Eva Noor,CEO PT Xynexis Internasional saat menerima penghargaan Top IT & Telco 2018 di Jakarta. / Foto : Beng

Jakartasatu.com – Dengan memperoleh penghargaan Top Local Bussines Solution dalam ajang award Top It & Telco, yang di gelar Majalah It Work di Golden Ballroom Hotel Sultan Jakarta pada  6 Desember 2018. Merupakan sebuah kebanggaantersendiri bagi perusahaan yang telah berkecimpung selama 13 tahun dalam bisnisIT khususnya pengembangan sistem siber sekuriti  Indonesia, di apresiasi dan dilihat banyak orang, khususnya masyarakat pengguna, baik korporasi maupun instansi pemerintah yang ada.

“Suatu kebanggaan tersendiri yang Saya rasakan tentunya, dimana hasil kerja keras team Xynexis ternyata dilihat publikdan di apresiasi banyak orang.” ujar Eva Noor, selaku CEO PT Xynexis Internasional,mengaku  ini merupakan  penghargaan tahun kedua sebagai best ITsecurity Solution pada ajang berbeda.

Kepercayaan yang sudah di berikan publik, tentu menjadi sebuah acuan dimana Xynexis selamaini selalu menjaga kualitas (core value) menjadi hal yang dijunjung tinggi dan nomer satu dalam berbisnis. Menurut Eva Noor, core value hanya bisa dijagaketika semua team yang bekerja melakukan tugasnya dengan menggunakan hati.

Eva Noor,saat menerima Award dari ketua Penyelenggara Top IT & Telco Award 2018./ Foto : Beng

“Buat Saya melakukan sebuah pekerjaan tidak hanya cukup menggunakan otak dan pikiran saja. Namun menjalankan dengan hati bisa lebih maksimal mendapatkan hasil lebih baik dalam menjaga kualitas yang diinginkan klien atau pelanggan.” ungkap Eva, yang melihat tidak sedikit perusahaan-perusahaan saat ini  lebih pada mengejar profit ketimbang menjaga kualitas yang sesuai diinginkan pelanggan.

Menjaga sebuah peforma usaha menurut Eva bukanlah hal yang mudah, apalagi branding dalam menjaga kualitas dirasa sudah lekat dengan imej PT Xynexis itu sendiri sebagai komitmen yang tinggi dalam memuaskan memberi jasa layanan di bidang Cyber Security Solution.

Seleksi team kerja yang dilakukan Xynexis cukup selektif, tidak hanya memberi peluang kerja semata dan hanya ingin tahu bidang kerjanya saja. Namun lebih dari itu talent yang bekerja dalam team Xynexis juga memiliki tanggung jawab dan core value yang sama dengan imej perusahaan yang sudah diterapkan lama dalam manajemen perusahaan tersebut.

“Team kerja yang tidak memiliki core value yang sama dengan perusahaan pasti dengan sendirinya akan tereliminir. Karena dalam dunia usaha apapun usaha itu butuh mendapatkan trusht atau kepercayaan dan Xynexis sendiri membangun itu bukanlah hal yang mudah dilakukan,”ujar Eva.

Menurut Eva, makin besar cahaya, makin besar bayangan gelap mengikuti dibelakangnya. Dan makin baik kita lakukan sesuatu hal pasti ada sisi kekurangannya. Bagi Xynexis  talent yang memenuhi kriteria  tentu sulit dicari, bila pun ada terkadang bisnis saat ini sudah tidak secantik dahulu. Selain skillset yang dimiliki team, perusahaan juga melakukan sebuah usaha extra dalam membangun mental dan kepercayaan talent atau pekerja.

“Bila kepercayaan internal dan ekternal sudah terbangun dengan baik, niscaya kompetisi tidak hanya bisa bersaing dalam bisnis lokal saja,bisnis internasional atau diluaran pun berani kita lakukan persaingannya,” ujar Eva Noor menambahkan.

Menanggapi maraknya masyarakat menggunakan media sosial sebagai tempat berkeluh kesah,dimana hampir  70 % keluhan customer diberbagai bisnis dan sektor, banyak tidak lagi menggunakan saluran  divisi customer service yang ada, sejak medsos berkembang pesat. Ini sebuah masalah baru dalam dunia bisnis dan pelayanan masyarakat luas.

Permasalahan curhatan yang saat ini dipakai masyarakat di berbagai media sosial menurut Eva merupakan bagian dari revolusi industri 4.0 yang tumbuh, dimana mau tidak mau model bisnis saat ini mengalami perubahan sejalan pesatnya perkembangan dunia IT dan banyaknya masyarakat pengguna IT telco di dalam aktifitas mobile yang bergantung sudah pada smartphone sebagai penunjang aktifitas .

