Oleh AENDRA MEDITA *)

Nama Anies Baswedan kini menjadi tanda yang kuat. Tanda yang kuat kerena Anies adalah Gubernur Jakarta dengan kekuatannya yang beda, penuh daya pikat dan nilai kuat dalam bertutur.

Anies adalah sosok beda. Anies adalah beda maksudnya dalam setiap jiwanya yang teguh ia tampil begitu tenang. Ia merespon apa yang namanya kemanusian, ia terjun langsung ketika kisah simpang siur 21-22 Mei yang katanya disebut “kerusuhan” Bawaslu Jakarta.

Kalimatnya dalam sebuah wawancara khusus yang disiarkan langsung di sebuah TV Swasta, ia menyampaikan begitu gamblang. Kalimat cakap yang saya tangkap adlaah sebagai berikut:

“Dalam suasana ketidakpastian di wilayah itu, penyelenggara negara harus hadir, menjelaskan, menyapa, jangan justru malah hilang semuanya. Kalau hilang malah justru, kita ingat peristiwa 1998-99, peristiwa Semanggi, dll. Ketika ada kekosongan kehadiran negara maka akan muncul berbagai ketidakpastian. Saya memilih untuk hadir, saya memilih menyapa masyarakat, saya memilih berinteraksi langsung. Dan saya bicara disana meyakinkan pentingnya menajaga ibukota tetap tenang. Karena kalau tidak sama sekali tidak ada yang hadir di lapangan, saya harus hadir saya gubernur ditempat ini, warga yang menjadi korban apapun statusnya adalah warga Jakarta yang saya harus urus sampai tuntas. Inilah masalah kemanusian. Ini masalah prinsip-prinsip sangat mendasar dalam kehidupan berbangsa, bahwa mereka adalah warga dan saya harus menunaikan semua yang menajdi kewajiban.”

Kalimat diatas jelas menyiratkan kuat dan bedanya Anies. Belum lagi ia sampaikan bahwa seleuruh korban tragedi 21-22 mei dalam perawatan di ruamh sakit ia gratiskan. Jumlah korban pun ia sampaikan, sementara sejumlah pihak ada yang menyembunyikan jumalh korban. Anies punya data dan karena ia tahu dari laporan dilapangan tentunya. Sampai akhirnya ia pun mengangkat keranda mayat korban warganya. Ia memang beda. Beda Anies memberikan makna, makna yang tidak sepele..cing!

Tapi apa kata yang nyinyir sama, Anies malah dipetisi untuk distrust  ini tak masuk di akal sehat saya. Ya akal sehat sahat saja, silakan mungkin semua juga punya cara memandang akal sehat dari berbagai angle.

Soal Anies yang makin sedihnya lagi mereka terus nyinyir pada Anies, tapi Anies memang beda, karena intelektual tinggi dia jadi tak serta merta ia lapor-melaporkan yang hanya pada urusan pasal karet. Yang menghina dan nyinyir itu mungkin, ini mungkin ya, oleh Anies dianggap bumbu hidup sebagai Gubernur Jakarta. Dan bisa jadi ini jalan dengan kekutannya yang beda tadi.

Anies mengingatkan saya pada Bang Ali Gubenrnur yang fenomena dan menguncang metroplitan Jakarta. Siapa yang tak kenal sosok Ali Sadikin alias Bang Ali, marinir kelahiran Sumedang yang tegas dan keras dalam semua kebijakan dan meski banyak kontra namun banyak manfaatnya bagi Jakarta saat itu. Saya sempat jumpa dengan beliau awal Agustus 2005 di rumahnya kawasan Mendut Menteng Jakarta Pusat. Saat itu saya bersama Bos PT Jamu Jago, Jaya Suprana, melalui Pusat Studi Kelirumologi yang dipimpinnya, memberikan penghargaan kepada 10 tokoh, termasuk Ali Sadikin dan juga ada nama 9 lainnya yang meraih Kelirumologi Award. Kelirumologi Award adalah diberikan kepada para tokoh yang dianggap berjasa meluruskan kekeliruan. Karena itulah, penghargaan ini diberi nama ‘Penghargaan Kelirumologi.

Ada yang menarik saat saya menghubungi Bang Ali ketika akan diberikan penghargaan ini. Beliau bilang saya ingin ketemu panitianya, apa maksud dari Penganugerahan penghargaan ini. Dan karena yang punya hajat adalah Jaya Suprana, bersama Pusat Studi Kelirumologi maka saya sodorkanlah Jaya Suprana, dan saat ini kami segera menghadap Bang Ali dirumahnya. Singkat kata Bang Ali setuju. Kelirumologi Award adalah diberikan kepada para tokoh yang dianggap berjasa meluruskan kekeliruan. Bukan membuat keliru yang menyesatkan. Karena itulah, penghargaan ini diberi nama Penghargaan Kelirumologi.

Acara Penghargaan Kelirumologi berlangsung di Ruang Ballroom Lantai II Hotel Sahid Jaya, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa 9 Agustus 2005.

