Meridian Ramadir ST, MCP Ketua Umum Gerakan Peduli Jakarta / Foto : Ist

JAKARTASATU – Wilayah kota yang baik dan ideal yaitu jika seluruh unsur pembentuk suatu wilayah saling bersinergi dan berjalan dengan baik serta berkelanjutan dari masa ke masa ke arah yang lebih maju dan nyaman. Berkelanjutan dalam hal ini yaitu perkembangan dari suatu wilayah perkotaan pada kondisi sekarang, dimana mengalami sebuah perubahan yang memberikan dampak positif kepada masyarakat di dalamnya dan mempertahankan yang telah dinilai baik dalam masyarakat dari seluruh aspek yang mendukung perkembangan  kemajuan suatu wilayah  kota ke arah kondisi yang akan datang secara berkesinambungan.

Suatu proses perencanaan wilayah dan kota memiliki ruang lingkup yang cukup kompleks dan membutuhkan banyak aspek yang harus dikaji serta membutuhkan banyak disiplin ilmu yang terlibat dalam penyusunan format perencanaan wilayah dan kota.

“Pembangunan kota layak masih banyak yang perlu dibenahi terutama masalah services atau pelayanan publik (sistem). Infrastruktur dan fasilitas publik yang sudah dibangun namun  banyak hal yang terlihat masih perlu diperbaiki dan ditinjau kembali kemanfaatannya dari sisi fungsi , kenyamanan dan estetika.” Ujar Meridian Ramadir ST, MCP, seorang pemerhati perencanaan kota dan dosen luar biasa Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi (FALTL), Universitas Trisakti Jakarta.

Pembangunan kota dikatakan berhasil bila warganya bahagia. Bahagia tentu akan terwujud bila fasilitas yang ada dapat melayani seluruh kebutuhan aktifitas masyarakatnya.Problem masyarakat Jakarta sedikit banyak sudah dipahami Meridian , karena Meridian lahir dan tumbuh dikota metropolitan Jakarta .

Jakarta menargetkan 30 persen kawasan hijau sebagai paru paru kota hingga tahun ini belum tercapai sesuai target. Pembangunan berbagai infrastruktur sebagai salah satu sarana kebutuhan penunjang kota besar adalah hal yang wajar. Namun begitu dalam pembangunan sejogjanya juga hal yang menjadi target haruslah dipikirkan.Saat ini pemanfaatan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) masih belum sesuai dengan harapan yakni terwujudnya ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan akibat dari pembangunan gedung gedung yang begitu pesat di kawasan kota Jakarta.

Menurunnya kualitas kesehatan dan kenyamanan pemukiman di kawasan kota bisa dilihat dari kualitas ruang terbuka publik mengalami penurunan yang sangat signifikan atau semakin hilangnya ruang terbuka (Open space) di berbagai kawasan pemukiman Jakarta. Sebagai wadah interaksi sosial, RTNH ini diharapkan dapat mempertautkan seluruh anggota warga masyarakat di Jakarta agar manipulasi terhadap alih fungsi pemanfaatan ruang tidak terjadi.

Menurut Meridian, pembangunan gedung gedung diJakarta boleh saja terjadi karena  kebutuhan dan terbatasnya lahan. Untuk itu pemerintah daerah juga harus mencanangkan program kawasan terbuka hijau khusus dengan aturan Perda sesuai komposisi wilayah yang dibangun , agar pembangunan balance dengan target penghijauan kota dalam menciptakan udara sehat kota disesuaikan dengan perencanaan tata guna lahan.

”Ada beberapa gedung di Jakarta yang sudah menerapkan konsep taman gantung, dimana area penghijauan gedung di buat di atas gedung karena keterbatasan lahan dengan cara menanami tanaman hijau di roof top dengan median pot atau dengan bak khusus agar tanaman yang di tanam dapat tumbuh, begitu juga untuk fly over dan pedistrian ways bisa juga dilakukan penempatan pot tanaman yang disesuaikan disepanjang jalan oleh dinas pertamanan kota.” ujar Meridian yang juga seorang landscaper dari studinya di jurusan arsitektur.

Meridian Ramadir ST, MCP ; Ketua Umum Gerakan Peduli Jakarta / Foto : Ist

Saat ini ibukota Jakarta sedang mencanangkan konsep pembangunan Transit Oriented Development (TOD), Dengan proyek pembangunan transportasi  massa MRT (Mass Rapid Transit) dimana nanti sarana transportasi terkoneksi dengan sarana transportasi massa  lainnya seperti Trans Jakarta dan Commuter Line, dimana are TOD merupakan area pusat pelayanan lingkungan. Menurut Meridian pembangunan fasilitas umum yang ada harus lebih bisa menciptakan sebuah fungsi dan kenyamanan pengguna dari berbagai usia dan kondisi terutama untuk kaum perempuan,Ibu Hamil, Jompo dan Keterbatasan Fisik /Disabilitas.

Dari sisi ekonomi, peningkatan geliat ekonomi masyarakat kelas menengah dan bawah menurut Meridian, pemerintah kota juga harus memperhatikan fasilitas –fasilitas ekonomi yang menunjang pemberdayaan  usaha masyarakat  ekonomi kecil dan menengah (UMKM) seperti pasar tradisional .

