Oleh: Doddi Espe

Lengkaplah sudah ‘kemiskinan’ Prabowo-Sandi dari dukungan orang-orang ‘besar’. Hampir semua kekuatan disapu bersih oleh Jokowi-Maruf Amin.

Dukungan keluarga Gus Dur kepada Jokowi-Maruf Amin, bukan saja membuat para elit terperangah, bahkan rakyat pendukung Prabowo-Sandi kecele. Keluarga Gus Dur lebih memilih pasangan Jokowi-Maruf Amin, yang semula diperkirakan orang akan berlabuh ke Paslon No 02.
Dukungan mentri kabinet kerja dan jajaran strukturalnya sampai ke kepala dinas di provinsi ataupun kabupaten/kota; para gubernur diamini para bupati dan walikota, bahkan para camat dan kepala distrik; akan berusaha sekuat daya memenangkan sang majikan petahana, Presiden Jokowi!

Paslon 02 bagai jatuh tertimpa tangga. Sebelum Yenny Wahid memberikan dukungan; dua pengusaha ternama telah diklaim oleh Abdul Kadir Karding (Sekjen PKB) juga mendukung Jokowi-Maruf Amin. .”Jadi perlu saya sampaikan pada susunan tim kampanye nasional yang baru, ada tambahan beberapa nama, salah satunya adalah Pak Rosan dan Mas Bahlil,” kata Karding, Minggu (23/9/2018). Bahlil Lahadia adalah ketua HIPMI sedangkan Rosan Roeslan ketua KADIN yang merupakan sahabat Sandi sejak lama. Rosan dan Sandi tahun 1998 mendirikan perusahaan yang kini bernama Recapital Group yang mengantarkan Sandiaga masuk 29 terkaya di Indonesia.

Kekuatan orang-orang besar di negri ini berada di gerbong Paslon No 01. Siapa lagi yang bisa diharapkan Prabowo yang akan mendukungnya? Mahfud MD, Said Agil Siradj (sekalipun tidak akan terang-terangan), rakyat awam pun bisa menduga bahwa keerduanya akan jatuh ke pelukan Jokowi-Maruf Amin dan mengerahkan kekuatannya untuk petahana.

Prabowo-Sandi kini hanya mengandalkan dukungan rakyat yang berhadap-hadapan dengan para pemimpinnya. Bisakah rakyat menjadi mesin pemenangan? Bisakah rakyat menjadi kekuatan besar yang berada di garda depan perjuangan Prabowo-Sandi untuk menuju kemenangan? Tak perlu diragukan, kali ini rakyat berada didepan bukan lagi dibelakang, karena merasa ditantang oleh para pemimpinnya energi survivalnya semakin besar. Mahasiswa akan solid, emak-emak semakin padu memperjuangkan nasib dapurnya dengan kondisi kesulitan ekonomi sekarang ini. Demikian juga tokoh-tokoh agama akan semakin yakin bahwa mereka harus mengawal keputusan Ijtima II memenangkan Prabowo-Sandi.

Apakah Jokowi-Maruf Amin tidak memiliki titik lemah?
Muchtar Ngabalin, Maman Imanulhaq, Cak Imin, Nusron Wahid, Andrian Napitupulu dengan manuver dan statement-stamentnya akan membuat kalangan Islam grassroots antipati dan berpaling ke lain hati, kelimanya akan menjadi penghancur suara.
Di kalangan pemilih rasional perkotaan, celoteh Ruhut Sitompul dan kampanye hitam Denny Siregar juga akan melahirkan antipati besar, selain para santri akan lari oleh perlakuan Abu Janda dan beberapa persekusi Banser kepada para ulama.
Kehadiran Raja Juli Antoni dan rombongan anak muda di PSI yang over acting mencari muka dan Farhat Abbas sang fenomenal trouble maker pun akan kontra-produktif dikalangan milenial. Tak terkecuali KH Maruf Amin dengan Islam Nusantaranya akan menjadi yang paling dahsyat menggerus dukungan para ulama kultural beserta para pengikutnya.

