Kampanye Akbar Prabowo-Sandi di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta,Minggu 7 April 2019 ./ Foto : Beng

Bagi pendukung pendukung #02 , kampanye 7 April 2019 di Stadion GBK (Gelora Bung Karno), bukan semata ajang kampanye belaka. Lebih dari itu, sebagian orang  yang hadir disana benar benar menyatu dan berharap akan sebuah perubahan. Perubahan keadaan yang lebih baik dari segala hal yang dijanjikan dan diharapkan oleh segenap masyarakat Indonesia, dan bukan simbol simbol belaka lebih berbhineka, pancasilais dan toleran.

Syafei (45 tahun), seorang sekuriti sebuah stasiun TV lokal dikawasan SCBD Jakarta sangat menyesal tidak bisa ikut bergabung dalam acara kampanye #02 karena dirinya harus bertugas jaga. Ia mengaku sangat mendukung kegiatan kampanye no urut 02, yang di awali pada pukul 03.00 WIB dengan dzikir, shalawat dan munajat. “Walau seputar area kawasan kami bekerja ini  mewajibkan mendukung no urut 01,namun hati kami tetap mendukung 02.Dan itu yang tidak akan terbeli dan tergadaikan,” ungkap Syafei.

Wulan Katili ditengah lautan masa pendukung #02 saat kampanye akbar di GBK Senayan./Foto : Beng

Berbeda dengan pengakuan seorang emak emak militan anggota Relawan Smangat 89 (alumni SMA/SMK Angkatan 89), Wulan Katili. Walau kegiatan hari hari penuh diisi kegiatan mengantar anak dan kegiatan bisnis kulinernya, ia tetap bersemangat mengikuti kampanye akbar pasangan Prabowo Sandi di stadion GBK Senayan Jakarta.

Bersama teman teman relawan Smangat 89, dari jam 22.00 WIB, Wulan Katili asal SMA 82 Jakarta selepas menemani anaknya menari di TMII, ia lanjut bergabung bersama teman-teman relawan, menuju GBK dengan kondisi badan yang ia rasa tidak fit karena beberapa hari sedang dalam kondisi sakit. Ia memarkir kendaraannya diwilayah aman lumayan jauh dari GBK di kawasan SCBD agar saat usai gelaran kampanye, kendaraannya tidak terjebak kemacetan panjang yang memenuhi kawasan Gelora Bung Karno Senayan Jakarta.

Bersama teman relawan, Wulan berjalan cukup jauh namun harus ia lakukan karena sebuah keyakinan untuk sebuah perubahan bangsa yang lebih baik dengan pilihan pemimpin yang tepat mengurusi negara yang sudah dirasa karut marut dengan persoalan bangsa yang tak kunjung membaik.” Aku senang berada diantara mereka yang sama sama mendukung perjuangan untuk Prabowo Sandi. Insya Allah mereka adalah pemimpin yang tepat dan mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi untuk bangsa ini,”ujar Wulan penuh keyakinan.

Posko Logistik Relawan Smangat 89./Foto : Ist

Perjalanan dari tempat parkir ke GBK tak membuat Wulan lelah. Apalagi sesampai GBK ia bertemu dan bergabung pada posko Logistik Smangat 89, yang turut berpartisipasi dalam gelaran kampanye akbar Prabowo Sandi, di sisi pintu barat GBK.

Posko Smangat 89 adalah posko logistik Relawan Smangat 89 yang menyediakan berbagai logistik sumbangan dari anggota relawan Smangat di berbagai alumni SMA angkatan 89 se Indonesia  untuk para pendukung kampanye yang hadir dari berbagai daerah, mulai dari kopi, air mineral, makanan ringan hingga nasi dan lauknya yang dibagikan secara gratis pada para pendukung kampanye yang hadir.

Cerita Wulan Katili berbeda dengan seorang lelaki tua Sadeli (57 Tahun) asal Tanggerang Banten. Sadeli adalah seorang guru honorer yang merasa hanya menerima angin surga dari janji janji rezim yang berkuasa. Hampir lebih dari separuh hidupnya,ia mengabdi sebagai seorang guru honorer di Sekolah Dasar Negeri wilayah Tanggerang Selatan, Sadeli harus berjibaku berjualan kopi keliling demi memenuhi nafkah keluarganya.

