JAKARTASATU – Alasan Direktur Utama PLN Sofyan Basir diberbagai media hari kamis (22/11/2018) mengatakan bahwa potensi harga gas yang tinggi bisa memicu kenaikan tarif dasar listrik, sehingga solusi skenario menurunkan porsi energi gas sebesar 7% untuk PLTG dan PLTGU dalam revisi RUPTL (Rencana Umum Pembangkit Tenaga Listrik ) dan menaikan porsi batubara untuk PLTU 6,5 % pada tahun 2018 – 2027 dianggap aneh dan lucu.
Pasalnya pada Januari 2017 PLN telah menanda tangani jual beli listrik energi gas (PPA / Power Purchase Agreement) sekitar 5,5 sen dolar AS per Kwh dengan konsorsium PT Pertamina ( Persero) Marubeni Corporation dan Sojitz Corporation Jepang untuk membangun PLTGU Jawa 1 dengan kapasitas 2 X 800 MW senilai USD 2 miliar.
Konon kabarnya harga jual listriknya paling murah dari energi lainya dan mengagetkan semua direksi PLN , dan tehnologinya juga paling canggih sehingga bisa sangat efisien biaya operasinya , diperkirakan akan beroperasi komersial pada tahun 2021.
Selain itu , rencana PLN memangkas target kapasitas pembangkit listrik dalam RUPTL 2018 – 2027 menjadi 56.024 MW dari RUPTL 2017 – 2026 sebesar 77.873 MW adalah wajar dengan pertimbangan laju pertumbuhan ekonomi , namun porsi energi terbarukan seperti ( PLTA , PLTP dan lainya ) malah turun 2 % , sehingga target bauran energi 25 % pada tahun 2024 sangat diragukan , karena problem ke ekenomiannya harga jual listriknya , sehingga sulit pihak perbankan mau membiayai investornya.
Sehingga berdasarkan proses bisnis penggunaan energi gas di PLTGU Jawa1 ternyata sangat efisien , perubahan porsi gas dalam rencana pembangunan pembangkit listrik adalah tidak berdasarkan pertimbangan yang benar dan cerdas , atau jangan jangan masih ada ” gendoruwo yang harus ditabok ” juga dalam mempengaruhi setiap rencana revisi RUPTL yang sarat kepentingan elit elit kekuasaan.
Oleh karena itu saya menduga perubahan skenario pengurangan porsi gas dan meningkatkan porsi batubara diakibatkan KESDM tidak mampu menjamin kehandalan pasokan gas jangka panjang untuk semua PLTG dan PLTGU yang sdh beroperasi dan yang akan beroperasi.Fakta tersebut berbanding terbalik dengan rilis Neraca Gas Indonesia thn 2018 – 2027 diperkirakan dari blok Masela gas akan diproduksi secara komersial ditahun 2025.
Jakarta 26 November 2018
Direktur Eksekutif CERI
Yusri Usman.