Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ama/17

Kaget saya. Anies dilaporkan ke ombudsman. Juga ke Bawaslu. Dituduh kampanye, gara² berpose dua jari di acara Partai Gerindra. Tidak netral. Padahal berapa banyak bupati dan gubernur yang terang²an mendukung Jokowi-Amien. Tak cuma hadir di deklarasi. Ada yang baru dilantik, masih pakai baju kebesaran gubernur, sudah langsung bilang “dukung”. Anies baru pose dua jari di acara Partai Gerindra, langsung ditimpuki.

Kaget saya. Tiba² banyak yg jadi aktivis anti perundungan. Mencaci maki Habib Bahar. Sok paling tahu tentang bullying. Padahal laporan Habib Bahar ke polisi soal dua remaja yg mencatut namanya, tidak pernah diproses. Tidak ada tindakan pula dari pihak berwajib. Sekarang mengecam. Ada yg menantang berantem terang²an. Tidak tahu bagaimana sakitnya nama dicatut, untuk hal² negatif.

Kaget saya. Tiba² banyak yg concern soal pemimpin yg bisa jadi imam sholat. Sambil tak lupa olok², dengan keterusterangan Prabowo. Bilang pemimpin negara muslim terbesar harus bisa jadi imam sholat. Padahal saya tahu persis ini yang ngotot. Dulu bela Ahok sampai ter kentut². Bilang kita bukan cari pemimpin agama. Padahal Jakarta dengan 10 juta penduduknya mayoritas Islam. Kok ngotot bela pemimpin kafir, boro² bisa jadi imam sholat.

Kaget saya. Kepala desa divonis 3 bulan penjara gara² dukung Sandiaga Uno. Padahal tak terhitung kepala desa yg dukung Jokowi- Amin. Termasuk di desa saya. Semua aman² saja. Polisi menutup mata. Keadilan seperti manis diucap, pahit dipraktekan. Takut dengan penguasa. Pokoknya, apa² yang berbau oposisi, dicari celah pasal yg bisa digunakan untuk menjeratnya.

Kaget saya. Orang menolak kampanye Sandiaga di pasar Medan dibilang sandiwara. Padahal yg nolak sudah ngaku. Semua murni atas kesadaran sendiri menolak Sandi. Begitu ada yg bilang Jokowi Mole (Jokowi pulang) di kampanye Jokowi di Bangkalan, Ali Ngabalin nuduh itu penyusup. Se olah² rakyat sudah bodoh dan tidak punya hak untuk menyampaikan aspirasinya. Jadi kudu dibayar biar bisa dukung ini dan itu.

Bingung saya. Tiba² ada lembaga survey yg tiap bulan merilis hasilnya. Bilang positif paslon satu, dan negatif paslon lain. Padahal setiap kali survey bisa memakan dana Rp 400 juta. Ini tiap bulan. Entah dana dari mana. Entah ada maksud apa. Padahal lembaga survey itu sudah melakukan kesalahan besar di pilgub Jawa Tengah. Ber kali² merilis hasil Survei Sudirman Said dapat dibawah 20 persen. Ternyata Sudirman dapat 40 persen.

Bingung saya.Tiba² ada ormas Islam yg diam seribu basa atas kasus muslim Uighur. Tapi galak pada duta besar Arab Saudi, gara² bilang organisasi tersebut menyimpang. Entah karena China jadi poros penting, atau lantaran isu itu tidak menguntungkan dirinya, jika ia bersuara. Semua berjalan seperti sandiwara. Adegan² yg bisa menyenangkan penonton saja yg harus dipertunjukan.

Bingung saya. Katanya mau menggebuk mereka yg menuduhnya PKI. Tapi ada tokoh yg berbalik mendukung pemerintah, dan terang²an mengaku dialah yg dulu menciptakan isu PKI, malah di gadang²kan. Videonya tentang kampanye negatif capres 02 diviralkan. Malah bersumpah mau potong leher kalau paslon 02 menang di Madura. Padahal polisi tinggal gebuk saja, wong dia sudah ngaku yg bikin isu PKI.

Bingung saya. Kok ada ya yg tanya apa prestasi Prabowo di pemerintahan. Padahal dia belum pernah jadi presiden. Sama saja saya nyalon kepala desa dan belum pernah jadi kepala desa ditanya apa prestasinya. Mbok tanya saya berapa kejuaraan menulis yg sudah pernah saya sabet, misalnya. Tanyalah prestasi Prabowo dibidang militer. Baru waras. Nyambung. Jangan tidak pernah memegang dana APBN lantas dibilang belum pernah membangun.

Bingung saya. Gara² pilpres semua jadi kehilangan akal sehat. Dari pejabatnya, pers yg memberitakan, rakyat kecil di desa, apalagi timsesnya. Semua jadi jungkir balik. Dari logika berfikir, alur pemahaman sebuah masalah, sampai model² kampanye. Mungkin sudah saatnya saya memilih jadi batu besar ditengah deras air. Ogah terbawa arus. Kukuh mewujud. Ketika semua melacurkan logika, dan anda tidak akan dapat apa², sejatinya anda telah memilih jadi buih. Gara-gara pilpres, semua jadi gila…
SALAM…

Oleh:Ariful Hakim