Konferensi pers aksi 22 Mei Dompet Dhuafa.Imam Rulyawan Direktur Dompet Dhuafa Filanthrophy (tengah), konferensi pers di Kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (23/5)./AA/JKST

JAKARTASATU.COM – Pihak Dompet Dhuafa mengatakan Timnya menyangkan tindakan Refresif Aparat dimana tim medis Dompet Dhuafa pada Kamis (23/5) dini hari mengalami perlakuan represif dari oknum aparat kepolisian. Hal itu dijelaskan Direktur Utama Dompet Dhuafa Imam Rulyawan siang ini di kantornya kawasan Pejaten Jakarta Selatan (Kamis, 23/5).

Menurut Imam sebagai lembaga kemanusian bahwa sejak Selasa (21/5) lalu tim medis Dompet Dhuafa sudah rutin dikirimkan ke sejumlah titik lokasi demonstrasi di Jakarta. Adapun pada malam hari ini, Kamis (23/5), pihaknya tetap menurunkan tim medisnya untuk berjaga-jaga menolong masyarakat yang membutuhkan penangan medis segera.

Karena itu, pihaknya tidak memahami, mengapa sampai tim medis Dompet Dhuafa justru menjadi sasaran kekerasan.

“Kami menyayangkan tindakan represif oknum kepolisian yang berlebihan terhadap tim medis dan relawan lembaga kemanusiaan yang hadir untuk membantu semua pihak, baik pengunjuk rasa, aparat keamanan, maupun masyarakat luas,” lanjut Imam

Dia membenarkan telah terjadi tindakan represif oknum kepolisian terhadap tim medis Dompet Dhuafa pada Kamis (23/5) dini hari sekitar pukul 00.15 WIB di area Jl. Sabang, Jakarta Pusat. Aksi represif oknum aparat itu telah menyebabkan tiga orang anggota tim medis Dompet Dhuafa mengalami luka-luka, sampai RS Abdi Waluyo masih dikejar, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD).

Pihak Dompet Dhuafa sendiri telah mengeluarkan rilis tentang dini hari tadi. Tim medis Dompet Dhuafa, Imam menjelaskan, terdiri atas tiga unit kendaraan, yakni satu mobil ambulance; satu mobil SUV untuk para dokter, perawat, dan relawan; serta satu unit mobil double cabin untuk membawa obat-obatan dan perlengkapan lainnya. “Semua aset itu bukan milik Dompet Dhuafa namun milik umat yang menitipkan ke Dompet Dhuafa,” jelasnya.

Diketahui bahwa sejak Selasa lalu, sekitar 17 anggota tim medis Dompet Dhuafa diturunkan ke lapangan. Mereka terdiri atas dokter, perawat, juga relawan. “Pada hari pertama (21 Mei), tim Dompet Dhuafa menangani sekitar 20 orang. Beberapa terluka karena pukulan. Lalu, di hari kedua, lebih dari dua ratus orang kami tangani, kebanyakan (korban) terkena gas air mata,” jelas Imam.

“Kami meminta kepada Kepolisian dan TNI untuk memberikan akses yang seluas-luasnya dan perlindungan bagi tim kemanusiaan dan tim medis untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan sesuai dengan Konvensi Jenewa 1949, khususnya Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36, dan Pasal 37 tentang perlindungan terhadap petugas kesehatan,” papar Imam.

Berikut Kronologi Tindakan Represif Aparat Terhadap Tim Medis Dompet Dhuafa dalam Aksi Unjuk Rasa 22 Mei 2019

Berkaitan dengan informasi yang beredar di media sosial tentang penyerangan aparat kepolisian terhadap tim medis Dompet Dhuafa, dengan ini perlu kami sampaikan kronologisnya sebagai berikut:

  • Pukul 23.50
    Tim mendapat instruksi untuk bergerak dari posisi sebelumnya di persimpangan Jalan Sabang. Tim pertama di kendaraan Isuzu Panther terdiri dari 1 orang perawat, 2 tim dokumentasi, dan 1 orang driver.
    Tim kedua dengan kendaraan taktis Toyota Hilux terdiri dari 2 orang perawat dan beberapa orang tim pendukung.
  • 00.16 WIB
    Dalam waktu yang sangat singkat, pasukan pemukul massa yang terdiri atas satuan brimob dan polisi berpakaian preman datang mengusir massa yang berada di sekitaran Sarinah. Kepolisian datang meringsek dan mendekati kendaraan Dompet Dhuafa. Tim yang ada di dalam kendaraan Dompet Dhuafa diminta turun.
    Beberapa aparat seketika memukul kendaraan Isuzu Panther dengan tameng dan tongkat pemukul. Kaca bagian depan belakang, dan sebelah kanan hancur. Tak berselang lama kendaraan berhasil keluar dari kerumunan dan pergi meninggalkan lokasi.
    Tim kedua yang berada di kendaraan Toyota Hilux diminta turun dan mereka diminta jongkok di depan kendaraan oleh seorang aparat. Satu anggota tim lainnya, terjatuh dari kendaraan dan langsung dipukul dan diinjak oleh anggota kepolisian.
    Anggota kepolisian yang lain membentak-bentak. Padahal tim sudah menyampaikan bahwa kami adalah TIM MEDIS, “kami medis, kami medis.”. Seketika anggota kepolisian semakin banyak dan menyuruh kami untuk pergi.
    Ketika kami akan pergi itulah anggota kepolisian memukul, baik dengan rotan maupun tameng, juga menendang. Akibatnya, 3 orang tim mengalami luka cukup serius di bagian kepala dan beberapa anggota tubuh lainnya, sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.
    Di saat yang sama, mobil kami yang sudah mulai bergerak dihentikan oleh salah seorang anggota kepolisian. Kami sampaikan bahwa kami tim medis, namun mereka tetap memukul kaca mobil bagian depan berulang kali dan menyuruh untuk maju. Seketika saja, ada anggota lain yang memukul kaca depan berulang kali hingga pecah. Dan satu orang anggota polisi juga mengeluarkan senjata api sejenis FN yang ditodongkan ke arah kami. Kemudian, kami diminta untuk membuka kaca dan saat itu kunci langsung dimatikan kemudian dicabut dan dilempar ke dashboard. Di saat bersamaan, anggota lainnya memukul spion kanan dan kaca samping hingga pecah berantakan.

Pukul 1.00
Semua tim berhasil keluar dari lokasi, dan 3 orang yang mengalami luka-luka dibawa ke RSPAD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Alhamdulillah, kedua orang tim kami yang dirawat di RSPAD saat ini telah diperbolehkan pulang. | Aa/JKST