Isu jumlah peserta Reuni akbar 212 / Foto ilustrasi : Ist

Pernyataan beberapa media hingga hingga kini memang masih simpang siur dan menjadi polemik. Terlebih ada isu yang mengatas namakan pusat operator seluler mencatat aktifitas telpon seluler melalui deteksi IMEI sejumlah 13,4 juta peserta reuni 212 dan range tengah dengan kisaran 10 juta pun di anggap masih tidak masuk akal dalam penghitung angka peserta yang hadir di acara reuni akbar 212 di Monas pada tanggal 2 Desember 2018 lalu.

Klaim 8 jutapun di bantah tirto id dalam headline online tanggal,  4 Desember 2018 (Reuni 212 : Benarkah Klaim 8 Juta Peserta? ),  bahwa range peserta hadir dengan asumsi peserta maksimal tidak lebih dalam kisaran dibawah 1 juta peserta.

Tirto memaparkan hal tersebut berdasar teknis penghitungan ala Herbert Jacobs dengan range maksimal dari berbagai posisi ruas jalan di area Monas pada acara reuni akbar 212 tidak memungkinkan masa mencapai lebih dari 1 juta orang.

Konfirmasi berbagai info logis terkait isu yang didapat atas nama Indra Pialang dengan ahli IT praktisi dunia Telko mantan General Manager Network Security Telkomsel, Ariyanto Agus Setyawan, mengatakan apa yg dipaparkan oleh Indra Pialang lewat yang tersebar di berbagai opini medsos, secara logika bahasa tidak pas.

“Jumlah HP/ IMEI ,itu bukan kata-kata  operator. Umumnya mereka memakai istilah MSISDN.” Kata “MSC” juga tidak tepat. Jumlah MSISDN alias nomor HP yang nempel di suatu jaringan selular biasanya bisa di lihat melalui  VLR(Visitor Location Register) atau HSS istilah yg baru yang dipakai bukan  MSC,” papar  Ariyanto Agus Setyawan, Praktisi Telco Indonesia.

Pada gambar akun medsos oleh Indra Piliang yang dishare pun  di anggap bukan terminologi telco selular. Lebih pada jejaring analisis social media twitter.

informasi sumir yang di anggap tidak berdasar oleh para praktisi telco.

Menurut Ariyanto, data-data yang dipaparkan seorang Indra Piliang yang ramai menjadi pembicaraan di media sosial  sangat tidak mungkin pula dipublish oleh operator. Jumlah yang hadir memang banyak, dan sistem BTS nya tidak mampu meng coverage semua aktifitas pengguna peserta reuni 212 di Monas bila mereka menggunakan seluler dalam rentang waktu yang sama.

“ Bila jumlah orang nya banyak, jangankan mau nelpon atau menggunakan fasilitas HP, untuk tangkap sinyal jaringan saja banyak yg gagal dapat sinyal beneran, alias nempel ke BTS, terkait kapasitas nya terbatas dan pasti akan terkendala,” ujar Ariyanto Agus Setyawan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta (4/12/2018).

Pendapat serupa di ungkapkan  Mochamad James Falahuddin seorang analisis dan narasumber indotelko.com pada keterangan tertulisnya. Menurut M. James Falahuddin  isu dari Iwan Piliang dianggap tidak berdasar  atau tidak jelas.

Sangat kecil kemungkinan operator mengumumkan secara resmi berapa pelanggan nya saat itu. apalagi ini lintas operator yg saling bersaing dan waktu nya cukup singkat. kecuali operator nya mau pamer berhasil melayani dengan baik. pada kenyataan nya layanan operator tidak begitu baik.

Beberapa istilah yang dipakai seperti  , jumlah HP, jumlah IMEI, MSC tidaklah  tepat untuk pusat operator. Operator umumnya  menyebut pusat operasi nya dengan sebutan NOC/ IOC. Dan perangkat yang berisi informasi jumlah pelanggan yang sedang terkoneksi ke operator disebut VLR, bukan MSC.dan apa yang diposting bukan juga berasal dari analisis oknum telco. “ Kembali ke angka nya, kalo penjelasannya asal, angka nya pasti tidak jelas juga,” ungkap M. James Falahuddin dalam keterangan tertulisnya .

Terlepas polemik berapa jumlah tepat dan validnya, pengamat politik Rocky Gerung dalam acara ILC bertajuk  Reuni Akbar 212 semalam, merasa persoalan jumlah peserta aksi reuni akbar 212 hari Minggu lalu di Monas tidak perlu di persoalkan. Pada kenyataannya menurut Rocky, jumlah yang sangat luar biasa itu jelas merupakan sebuah manajemen yang sangat bagus dimana acara berjalan tertib tanpa ada sebuah insiden kecil sekalipun, bahkan sebaliknya bersih, terjaga, damai  dan teratur.

“Dalam acara tersebut bisa dibilang kuantitas bisa menjadi sebuah kualitas. Dan kata  Monas bisa di analogikan sebagai  momen nasional atau bagian dari sebuah fakta sejarah dunia yang baru terjadi dari masyarakat muslim   di Indonesia,” Ujar Rocky Gerung dalam acara ILC 4 Desember 2018. (JKST/Beng)