Penganugerahan penghargaan ini tidak seserius acara-acara penganugerahan penghargaan lainnya. Acara yang dipandu Jaya Suprana ini penuh dengan ‘ger-geran. ‘ Maklum, Jaya Suprana dikenal sebagai ‘tukang ngocol’ yang handal. Hadir juga dalam acara ini mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Namun, Gus Dur yang dikenal juga sebagai kiai yang humoris itu tidak memberikan sambutan apa-apa. Bisa dibayangkan, bila Gus Dur didaulat bicara, maka acara itu pun semakin ‘gerrr’!.

Gus Dur hadir di acara ini dalam kapasitasnya sebagai Dewan Pertimbangan Agung Kelirumologi. Para anggota dewan pertimbangan lainnya, seperti Franz Magnis Suseno, Hidayat Nurwahid, Hasyim Muzadi, AM Fatwa, Jacob Oetama, Fuad Hasan, Emil Salim, dan Budhi Dharma juga hadir dalam acara tersebut.

Kesepuluh orang yang menerima anugerah ini merupakan pilihan Dewan Pertimbangan Agung Kelirumologi. Semua peraih penghargaan hadir dalam penganugerahan ini. Mereka dianggap berjasa meluruskan kekeliruan yang terjadi di masyarakat. Penghargaan yang mereka terima, berupa piagam dan medali emas Kelirumologi. Selain penghargaan Kelirumologi, acara ini juga diisi dengan peluncuran buku Antologi Kelirumologi, yang ditulis Jaya Suprana.

Lantas apa hubungan Anies dan Bang Ali?

Saya bukan ingin menyamakan soal kelahiran di tanah Jawa Barat pertama bang Ali lahir di Sumedang, dan Anies lahir di Kuningan dan Besar di Jogjakarta. Tapi ada kesamaan  Ali Sadikin mantan Gubernur DKI Jakarta. Bang Ali dinilai berjasa melawan berbagai kekeliruan dalam konsep tata kota. Antara Lain mendirikan pusat kebudayaan Taman Ismail Marzuki (TIM), serta melakukan penertiban lokasi kemaksiatan seperti perjudian dan prostitusi, dan juga lahirnya Puskesmas, gelanggang seni dan olah raga, yang menurut Bang Ali akhirnya pusat mengadopsi konsep dia yang keren itu.

Lantas ini sih bukan cocokologi Anies yang lahir di Kuningan masih Jawa Barat itu juga kuat dengan berani dan kuat menutup Alexis. Ia juga menghentikan reklamasi. Antara Anies dan Bang Ali tentu ada beda tapi ada sikap yang sama memanjukan Jakarta lebih beradab

Lagi soal Anies yang memang beda, meski tak sama dengan Bang Ali ia telah memberi lebih bagi Jakarta dan menjalini dengan sikap yang santun, menjalani tugasnya yang amanah. Silakan Anda ke Sudirman pedistrian yang nyaman dan luas saat kita berjalan. Asyiknya seperti di negara-negara maju. Dan yang lebih menarik Anies catat ya bahwa ia beda tidak melarang orang dari daerah datang ke ibukota. Ini pesan kuat dan membukan semua orang mengadu nasib di ibukota. Ini baru Goodbener. Beda Gubenur tetangganya yang sudah galak dan mengimbau pemudik tak bawa teman saat kembali merantau. Ngeri kali yang satu ini. Siapa dia silakan aja cek siapa yang melarang bawa perantau.

Akhirnya, catatan ini pun bukan tanpa kritik untuk Anies mungkin bisa jadi soal Anies yang mantau kemarin dengan Helikopter adalah jalan terbaik diatas melihat semua lancar.

Tapi saya ingin sampaikan bagusanya Anie lihat soal jalanan khususnya Mampang – Ragunan Jakarta Selatan yang sejak Fauzi Bowo atau malah Bang Yos ya jalanan sejak ada Transjakarta, ada yang cor beton dan aspal beda ini bikin banyak perbedan yang sangat bahaya untuk melintas terutama kendaraan roda dua.

Lainnya, pengamen/polisi cepe di kolong kawasan Rawamangun jakarta Timur masih banyak juga, cek juga soal putaran Antarasi Jakarta Selatan bawah fly over polisi cepa masih ada. Dan bagusnya beberapa titik sih sudah ada satpol PP yang muda-muda keren ini harus juga saya sampaikan. Yang terakhir, dinding Ragunan wisma Atlit sudah dua bulan masih belum diperbaiki, padahal benteng keliling ragunan anggkuh beton baru, yang sebelumnya sempat kami sarankan bagusnya pakai pagar yang mirip taman Monas saja. Mungkin belum kepikiran. Ya tak apa-apa. Atau malah banyak jalan yang jelek dan rusak berlubang di kawasan-kawasan lainnya.

Akhirnya Anies Baswedan memang beda ini selalu terbuka apapun yang dia sampaikan aktivitasnya ada dalam sosmed dan terbuka. Jadi yang masih menyinyir biarkan saja Pak…

Pak Anies lebaran di Kuningan atau jagain Jakarta?

Pokoknya Selamat lebaran ya….Nuhun!

Aendra MEDITA adalah Group Editor-In-Chief   JAKARTASATU.COM