Bahasa serta Adat istiadat yang berbeda. Dengan membawa para calon pemimpin STEM masa depan ini bersama-sama dalam sebuah kompetisi yang menarik dan kolaboratif yang mendorong pentingnya, kegembiraan, dan penerapan pendidikan STEM.

Tim Robot Indonesia mendapat dukungan dari Kementrian Agama, dimana Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sempat mengundang tim robot ke kantornya untuk melihat langsung kesiapan robot hasil ciptaan yang akan bertanding  sebelum tim robot berangkat ke Meksiko .12 orang yang ikut Tim Indonesia diwakili oleh siswa/siswi Madrasah Internasional TechnoNatura yang tergabung dalam tim Rendevous 2045 (R2045) akan berpartisipasi dalam kompetisi ini bersama tim dari 186 negara lain didunia. Kali kedua Tim Indonesia mengikuti ajang bergengsi Internasional ini.

Tim Robot Madrasah Aliyah TechnoNatura saat mempresentasikan robot ciptaannya ke Menteri Agama/ Foto : Ist

Tim Robot Indonesia juga membawa boneka Orang Utan sebagai icon terkait konsep konservasi perlindungan alam serta boneka Komodo sebagai souvenir. Alasan mereka membawa boneka tersebut berhubungan dengan perlindungan terhadap konservasi alam di Indonesia dan bagian dari sebuah konsekwensi impact energy dari perkembangan teknologi dimasa mendatang.

Tahun lalu tim Indonesia yang dijuluki  “Never Before” disponsori oleh Telkom, BhimaSena dan Mckershub berhasil membawa medali Perak pada kriteria Robot Inovatif. Pada Even kali ini, Tim R2045 membawa robot yang diberi nama D2L, “Dark to Light” disponsori oleh Toyota, Telkom, BMKG, BhimaSena dan Mckershub berharap akan mampu berprestasi lebih dari pendahulunya di ajang global ini.

Berbekal prestasi Robotik di tahun 2017, maka 4 orang dari tim Never Before diundang secara khusus oleh perusahaan IT di Silikon Valley pusatnya industry IT dunia, untuk mengikuti pelatihan “ How to set up startup oleh Silicon Valley Code Camp belajar bagaimana sebuah start up berkembang dan ekosistem apa yang sehat bagi sebuah startup. Mereka akan berkesempatan untuk belajar, berkunjung dan berdiskusi ke Jawara IT dunia seperti Google, Facebook, Tesla, NASA dan sebagainya.”ujar A Riza Wahono, Msc, Phd  seorang  doktor lulusan University Manchester Of Technology (UMIST) – UK 1995, yang membidani berdirinya Madrasah TechnoNatura dan  banyak memberi gagasan kurikulum berbasis teknologi.

Riza Wahono pula yang mengembangkan  Madrasah TechnoNatura pada materi ajar kompetetif dimana implementasi pembelajaran abad 21 menyikapi jaman yang semakin kompetetif  dalam 4 hal; Critical thinking and problem solving, Creativity and Innovation, Communication, Collaboration.  “Setelah selesai mengikuti acara lomba robot di Meksiko, maka sebagian tim langsung mengikuti undangan ke Silikon Valley-USA selama dua minggu disponsori IT pembuat chip di Silikon Valley Amerika Serikat.”papar Riza .

Bila  robot tahun lalu bernama Wowwi, tahun ini robot  bernama D2L (Dark to Light), karena tema lomba tahun ini berkaitan dengan energy impact. Mengambil nama dari konsep itu dengan maksud, gelap menuju terang/cahaya. “ Proses seleksi tim yang akan mengikuti lomba ini cukup panjang dan sudah dilakukan dari tahun lalu, dimana awalnya  mengundang para murid yang tertarik dibidang robotik. Kemudian  mereka yang tertarik diberi pelatihan singkat dalam proses pembuatan robotik ini” ujar Tras Rustamaji Msc diBandara Soeta Minggu malam (12/8/2018), salah satu teknolog dan ahli IT yang cukup dikenal di kalangannya,dan  merupakan  seorang Kepala Sekolah Madrasah Internasional TechnoNatura yang ikut mendampingi tim robot berlomba di Meksiko.

Di akui Tras,murid murid tersebut sebelumnya juga sudah mendapatkan dan mengetahui pembuatan robot dengan teknik Fischer dan Arduino, secara otomatis para murid dapat cepat memahami teknologi robot baru tersebut. “Mereka yang tertarik lalu ditantang membuat robot sesuai kriteria untuk kami nilai “ujar Tras.

Menurut Tras, tahun ini anak anak cukup serius dalam proses pembuatan enginering desain , dimana anak anak dituntut tidak hanya asal jadi dan memenuhi fungsi untuk ikut lomba, namun lebih dari itu,murid murid diminta serius membuat dari masalah design requirement, objective, selection dan lain lain hingga mereka merancangnya di komputer terlebih dahulu sebelum memotong dan memasang.

Ketika proses seleksi dimulai , anak anak yang terseleksi tiap jam akhir pelajaran dan tiap hari Sabtu,  mendapat pelajaran khusus tentang perangkat ini. Tim dibuat menjadi 3 tim dan tiap tim memiliki kit dan desain requirement  tersendiri hingga bisa membuat 3 robot sesuai desainrequirement. Lomba kali ini dirasakan lebih variatif dimana lomba tahun lalu game desain cukup sederhana, namun  lomba di Meksiko kali ini game desainnya tidaklah mudah dan memungkinkan banyak variasi jenis robot.