Ketergantungan ini yang membuat semua komplain masyarakat sudah tidak lagi mau repot menelpon atau menghubungi customer service dari layanan yang di berikan perusahaan. Pola psikologis pun sudah berubah  dan kini medsos dijadikan sarana tampungan komplain berbagai macam hal, mulai dari facebook, twiter, IG dan lainnya.

Akibat masyarakat lebih senang menggunakan medsos dalam mengungkapkan keluhannya, perusahaanpun kini harus bisa mensiasati perkembangan akan trend ini, dengan cara membuka complain center di berbagai aplikasi medsos agar hal yang dikeluhkan paling tidak dapat secepatnya diketahui dan terdeteksi. Hal ini perlu disikapi  agar tidak berkembang opini negatif dalam masyarakat luas terhadap layanan atau produk yang dikeluhkan pelanggan.

Era saat ini perusahaan dituntut beradaptasi dengan cepatnya perkembangan dan perubahan dunia teknologi yang ada. “Dinegara maju hal tersebut sudah dilakukan bahkansemua hal mengarah pada sistem mobile. Sebisa mungkin apapun aktifitas yang dilakukan sudah diselesaikan dengan sistem mobile dimana pemanfaatan waktu dirasa memang lebih efektif dan cepat dilakukan dengan aplikasi smartphone yang digunakan,” papar Eva menjelaskan, dimana media sosial merupakan aplikasi paling banyak dipakai di Indonesia dan mempunyai dampak cukup signifikan bagi perkembangan usaha.

“Kualitas dan Imej perusahaan adalah komitmen utama,” ujar Eva Noor,CEO PT Xynexis International./Foto :Beng

Terkait wacana pemerintah (Menkominfo) membangun UMKM kearah digital. Menurut Eva Noor,ini sebuah inovasi baik yang akan membawa dampak besar bagi usaha usaha kecil dan menengah. “Sebagai analogi yang bisa di gambarkan semisal pelaku bisnis kecil dan menengah melakukan cara konvensionalmungkin hanya pada kisaran area kabupaten, dengan menggunakan sarana mediasosial secara otomatis area market yang dijelajah akan lebih luas lagi jangkauannnya.Melebihi dari area kabupaten. Bahkan mungkin saja propinsi atau area nasional tergantung bidang usaha uang ditawarkannya,” ujar Eva.

Bila memang  wacana pemerintah tersebut ada, Xynexis sangat suport program itu. Xynexis tidak hanya membangun sebuah solusi untuk sebuah perusahaan besar atau goverment saja, Xynexis juga membangun solusi untuk size small medium enterprise  yang bisa membantu usaha UMKM.

“Yang penting harus dipikirkan pemerintah tidak hanya masalah teknologi dan start upnya saja. Pemerintahpun harus mempersiapkan SDM (sumber daya manusia) agar wacana yang akan dilakukan menjadi sinkron dengan upaya penerapan implementasi teknologinya.” papar Eva.

Digi preneur (red : istilah digital enterpreneur) saat ini berkembang pesat dengan bermunculan berbagai perusahaan start up berbasis teknologi. Namun begitu masalahnya bukan hanya pada masalah start upnya, lebih jauh juga harus  dipikirkan bagai mana  bisa jalan dan suistanable. Untuk itu dibutuhkan pencerahan tidak hanya urusan market,capital dan target profitnya saja. Ada hal lain yang juga wajib diberikan pencerahan terkait wawasan entrepreneur, yaitu masalah mental pun perlunya dipersiapkan. “Karena apa ?Karena menjadi seorang pengusaha tidak semudah yang didengar dari cerita keberhasilan belaka. Bisa jadi dari 100 persen, hanya 1 persen yang benar benar berhasil dan 99 persen adalah kegagalan yang di alami pengusahanya. Untuk itulah mental pengusaha perlu benar benar dipersiapkan.” ungkap Eva.

Jangan sampai mindset orang-orang yang ingin usaha hanya melihat adanya start up semisal  ojek online, atau start up e’commerce yang sudah ada seperti tokopedia atau buka lapak . Dengan pemikiran sederhana lalu orang tersebut hanya bergantung pada start up itu itu saja, yang sebenarnya pengusaha itu sendiri harusnya memiliki jalan  panjang melakukan usahanya bukan hanya short time atau akhirnya pada jangka waktu tak lama, apa yang dibangun dan diusahakan mendapat kegagalan lebih cepat atau tutup. (JKST/Beng  Aryanto)

.