Wisma Argo Manunggal Jalan Jend. Gatot Subroto Jakarta / RI/JKST

JAKARTASATU.COM – USIANYA sudah lebih dari 88 tahun. Pada daftar orang kaya di Indonesia versi majalah Forbes tahun 2018, namanya berada di urutan ke-48. Dialah The Ning King.

Dia memang salah seorang taipan di Indonesia, yang membawa bendera Argo Manunggal yang meroket usahanya. Bisnisnya mulai dari tekstil, properti, pertambangan, baja, perbankan, sampai dunia energi.

Kekayaannya triliunan rupiah. Namun, memang, sosoknya jarang diekspose media. bahkan pada beberapa media, ia mengaku lahir dari keluarga pengusaha. Ayahnya, katanya, adalah seorang pengusaha tekstil di Bandung.

Pada tahun 1949, katanya, ia memindahkan usahanya ke Jakarta dari Bandung. Lalu, tahun 1961, dia berhasil mendirikan pabrik tekstil pertama. Sebelas tahun kemudian, 12 Juli 1977, Ning King mendirikan PT Argo Pantes, yang kemudian berubah jadi PT Argo Pantes Tbk. pada tahun 1991.

Tercatat, PT Argo Pantes Tbk. tergabung dalam kelompok usaha Grup Argo Manunggal. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Argo Pantes Tbk. antara lain PT Dharma Manunggal (pengendali) yang memiliki 29,35% saham; The Ning King (10,08%); Maximus Capital Pte Ltd (8,18%), dan; PT Manunggal Prime Development (7,06%).

Kalau dilihat dari anggaran dasar perusahaannya, ruang lingkup kegiatan usaha ARGO meliputi bidang manufaktur produk tekstil. Kegiatan utamanya adalah berusaha di bidang industri tekstil terpadu, dengan memproduksi tekstil berbahan dasar yang terbuat dari katun dan katun campuran (campuran kapas dan polyester) yang menghasilkan produk benang sampai kain.

Konon kabarnya, The Ning King adalah seorang konglomerat yang dermawan. Perusahaan konglomerasinya pernah memberi dana tanggung jawab sosial perusahaan lebih dari Rp 150 miliar.

Namun, benarkah sang konglomerat ini tak punya sisi gelap? Benarkah usaha awalnya adalah warisan dari ayahnya?

Cerita lain bergulir ada dugaan kuat hal itu menjadi beda cerita. Hal ini terungkap bahwa bagi keluarga Haji Musa, apa yang dimuat di media massa soal The Ning King tersebut tak lebih sebagai upaya manipulatif kakek nan tajir itu. Tujuannya: menutupi nafsu serakah dirinya dalam mengangkangi gunungan harta dari usaha yang dirintis dan dijalankan Haji Musa sajak 1961, yang kemudian membuat The Ning King berjaya dalam berbisnis.

Rizal Musa

Setidaknya itulah yang diungkapkan putra Haji Musa, Rizal Musa. Rizal sebagai anak tertua dari Haji Musa kini mencari Asset Bapaknya. Bahkan, Rizal pernah melaporkan sejumlah data Notaris yang manipulatif ke polisi. Namun soal pemalsuan surat dan keterangan palsu yang diduga terkait The Naing King. Namun, entah kenapa, laporan Rizal mentok. Bahkan ada yang di SP3. “Bahkan sampai sekarang tak pernah ditindaklanjuti polisi, secara serius,” ujar Rizal kepada kami di bilangan Blok M Jakarta Selatan pekan lalu. The Ning King, menurut penuturan Rizal sejumlah data saya pegang. Bahkan ada wasiat dan juga sejumlah bukti yang jelas. “Namun saat Pak Ning King ditanya dia selalu ada alasannya,” bebernya.

Daftar Salinan Akta-akta Notaris a/n Almarhum H Musa Ada sekitar 163 data tahun 1996/dokJKST

Masih kata Rizal kini keluarga Haji Musa bahkan ingin minta konfirmasi tentang asset Pak haji Musa di Group Argo Pantes itu, sebagai anak ahli waris banyak keganjilan terutama sejumlah data yang dibuat oleh notaris yang semua kami pegang. Daftar Salinan Akta-akta Notaris a/n Almarhum H Musa Ada sekita 163 data, yang lebih bikin aneh pada tahun 1996 “Ada surat yang ditandatangani pada tanggal 31 Mei sebanyak 6 surat ini sangat ganjil,” ujar Rizal Musa ahli waris Haji Musa.

Kami pegang semua dan kami ingin minta konfirmasi pak The Ning King namun tak pernah menemukan jawaban yang pasti. Keganjilan lainnya misalnya masa keluarga Haji Musa yang ada Yayasan Haji Musa Foundation nya dalam sebuah akta Notaris, ini aneh sekali ada kata Yayasan tapi ada Foundation-nya ini ada akta Notarisnya yang dibuatkan dengan notaris yang sama,” jelasnya.

Rizal bahkan menuturkan bahwa kini keluarga Haji Musa mempertanyakan semua ke The Ning King bukankah Haji Musa sejak dulu berpartner sejak dulu sukses berbisnis tekstil lewat Daya Manunggal atau Damatex di Sala Tiga dan Argo Pantes di Tangerang dan Bekasi.

Bahkan makin pesat mengerjakan bersama Nippon Steel, Nippon Kokan Marubeni, dan Mitsui dari Jepang. Untuk mengembangkan bisnis tekstil, kerja sama dengan Marubeni, Mitsui Toray, Kuraray, dan Kurabon. Ini pernah fenomena karyawan melonjak tajam sampai 12.000 orang.

“Bapak saya dengan Pak The Ning King sejak di gang Jalan Pintu Kecil 38, lalu ke Otista, dan lalu kini Pak King di Simprug sedang kami di Pejaten, sebagai ahli waris kami akan terus pertanyakan asset kami,” ungkapnya.

(Bersambung)