Pasar tradisonal perlu adanya penataan yang lebih baik dari berbagai sisi, baik sisi kelayakan, kebersihan maupun sisi nilai ekonomis dari tempat usaha yang memadai dan sewa murah. “Bila perlu pemprov memberi subsidi bagi UMKM yang mengisi lahan pasar tradisional yang dikelola oleh BUMD lewat PD Pasar Jaya. Agar kesulitan pedagang terkait nilai ekonomi yang dibebankan tidak terlalu memberatkan pedagang disamping penempatan dan penataannya dipikirkan senyaman dan selayak mungkin.” Ujar Meridian .

Menurut Maridian Pemprov DKI dirasa perlu meninjau kembali regulasi dan kebijakan yang terlihat pro pada pengusaha modal besar (kapitalis) yang berdampak pada usaha kecil dan menengah didalam masyarakat.Semisal ijin pembangunan mini market yang menjamur ditiap sudut kota dimana keberadaannya perlu di atur kembali.

“ Berdirinya mini market yang begitu banyak  dan kadang jarak pun terlalu berdekatan perlu di pikirkan. Adanya usaha warung bermodal besar (mini market) secara otomatis mematikan usaha kecil masyarakat yang hidupnya dari usaha berdagang kelontong dan kebutuhan rumah tangga.”ungkap Meridian menyikapi ijin dan penataan kembali bidang usaha minimarket yang ada saat ini, agar tidak terlalu berdampak pada usaha masyarakat menengah dan kecil.

Pemprov sudah selayaknya ikut memperhatikan kondisi sosial masyarakat yang berkaitan dalam hal ekonomi kerakyatan. Selain masalah ekonomi, masalah fasilitas ibadah pun perlu perhatian lebih agar bisa dikembangkan, tidak hanya sebatas menjadi tempat menjalankan rutinitas ibadah. Namun rumah ibadah semisal mesjid juga bisa digunakan sebagai tempat kegiatan umat untuk berinteraksi yang lebih luas, salah satunya dengan pemanfaatan sarana pendidikan agama (TPA) dan interaksi sosial  lain lainnya.

Pembangunan kota tentu juga tidak melulu berbicara pembangunan fisik kota, namun pembangunan non fisik perlu dipikirkan se imbang. Pembangunan non fisik tentu berorientasi pada bentuk kegiatan sosial dalam pengawasan kepada masyarakat langsung. “Saya sangat sepakat bila menata sebuah pembangunan itu juga harus memikirkan berbagai unsur didalamnya termasuk masyarakat didalamnya. Pengembangan kesehatan masyarakat lewat posyandu tetap harus diberi penyuluhan tentang bagaimana hidup sehat agar masyarakat pun terus teredukasi langsung tentang pentingnya sebuah kesehatan lewat kegiatan posyandu.”papar Meridian melihat masyarakat adalah bagian yang tak bisa dilepas dari proses pembangunan kota.

Untuk membuat bangsa menjadi cerdas, sangat bergantung pada pengawasan orang tua terhadap anak anaknya. Dalam hal ini peran ibu cukup besar dalam menjaga dan mengawasi anak-anaknya agar bisa tumbuh kembang baik dan cerdas. Mencetak anak anak cerdas secara otomatis juga mewujudkan generasi dan bangsa yang cerdas. Anak akan tahu banyak hal bila sang ibu bisa mentransfer berbagai hal baik dan cerdas. Untuk itu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dan majelis taklim  perlu dikembangkan sebagai sarana interaksi yang terorganisir buat kalangan ibu ibu.

Salah satu kegiatan aktifitas Meridian dalam memberi arahan pada ibu ibu wali murid di sekolah Al Azhar pusat Jakarta./ Foto ; Ist

“ PKK dan kegiatan positif lain dalam masyarakat  harus dikembangkan kembali sebagai sarana interaksi kaum ibu ibu yang lebih bermanfaat dalam lingkungan, ketimbang melakukan kegiatan non produktif. PKK pula yang melahirkan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang sangat membantu masyarakat ekonomi kecil dalam program pendidikan pra sekolah.” Papar Meridian menjelaskan

Meridian  adalah sosok ibu rumah tangga yang memiliki 4 orang anak dimana anak pertama sudah beranjak remaja dan duduk dibangku kuliah fakultas hukum Universitas Indonesia. Meridian dalam kesehariannya adalah seorang  Perencana Kota dan Dosen luar biasa di Universitas Trisakti Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi (FALTL). Mendapat gelar S1 sarjana teknik jurusan arsitektur  di Universitas Trisakti Jakarta tahun 2002 dan Kemudian mengambil gelar Master in City Planning (MCP) di Boston University-USA. Suami Meridian adalah H.Achmad Alfarius seorang pengusaha, yang sangat mendukung ke inginan Meridian  terjun ke panggung politik. Agar ide konsep penataan kota bisa langsung terimplementasi dalam kebijakan pemerintah kota Jakarta lewat dewan perwakilan daerah kota Jakarta. (JKST/Beng Aryanto)