Penolakan kehadiran proyek tambang emas di Beutong, Nagan Raya dan Pegasing, Aceh Tengah terus disuarakan. Mulai dari warga setempat hingga para aktivis lingkungan di Aceh.
Bahkan, sejumlah politisi juga menolak eksploitasi dan eksplorasi tambang tersebut dengan sejumlah alasan, di antaranya kekhawatiran terhadap pengerukan hasil bumi Aceh tanpa mampu menyejahterakan rakyatnya.
Penelusuran ACEHSATU.com dari sejumlah sumber media, proyek emas di Beutong memang sangat menjanjikan.
Sumberdaya pada proyek Beutong ini diprediksi sebesar 93 juta ton, yang terdiri dari 1,24 miliar pounds tembaga, 373.000 ounces emas, 5,7 juta perak, plus sebanyak 20 juta pounds molibdenum.
Lantas siapakah pemilk tambang yang dikuasai atas nama PT Emas Mineral Murni (EMM)?
Dalam sebuah informasi yang rilis Bisnis.com pada tahun 2015, proyek ini awalnya dimiliki oleh Kalimantan Gold Corporation Limited, perusahaan asal Kanada yang berkongsi dengan raksasa tambang Freeport-McMoRan Inc.
Di Indonesia, perusahaan ini menguasai tiga proyek tambang emas-tembaga yang masih eksplorasi, yaitu di Kalimantan Tengah (CoW) melalui PT Kalimantan Surya Kencana, di Jelai, Kalimantan Timur milik PT Jelai Cahaya Minerals, dan di Beutong, Aceh melalui PT Emas Mineral Murni.
Perusahaan ini kemudian mengubah namanya menjadi Asiamet Resources Limited yang tercatat ganda di Bursa Efek Toronto dan Bursa Efek London.
Sebelumnya, Kalimantan Gold Corporation Limited melakukan akuisisi 40% tambang emas Beutong di Aceh milik Tigers Realm Copper Pty Ltd, perusahaan asal Australia.
Proses akuisisi ini dituntaskan pada 9 Januari 2015.
Sebuah informasi yang rilis kontan.id menyebutkan, Kalimantan Gold berkongsi dengan Surya Paloh, Ketua Umum Partai Nasdem dalam menggarap proyek tambang emas Beutong, Aceh.
Pasalnya, selain dimiliki Tigres Realm Copper, 60% saham tambang tersebut juga dimilliki pemilik Media Group itu.
Jadi, untuk mendapatkan 40% saham Tigers Realm Copper di proyek emas Beutong, Kalimantan Gold akan menerbitkan sebanyak 170,4 juta saham dan 14,6 juta warrant untuk Tigers.
Setelah penggabungan ini, kedua perusahaan akan bersama-sama mencari dana sebesar US$ 3 juta di pasar modal melalui private placement, oleh pemegang saham lama Kalimantan Gold.
Dana hasil private placement tersebut akan digunakan untuk mendanai kegiatan pengeboran dan study metalurgi di wilayah prospek tambang emas.
Pertama, di Beruang Kanan Main Zone (BKM) milik Kalimantan Gold.
Kedua, melanjutkan eksplorasi ke eksploitasi di proyek Beutong, Aceh.
Selain itu, Tigers juga akan memberikan pinjaman kepada Kalimantan Gold untuk membiayai due diligence alias uji tuntas, dan membayar biaya private placement.
Utang ini akan dibayar kembali setelah dana berhasil diperoleh.
Tigers juga akan memberikan pinjaman US$ 250.000 bagi Kalimantan Gold untuk mempertahankan operasinya selama masa due diligence.
Pinjaman ini juga akan dibayarkan kembali dengan dana yang didapatkan dari aksi private placement.
Meski pun demikian, Kalimantan Gold memiliki hak unuk membayar utangnya itu dengan saham, jika modal yang didapatkan dari aksi private placement tidak mencukupi.
Langkah merger ini, dilakukan untuk mengatasi pasar komoditas emas yang memburuk ditengah penurunan harga emas di pasar internasional.
Apalagi saat itu tambang emas milik Kalimantan Gold dan Tiger Realm Copper masih dalam tahap eksplorasi alias belum menghasilkan apa-apa.
Perlu diketahui, Kalimantan Gold bersama Freeport McMoRan Copper & Gold (FCX) pernah membentuk anak usaha bernama PT Kalimantan Surya Kencana.
FCX memiliki saham 49% di perusahaan ini dan 51& dikuasai Kalimantan Gold.
Januari 2014, FCX keluar dari proyek kongsi itu karena ingin fokus ke tambang Grasberg Papua.
Mereka juga menyelesaikan akuisisi 40% saham di konsesi Tambang Beutong, Aceh dari Tigers Realm Metals Pty Ltd.
Sementara sisa saham 60% perusahaan ini dimiliki Surya Paloh.
Adapun sumber daya pada proyek Beutong ini sebesar 93 juta ton, yang terdiri dari 1,24 miliar pounds tembaga, 373.000 ounces (oz) emas, 5,7 juta oz perak, dan 20 juta pound molybdenum.