Oleh : Nasrudin Joha

Genap lebih dari 1×24 Jam, artikel tantangan Nasjo terkait tudingan ‘orang merdeka tdk selalu berhadapan dengan Pemerintah’ dengan tajuk ‘orang merdeka itu ada diseberang penguasa zalim’ bergulir. Untuk diketahui, Deny JA yang reputasinya terkenal sebagai pemilik lembaga survey, kini turun derajat menjadi ‘produsen meme’. Banyak usulan Netizen, meminta Deny JA diangkat menjadi ‘Bapak Meme Indonesia’.

Ledekan meme Deny JA terhadap ‘orang-orang merdeka’ yang berani melawan kekuasaan tiran, menentang kezaliman dan tetap memiliki otoritas penuh berdasarkan pilihan politik mengemban kebenaran dan meneruskan aspirasi umat, adalah salah satu bentuk ketidakberdayaan melawan arus penulis kritis di jejaring medsos. Kemampuan menulis Deny JA terbatas, tidak mungkin mampu melawan arus opini yang ditulis oleh Asyary Usman, Dr. Syahganda Nainggolan, Hersubeno Arif, Tony Rosyid, Naniek S Deyang, Zeng Wie Jian, dkk, juga termasuk tulisan Nasrudin Joha.

Orang-orang yang menulis dengan ‘ruh’ idealisme tdk akan mungkin dapat dikalahkan dengan penulis-penulis yang mencari remah tulang dunia dengan menjilat penguasa zalim.

Dahulu, penulis pro rezim itu bisa berlagak sombong, bertengger di laman utama opini koran-koran ternama, memiliki hak eksklusif atas ruang opini, menjadi ‘trend centre’ dan rujukan publik, karena media sepenuhnya dapat dikendalikan penguasa. Media-media seperti kompas, media Indonesia, tempo (meski beberapa kali pernah mengambil sikap anomali terhadap rezim), koransindo, Jawa pos (sesekali juga melawan, tapi logika dagang tetap menjadi pilihan kebijakan ketimbang logika idealisme), dan yang semisalnya, hanya akan meloloskan penulis ‘yang memenuhi kreteria dan seleksi rezim’ untuk menuliskan opini yang mengokohkan eksistensi rezim.

Tapi hari ini ? Era medsos mampu menumbangkan kedigdayaan media mainstream. Publik berselancar berusaha mencari opini pembanding, mencari kebenaran hakiki, melalui ferifikasi alami di jejaring sosial media.

Akhirnya, publik akan ‘menemukan Jodoh penulis’ yang menulis artikel sesuai nurani publik, aspirasi publik, kebenaran sejati, yang menyelisihi dan menentang retorika semu penguasa zalim dan para anteknya. Pelan namun pasti, opini dan penulis yang ramai di media mainstream akan teralienasi menjadi penulis menara gading, yang jauh dari aspirasi umat.

Sementara itu, penulis lepas, penulis ‘merdeka’, penulis yang berani mengambil posisi menentang kekuasaan zalim semakin karib dengan umat, tulisannya semakin membumi, semakin dijadikan acuan dalam menentukan sikap, termasuk menjadi dasar preferensi politik umat. Inilah yang ditakutkan rezim zalim dibawah kendali Jokowi.

Deny JA jelas tak mungkin melawan arus penulis merdeka, meskipun dirinya berkoalisi dengan penulis partisan semisal dirinya. Bagaimanapun, tidak akan pernah ada dalam sejarah ideologi keyakinan dan pergerakan atas dasar akidah mampu dikalahkan para petualang politik apalagi hanya penjilat kekuasaan.

Tulisan ini, sekaligus tantangan kedua, yang diunggah Nasrudin Joha dan ditujukan jelas secara khusus kepada Deny JA. Jika seseorang telah ditantang, dan tantangan itu jelas sampai kepadanya, namun ia tiada menjawabnya, berarti ia telah kalah sebelum melakukan pertandingan.

Jika sampai sore ini Deny JA tidak merespons, maka saya umumkan kekalahnya dan diskursus mengenai ‘orang-orang merdeka’ resmi saya tutup. Selanjutnya, Nasrudin Joha akan berfokus menulis untuk mengkritik rezim tiran dan menelanjangi semua makar dan tipu dayanya.

Nasrudin Joha tidak akan lagi melayani unggahan artikel atau meme, yang didistribusikan oleh ‘Bapak Meme Indonesia’. Cukup Sudah, waktu yang diluangkan untuk berdiskusi tentang sesuatu yang tidak terlalu penting. [].