M RIZAL FADILLAH

TAMPAR SAJA TUMAN

by M. Rizal Fadillah

Banyak meme yang menunjukkan kekesalan dengan menampar orang yang dianggap macem-macem, hoaks, melambung, zalim atau lainnya. Lucu dan menggemaskan dengan kalimat ujaran “tuman”. Lelaki penampar dan yang ditampar botak. Kadang profil diganti dengan figur figur politik. Figur lingkaran petahana dominan jadi obyek meme. Contohnya kasus OTT Rommy yang ditampar Jokowi “gwa lagi sibuk cari dukungan, eluh malah sibuk jual beli jabatan, monyong luh, tuman”. Ada yang ditampar dengan kalimat “disuruh debat malah marketing kartu, tuman”. Jokowi pun tak luput jadi sasaran meme kena telor kepala belakangnya. Tuman.

Beberapa waktu yang lalu Presiden pidato dan ada kalimat ingin “tabok” mereka yang menuduh PKI. Megawati pidato minta pemimpin yang main “tabok” rakyatnya jangan dipilih. Video yang beredar menimbulkan berbagai tanggapan netizen.
“Tamparan” keras kepada Jokowi adalah dari Mahatir saat pembebasan Siti Aisyah. Mahatir membantah adanya lobi-lobi Presiden Indonesia. Bebasnya Aisyah persoalan hukum, bukan politik. Hanya belum muncul meme tampar ‘tuman” untuk ini.

Gubernur Jatim Khofifah menggunakan meme “tuman” tampar warga. “geger mergo pilpres sampek lali nek sedulur se tanah air, tuman”. Soal tampar atau tabok ternyata tidak selalu negatif tergantung pengguna nya. Prabowo ditampar Jokowi “nyapres tiga kali, tuman”. Meme tampar dengan ujaran “tuman” sedang viral. Menarik sebagai sarana kritik atau mendidik, asal jangan melihat secara sempit misalnya ada yang sok etik menyebut bahwa itu menyebarkan budaya kekerasan main tampar atau yang berfikir sempit “itu penghinaan”. Nah kalau ada yang mikirnya demikian tampar saja. tuman.

Hanya bagusnya memang tidak gambarkan profil, biar saja si kepala botak yang hadir mau berkumis atau tidak. Dengan kata kata saja orang tahu siapa dan apa yang dimaksud. Semacam satire yang melatih kecerdasan. Lagi pula untuk terbiasa menilai tentang “apa yang dikatakan” dan bukan “siapa yang berkata”. Sehingga wajar dan seru jika si botak menampar dan berujar “lewat tol langit ? selamat menempuh kematian, tuman” atau “bohong terus jangan jadi Presiden, jadi tukang dongeng aja, tuman”.

Pilpres sekarang adalah momen untuk tampilan rakyat yang semakin cerdas dan berpijak kuat di aras demokrasi. Hargai kejujuran dan kemurnian aspirasi. Hukum siapapun yang menghianati. Tak ada toleransi dan moderasi untuk ini. Hanya orang radikal dan teroris yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Mendapatkan kursi jabatan dengan modal uang.
Nah jika ada yang mencoba bergerak di jalan yang menista perasaan rakyat dengan menjadikan Pilpres ini sebagai ajang main-main dan jual beli, maka ramai ramailah rakyat menurunkan dia. Tampar saja, tuman..!

Bandung, 19 Maret 2019