“Seneng banget bisa ikut mewakili Indonesia dalam lomba robot tingkat dunia, dan mendapat pengalaman baru bertemu dengan beberapa peserta dari berbagai negara,Selain itu saya pribadi cukup bangga bisa ikut ini, bisa membuktikan diri tidak hanya pada lomba di lokal Indonesia saja, namun bisa ikut lomba bergengsi tingkat dunia,” ungkap Ahmad Hisyam Wahono (16 tahun), salah seorang tim hardware engineer yang pernah mewakili lomba robot internasional di Washington DC USA tahun lalu.

“ Pengalamannya yang Aku dapat pastinya seru banget, kenalan sama temen temen baru dari berbagai negara  yang punya pasion sama dibidang robotic juga, dan  sampai saat ini masih keep contact serta lebih mudah berbagi wawasan dan topik bahasan baru terkait inovasi robot yang berkembang.” Ungkap Hisyam menceritakan pengalaman tahun lalu pada ajang lomba yang sama di Washington DC USA.

Menurut pengalaman Hisyam di lomba tahun lalu, ada hal yang menarik saat peserta dari negara Afganistan yang seluruh peserta tidak mendapat visa karena kebijakan Donald Trump tahun lalu, hingga anak kandung Donald Trump terjun langsung membantu visa mereka dan akhirnya dapat mengikuti lomba tersebut dan bertemu dengan team Indonesia di Washington DC.

“ Indonesia satu dari tiga negara (Indonesia, Uruguay,Georgia) kala itu membawa robot berbeda dari 163 negara yang ikut lomba. Georgia melihat Indonesia juga memakai sistem yang sama dengan  mereka dan tidak menyangka Indonesia ternyata mampu membuat sistem robot yang sama,” ungkap Hisyam dimana Tim Georgia tidak menyangka Indonesia mampu membuat sistem robot yang menembakkan bola yang dilombakan untuk penilaian juri dimana ketepatan (presisi) sasaran dan waktu sangat diperhitungkan.

“ Saat Tim Georgia tahu bahwa Indonesia memakai sistem yang sama dengan robot. Mentor tim Georgia memanggil seluruh timnya dan meminta penjelasan Aku, terkait bagaimana cara kerja robot yang kami buat. Mereka sungguh amaze melihat cara kerja robot tim Indonesia kala itu,” ujar Hisyam menceritakan kenangan lomba robot tahun lalu.

Selain negara Gerogia, menurut Hisyam Belanda dan Malta juga cukup kagum dengan robot yang dibuat tim Indonesia. “ Negara China adalah satu negara yang tidak percaya bahwa  bola yang menjadi objek ketepatan yang digunakan robot ke tempat yang dituju dengan cara ditembakan tidak percaya Robot Indonesia dapat melakukan dengan baik, karena hampir semua negara membuat robot melmbawa bola dan meletakan pada tempat/gawang yang dituju.” ujar Hisyam menjelaskan

Lapangan arena lomba tahun lalu seluas 3 x 4 meter dimana ukuran robot itu sendiri berdiamater 50 cm x 50 cm. Satu arena lapangan ada beberapa negara yang dibagi dalam beberapa kelompok. Menurut Hisyam dengan menembak kan bola kegawang lebih praktis dan efisien  ketimbang robot membawa bola dan memasukan kegawang.

Berbeda dengan Hisyam yang saat ini ikut menjadi mentor dan memberi arahan bagi adik kelasnya karena pengalaman tahun lalu dilomba robot yang sama, Meuthya Sandra Kisdwiutomo (15 tahun) adalah salah satu peserta  tim robot R2045 yang ikut lomba ajang first global di mexico tahun ini. Sandra mengaku sangat senang sekali terpilih mewakili Indonesia tahun ini. Menurut Sandra hal yang dilakukan di awal adalah perlunya  adaptasi, karena dari 12 peserta hanya dia sendiri yang wanita.

Sandra masuk dalam tim dokumentasi selain juga membantu tim hardware. Karena dokumentasi adalah salah satu bidang yang ikut dilombakan. Harapan Sandra , tim robot bisa memiliki network yang baik dengan negara peserta, selain tentunya membawa harum nama bangsa lewat ajang ini .

“Harapan saya dalam  ajang ini minimal menyabet 3 nominasi dari beberapa nominasi yang dilombakan seperti, media,dokumentasi, game, selain mempertahankan juga inovasi award yang didapat tahun lalu.Intinya kita harus bisa mengejar beberapa award yang dilombakan tidak hanya satu award,” papar Sandra.

Di akui Sandra orang tua, keluarga dan sahabat sangat mensuport semangat nya menjadi peserta team robot Indonesia. “ Kadang kalo Aku malas, orang tua terus mengingatkan dan mendorong semangat Aku agar tetap semangat menjalani proses seleksi didalam team robot ini, begitupula temen temen deket ikut menyemangati dan memotivasi agar Aku mengikuti lomba ini.”ungkap Sandra, gadis yang nantinya bercita cita melanjutkan studinya dibidang biotech,bidang kesukaannya.

Tim robot berfoto bersama keluarga, melepas kepergiannya menuju Meksiko dibandara Soeta, Minggu malam (12/8/2018) / Foto; Beng

“Tahun ini China cukup serius dalam pengembangan robot. Bisa jadi China merupakan lawan tangguh yang memiliki peluang besar. Tetapi negara lain yang ikut lomba tahun lalu seperti Australia, juga terlihat sering melakukan kompetisi lokal robot dinegaranya. Tidak semua negara dapat kita intip secara pasti namun paling tidak Australia dan China merupakan negara yang cukup fokus mempersiapkan timnya dalam ajang lomba di Meksiko.” Ujar Tras Rustamaji menganalisa lawanm dimana tahun lalu Indiapun cukup bagus dan juga menyabet dua medali dari 8 kategori yang dilombakan. (JKST/Beng Aryanto)