“Saya amat kecewa dengan pemimpin saat ini. Betapa tidak dengan gaji pas-pasan yang Saya terima, dan sembako mahal serta biaya hidup lain begitu tinggi, perjuangan Kami memenuhi pendidikan negeri ini tidak diperhatikan sama sekali,”ungkap Sadeli yang datang mendukung kampanye akbar Prabowo Sandi dengan sepeda butut yang dimilikinya.

Sadeli adalah satu diantara ribuan guru honorer yang kecewa akan kebijakan rezim yang berkuasa saat ini. Seorang diri ia mengayuh sepeda bututnya berangkat dari wilayah Tanggerang Selatan se usai sholat Isya, dan hadir di GBK sejak pukul 01.30 dini hari. Sadeli sempat meminta logistik yang disediakan posko Smangat 89, setelah menitip sepeda ditempat yang dianggap aman.

Lain Sadeli lain lagi dengan seorang lelaki tua yang mengaku bernama Widyo asal Boyolali Jawa Tengah. Widyo (73 Tahun) bertempat tinggal di wilayah Depok Jawa Barat, Dengan Sepeda Ontel yang di tungganginya ia berangkat ke GBK sejak subuh.

Cerita Widyo lebih pada cerita sosok Prabowo yang amat ia kagumi sejak lama. Ia sangat yakin Indonesia masih sangat membutuhkan pemimpin cerdas sekelas Prabowo, dari sosok militer yang tegas dan perhatian pada rakyatnya.

Menurut Widyo, sosok seorang Prabowo sosok patriotis, yang patut diacungi jempol. Bagi sebagian orang yang tidak tahu sejarah Prabowo tentu beranggapan miring, namun tidak untuk dirinya yang banyak mengamati dan membaca sejak lama cerita tentang Prabowo Subianto.” Saya hadir ke GBK bukan karena hanya sekedar  berkampanye saja. Lebih dari itu, bagi saya Prabowo adalah sosok orang hebat yang Saya yakini kuat jauh berbeda dengan pemimpin Indonesia saat ini,”ucap Widyo menjelaskan dengan logat jawa yang berapi api penuh semangat.

Menurut Widyo, Prabowo jauh berbeda dengan Jokowi. Prabowo sosok prajurit displin, komit, jujur dan patriotis sejati. Tak terbilang prestasinya di bidang kemiliteran. Prabowo sudah membuktikan berkorban demi bangsanya saat kerusuhan Mei 98 terjadi. Ia rela (Prabowo : red) mengorbankan pisah dengan keluarga demi kondisi dan keutuhan bangsa. Dalam pengorbanan yang begitu besar, Prabowo pun tidak melawan saat mendapat serangan fitnah fitnah keji dari lawan politik yang menghujat dirinya  salah satu pelaku masalah kemanusiaan dikasus 98.

Kini saatnya seorang Prabowo membuktikan kalau apa yang dituduhkan selama ini tidaklah berdasar. Dan Saya beserta keluarga, sahabat dan seluruh pendukungnya, ikut mendoakan agar ia bisa menjadi seorang presiden. Supaya tuduhan dan fitnah yang di tujukan pada dirinya kelak akan dibuktikan saat ia berkuasa ,”ujar Widyo berharap.

Widyopun tahu dari literasi yang ia miliki setelah kembalinya Prabowo ke Indonesia, dan di periode tahun 2004-2009, Prabowo pun turut memperhatikan masyarakat petani dan nelayan lewat organisasi HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia). Dengan kendaraan HKTI yang dipimpin, Prabowo dianggap mampu mengembangkan aktifitas bidang agrikultur dan pedesaan hingga meningkatkan pendapatan petani dan nelayan dalam komoditas pertanian dan perikanan menjadi basis sektor pangan guna meningkatkan kesejahteraannya.

Widyo, saat berdoa bersama mengikuti orasi TV yang terpampang di sekeliling GBK./Foto : Ist

“Setelah jaman Pak Harto hanya seorang Prabowo yang bisa mendekatkan petani dan nelayan menjadi lebih baik. Saya dan orang tua adalah petani jadi sedikitnya saya tahu. Karena keterbatasan lahan yang saya punya akhirnya saya harus merantau ke Jakarta mengadu nasib berdagang.” Kata Widyo yang begitu yakin hanya Prabowo dan Sandi yang cocok untuk kepemimpinan kedepan. (JKST/Beng Aryanto)