Catatan Pinggir Ciliwung Terkait Survey LSI.

JAKARTA – Dos Santos Senator ProDem, aktivis era 80an menanggapi atas pro kontra publik terkait hasil Lembaga Survey Indonesia (LSI) besutan Denny JA yang merilis hasil survei soal dukungan pemilih muslim untuk dua kandidat paslon di pilpres 2019 mendatang.

Hasil survei ini dibacakan oleh peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar, di kantornya, Jl Pemuda Raya, Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (24/8/2018).

Salah satu eksperimennya, LSI Denny JA membagi kategori pemilih muslim berdasarkan frekuensi ibadah salat dan pemilih berdasarkan frekuensi membaca Alquran.

Jokowi-Ma’ruf unggul di pemilih yang salat minimal sehari sekali dan muslim yang membaca Alquran sekali sebulan. Sedangkan Prabowo-Sandi, mereka unggul di muslim yang salat di momen tertentu juga pembaca Alquran di momen tertentu.

Berikut hasilnya:

1. Pemilih berdasarkan frekuensi ibadah salat.
A. Salat setidaknya sehari sekali (31,5% pemilih):
a. Jokowi-Ma’ruf: 57,9%
b. Prabowo-Sandi: 27,4%
c. Belum menjawab: 14,7%

B. Salat di momen tertentu (27,8% pemilih):
a. Jokowi-Ma’ruf: 41,2%
b. Prabowo-Sandi: 43,5%
c. Belum menjawab: 15,3%

C. Tidak jawab (40,7% pemilih):
a. Jokowi-Ma’ruf: 55,2%
b. Prabowo-Sandi: 21,5%
c. Belum menjawab: 23,3%

2. Pemilih berdasarkan frekuensi baca Alquran
A. Baca Alquran setidaknya sekali sebulan (30,8% pemilih):
a. Jokowi-Ma’ruf: 61,0%
b. Prabowo-Sandi: 30,1%
c. Tidak tahu: 8,9%

B. Baca Alquran di momen tertentu atau jarang membaca (29,2% pemilih)
a. Jokowi-Ma’ruf: 41,5%
b. Prabowo-Sandi: 42,9%
c. Tidak tahu: 15,6%

C. Tidak jawab (40,0% pemilih):
a. Jokowi-Ma’ruf: 53,2%
b. Prabowo-Sandi: 20,0%
c. Tidak tahu: 26,8%

“Survey Denny JA tidak logis sebab tak mungkin orang yang diwawancara dalam survey menjawab secara benar, apa jaminan jawaban responden akan jujur?
Sekalipun misalnya Denny JA dalam survey pasang alat deteksi kejujuran kepada responden, tetap tak bisa menjamin kejujuran dari jawaban responden. Apalagi alat tersebut ternyata masih bisa dikecoh oleh manusia dengan cara mainkan emosi dan mimik wajah. Jadi soal bohong atau tidak belum ada alat atau metodelogi yang akurat dapat mendeteksinya secara akurat,” terang Dos Santos.

Menyambung keterangannya Dos Santos jelaskan bahwa, hasil survey Denny JA bahwa, ini adalah upaya Denny JA dalam mencari posisi terhadap capres guna kepentingan bisnisnya. Sebab lembaga survey akhir – akhir ini banyak meleset dimana mayoritas hasil survey di Pilkada DKI dan Pilkada serentak 2018 jauh berbeda dari hasil akhir perhitungan resmi KPU. Jangan sesatkan rakyat dengan survey yang seolah secara akademis objektif dan mendekati kebenaran.

“Dari mana Denny JA bisa simpulkan dan apa dasar metodeloginya bahwa ketaatan seseorang dalam laksanakan ibadah (Shalat dan baca Al Quran) dapat mengukur kebenaran dari wawancara survey. Apa jaminan responden menjawab jujur soal ibadahnya?

“Tidak menutup kemungkinan ini akan munculkan gejolak di kelompok Islam yang bisa memecah belah bangsa. Apakah ini yang diinginkan Denny JA demi bisnisnya melalui bisnis surveynya yang munculkan kegaduhan, perpecahan, saling curiga yang dapat munculkan gesekan antar elemen bangsa, baik Islam yang taat ibadah dan Islam yang tidak taat beribadah. Padahal urusan ketaatan adalah urusan hamba dengan sang Khalik yang wasitnya adalah Malaikat bukan Denny JA.

“Maka saya mengajak kepada semua elemen bangsa untuk tidak mempercayai survey Denny JA yang nyata dapat timbulkan gesekan antar bangsa. Marilah umat Islam bersatu tidak terpancing tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dan tetap mendengarkan ulama yang dekat dengan umat sesungguhnya. Tidak menutup kemungkinan survey Denny JA dapat dilaporkan kelompok Islam yang tercederai oleh hasil survey LSI ke pihak kepolisian,” tutup Dos Santos. (Agusto)