Joko WIdodo

PAK JOKOWI, KATANYA EKONOMI MEROKET ?! “EH, MALAH NYUNGSEP”
Oleh: Pradipa Yoedhanegara

Heboh kenaikan dolar amerika serikat pekan ini pasti akan menuai polemik bagi sejumlah pihak, namun kenaikan mata uang dolar as selalu akan dijawab oleh para pejabat dan ahli keuangan, serta ekonom pro rezim “disebabkan oleh faktor eksternal”, yang terjadi dengan retorika yang mengacaukan logika berfikir orang normal, karena apabila rupiah menguat retorika yang dibangun selalu karena “Faktor Fundamental Internal”, pemerintah.

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar as, oleh sejumlah pejabat dilingkaran presiden jokowi, mungkin masih dianggap dalam kondisi yang wajar dan normal. Padahal oleh sejumlah ekonom seperti “Rizal Ramly dan Kwik Kian Gie”, melemahnya nilai tukar rupiah bisa berdampak pada krisis ekonomi di negeri ini, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat oleh pemerintah jokowi.

Mengutip statement presiden Jokowi, pelemahan rupiah saat ini lebih disebabkan sentimen dari eksternal, seperti kenaikan suku bunga The Fed, perang dagang antara China dan Amerika Serikat, dan krisis yang melanda Turki serta Argentina, yang begitu bertubi-tubi meyerang negeri ini, menurut pendapat pribadi saya; “hanya alasan klasik sebagai pembelaan diri dari ketidak mampuan tuan Presiden mengelola keuangan negara dengan bijak”.

Secara pribadi saya tidak mau berpolemik terhadap kenaikan dolar as saat ini, tapi janji tuan presiden, serta para ekonom dan pendukung rezim yang pernah membual di seantero negeri ini dengan menyatakan; “Kalau Jokowi menjadi Presiden, maka dolar akan ada diangka sepuluh ribu rupiah”? Selain itu janji tuan presiden yang “Bilang Ekonomi Meroket”? Tapi koq malah nyungsep semua, jauh dari analisa dan statement tuan presiden yang terkesan membohongi publik.

Melihat semua statement dan karangan cerita ngawur yang sering terlontar dari para menteri dan tuan presiden, sepertinya “pasar dan publik sudah jengah, serta tidak lagi percaya terhadap kebijakan tuan presiden” saat ini. Mungkin itu yang menjadi salah satu faktor membuat rupiah makin terpuruk, sehingga dolar as bisa menebus angka 15.029 dalam pekan ini.

Terlihat jelas sejak awal kepemimpinan tuan presiden jokowi dan para pembantunya telah kehilangan arah dalam membuat kebijakan “ekonomi nawacita”, serta implementasinya yang kini telah berubah menjadi “konsep ekonomi duka cita”, karena tuan presiden tidak begitu serius mengurus persoalan ekonomi negeri ini, karena lebih terfokus pada isyu soal “Hastag, Volume Adzan, dan hal remeh temeh lainnya saja”.

Suasana politik akibat dari pelemahan nilai tukar rupiah saat ini akhirnya kembali gaduh serta menjadi semakin ramai dan bertambah liar, akibat adanya statement dari salah seorang menko yang menyebut “politisasi terhadap isu pelemahan rupiah sebagai bentuk pengkhianatan terhadap negara”?!. Pertanyaannya siapa yang mempolitisir isyu tersebut? Karena melemahnya nilai tukar bukan sebab politis tapi fakta kegagalan tim ekonomi pemerintah saat ini.

Tampaknya pernyataan sang menko salah kaprah dan tidak paham karena bukannya membuat pernyataan yang menyejukan diruang publik, malah ikut memanasi suasana politik dinegeri ini. Tuan Presiden sebaiknya berkata jujur saja kalau memang sudah tidak mampu mengurus persoalan ekonomi di negeri ini, bukan malah menyuruh sang menko bicara ngawur di era demokrasi digital seperti saat ini yang terkesan bernada mengancam publik telah mempolitisir kenaikan dolar as.

Melemahnya dolar as saat ini, bisa saja terjadi sebagai akibat kerja yang tidak jelas dan tak terfokus tuan presiden dan pembantunya disektor ekonomi, karena ditahun politik seperti saat ini, tuan presiden sepertinya lebih sibuk dengan politik pencitraan ketimbang mengurus urusan negara yang substansial dan menyangkut hajat hidup orang banyak.

Sebagai pesan penutup, sebaiknya para menteri di era iptek yang maju seperti saat ini, tidak berkuping tipis, dengan lebih mengedepankan komunikasi yang interaktif kepada publik dalam menjelaskan menurunnya nilai tukar rupiah, ketimbang berbicara seperti layaknya centeng di ruang publik karena masyarakat tidak bisa diintimidasi dengan cara-cara yang kurang elegan. Selain itu pemerintah jokowi bersama para menterinya bisa meniru apa yang dilakukan oleh Cawapres Sandiaga Uno yang menukarkan uang dolarnya ke money changer agar bisa memperkuat nilai tukar rupiah, bukan lagi mengecap semaunya diruang publik.

Waallaahul Muafiq illa Aqwa Mithoriq,
Wassallamualaikum Wr, wb.
?PYN?
Tangsel, 7 September 2018