Tidak kalah penting.., adalah sakit hatinya kalangan loyalis almarhum Gus Dur, mereka merasa telah dicederai Yenny Wahid dengan memilih Jokowi yang artinya satu kubu dengan Cak Imin. Sementara kalangan Gusdurian dan NU masih sakit hati oleh Muhaimin Iskandar yang telah tega merebut PKB dari alamarhum KH Abdurachman Wahid sang pejuang pluralisme, pamannya sendiri. “Saya menegaskan konflik itu ada sampai ia (Gus Dur) wafat. Itu pernyataan (dari kubu Muhaimin) direkayasa, diada-ada, keji, baik kepada Gus Dur, keluarga dan Gusdurian,” kata pengacara keluarga Gus Dur, Pasang Haro Rajagukguk, saat menggelar jumpa pers di Jalan Kuningan Timur No 12, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2014).

Semakain banyak orang besar mendukung Jokowi-Maruf Amin niscaya semakin besar pula kekuatan yang cenderung bocor. Rasanya Prabowo tidak perlu terlalu sibuk lagi dengan berbagai acara kunjungan. Ia dengan dukungan mantan jenderal yang konon jumlahnya ratusan, fokus saja menggarap lahan pesantren dan kaum marginal di pinggiran, seperti para petani, nelayan dan pekerja pabrik. Prabowo tokh sudah punya tabungan para loyalisnya tahun 2014, paling tidak 25-30% suara pemilih sudah digenggaman; baik suara partai Gerindra ataupun diluar partai.

Sementara Sandiaga Uno ibarat Suma Han Si Pendekar Super Sakti dalam cerita dunia Kangow karya Kho Ping Ho, pemuda yang kakinya hilang satu dibuntungi oleh Bu Ci Goat gurunya yang jahat. Suma Han memiliki tenaga im (dingin membekukan) dan yang (panas membakar). Sandi tanpa topangan orang-orang besar tapi memiliki emak-emak (im) di tangan kanan dan simpati milenial (yang) di tangan kiri. Sandi akan menjadi kekuatan dahsyat tak terbendung, layaknya Suma Han yang mampu memporak-porandakan pasukan Manchu yang besar dan didukung para pesilat tangguh tapi jahat, seperti Pek Giam Ong, Ma Su Nio, Thian Tok Lama dan lain-lain.

Akan lebih taktis kalau Prabowo menarik panglima-panglima utamanya dari medan laga, tempatkan sebagai satuan penyuplai amunisi dan strategi di garis belakang, mereka adalah Fadli Zon, Zulkifli Hasan, Fahri Hamzah, Amin Rais, Ratna Sarumpaet, Mardani Ali Sera, bahkan kalau perlu SBY pun tidak perlu berlaga di medan juang. Sodorkan wajah-wajah baru yang lebih fresh seperti: AHY, Daniel Azhar, Neno Warisman, Faldo Maldini, Andre Rosiade, Kawendra, Rachel Mariam, Radit, pasutri Ahmad Dhani-Mulan Jamila, Natalius Pigai, Sara Djoyohadikusumo, Fahira Idris, Budi Djiwandono dan wajah-wajah genuin lainnya. Jangan dikhawatirkan Ahmad Dhani yang pemahaman politiknya sering liar, bicara natural dengan gayanya, itulah gaya demokrasi yang menyenangkan dan apa adanya.

Jurus pamungkas…! Prabowo-Sandi harus berani membuat terobosan yang akuntabilitasnya bisa langsung dibuktikan begitu mereka terpilih, dibanding memperbaiki masalah ekonomi dan tenaga kerja yang butuh waktu, yaitu memberikan target kompensasi kepada potensi pemilih milenial yang hampir 100 juta suara (bila dikategorikan hingga usia 40 tahun) dengan mengalokasikan paling tidak 30% jatah kursi kabinet untuk milenial. Dengan janji ini, gelombang dukungan milenial tidak akan terbendung, karena mereka merindukan kondisi politik Indonesia yang carut marut sekarang ini dipangkas dalam waktu singkat. Mereka sudah hampir kehilangan kepercayaan kepada para orang tua akibat laku tidak terpuji yang dipertontonkan tiap hari. Mereka akan menggembosi PSI yang tidak merepresentasikan perjuangan kaum muda karena para elitnya lebih banyak cari muka.

Beranikah Prabowo-Sandi menjadi inisiator yang memberi kepercayaan dan peran kepada kaum muda mengelola negara, bukan hanya jadi penonton belaka..?!

Kita tunggu saja!

Bogor, 28 September 2018

*)Founder JSPRO brand of event