Joko Widodo/Net

by Tarmidzi Yusuf

Indonesia diprediksi tetap gaduh. Soalnya, resistensi Jokowi sangat tinggi. Sebaliknya, resistensi rakyat terhadap Jokowi terbilang juga tinggi. Resistensi yang mana? Versi KPU dan MK sekitar 68 juta rakyat tidak memilih Jokowi. Sedangkan menurut gugatan Prabowo-Sandi sekitar 80juta rakyat tidak memilih Jokowi.

Jejak Jokowi yang membuat resistensi rakyat tinggi. Janji selangit. Fakta nyaris nihil. Contoh mudah dilihat. Coba lihat mal-mal lesuh. Pasar Glodok sepi. ITC Mangga Dua perdagangan lesuh. Tidak seperti 5 tahun sebelumnya. Beralih sedikit ke Mangga Dua Square, kios banyak tutup. Lebih parah lagi, WTC Mangga Dua nyaris tanpa kios. Yang masih menggeliat Pasar Tanah Abang Jakarta atau Pasar Baru Bandung. Tapi pergerakan perdagangan tidak sehebat dulu. Menurunnya daya beli dan naiknya beberapa kebutuhan pokok, listrik, bbm dan gas mempengaruhi mandegnya ekonomi. Tak terbayangkan bagaimana tahun 2020 nanti. Apabila beberapa subsidi benar-benar dicabut.

Subsidi dicabut. Beban hidup rakyat tambah susah. Harga-harga naik. Daya beli turun. Biaya pendidikan mahal. Lapangan kerja makin susah. Ada lapangan kerja diisi oleh tenaga kerja impor dari Cina. Apalagi tenaga kerja merambah di semua sektor. Dari jabatan terendah hingga top manajemen.

Baru-baru ini keluar Keputusan Menteri Ketengakerjaan (Kepmenaker) Nomor 228 Tahun 2019 tentang Jabatan Tertentu Yang Dapat Diduduki Oleh Tenaga Kerja Asing. Terdapat 181 pos pekerjaan yang bisa diduduki oleh tenaga kerja asing. Jumlah tersebut lebih banyak jika dibandingkan dengan yang diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 247 Tahun 2011 hanya 66 jabatan.

Menurut CNBC Indonesia, Sejak 2014-2018, jumlah TKA di Indonesia telah tumbuh sebesar 38,6% yang mayoritas TKA dari Cina. Di periode yang sama realisasi investasi penanaman modal asing (PMA) hanya tumbuh di angka 17%. Pada Desember 2018, tercatat sebanyak lebih dari 95 ribu TKA bekerja di Indonesia. Sedangkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2019 adalah 6,82 juta orang.

Esemka katanya mobil nasional. Kini berubah menjadi mobil rakitan. Pertumbuhan ekonomi meroket di atas 7% nyatanya nyungsep di angka 5,08%. Bahkan Bank Dunia memprediksi ekonomi tumbuh dibawah 5% pada tahun 2020. Utang pemerintah menggunung. Sepeninggal SBY utang pemerintah Rp 2.608 triliun. Kini posisi utang pemerintah Rp 4.603 triliun. Naik Rp 1.995 triliun selama Jokowi berkuasa. Hampir Rp 400 triliun utang bertambah tiap tahun. Sementara defisit anggaran per 31 Juli 2019 sudah mencapai Rp 183 triliun. Janji dolar Rp 10.000 terparkir permanen di kisaran Rp 13.800 – Rp 14.300.

Akankah ketidakpercayaan rakyat ini menjadi “tsunami” bagi Jokowi atau “tsunami” bagi rakyat Indonesia? Wallahu Ta’ala A’lam.

Bandung, 11 Muharram 1441/11 September 2019