JAKARTASATU– Membangun peradaban yang lebih baik untuk Indonesia, khususnya adalah tugas setiap anak bangsa. Tak soal latarbelakang dari mana, seperti apa latar pendidikannya. Apakah dia dokter, ilmuwan, dan lainnya. Tak terkecuali para santri yang ada di Nusantara ini.

Mereka (santri) juga memiliki hak sama untuk membangun peradaban. Sehingga boleh dikatakan keliru bila santri hanya berkutat soal keagamaan (akhirat) saja. Santri juga mampu berbuat, bahkan lebih dari profesional lainnya. Seperti yang disampaikan oleh Jamil Azzaini, Founder Tahfiz Properti.

Ia mengatakan bahwa santri memiliki potensi menjadi penerus para wali. Di mana para wali ketika itu membangun peradaban dengan rasa pedulinya terhadap hak-hak rakyat.

“Dasar Tahfiz Properti ini didirikan sebab dua visi. Pertama untuk dunia. Kedua, untuk akhirat,” katanya, Minggu, 13 Oktober 2019, di Jakarta.

Dalam visi yang pertama, ia mengatakan bahwa agar para santri dan anak bangsa dalam menjalankan properti tidak hanya memikirkan materi semata. “Yang kedua karena kecintaan saya kepada nabi Muhammad,” sambungnya.

Melalui santri, Jamil yakin bahwa akan ada pergesaran paradigma yang selama ini terbangun. Misalkan saja santri hanya dianggap orang, atau kalau boleh disebut kelompok “konservatif” yang hanya diperlukan dalam waktu tertentu.

“Maka saya memikirkan seorang tahfiz. Agar para santri (pada umum) ke depan tidak hanya menjadi pembaca doa atau tampil di mimbar saja,” pungkasnya.

Selain itu, Jamil juga memiliki harapan, seperti “membebaskan” tanah dari yang bukan milik anak-anak bangsa melalui tangan-tangan para santri. Hal ini diharapkan olehnya bisa jadi sebab melihat adanya fenomena kepemilikan yang tidak semestinya terjadi di Indonesia.

“Tanah ini untuk negeri. Saya berharap yang menguasai tanah adalah anak-anak bangsa. Bukan bangsa lain,” harapnya.

Sementara itu, Direktur Tahfiz Properti Ahmad Solahudin mengatakan bahwa para santri juga akan diberikan perhatian lebih selain keilmuan properti.

“Seperti ilmu legal, pemasaran, desainnya, manajemennya, administrasi keuangan dan lainnya,” ungkapnya.

Selama tiga bulan, para santri ini juga akan mendapatkan pembekalan, yang pada akhirnya nanti mendapat pemantapan profesi masing-masing. Dan boleh jadi mereka ini bukan sebagai developernya.

“Bisa terkait desain. Legal. Dan lainnya, yang tentu akan dipengaruhi dengan banyaknya banyaknya umat berpartisipasi,” imbuhnya.

Alasan Jamil dan Ahmad memilih bisnis properti untuk santri di antaranya karena bisnis properti memiliki risiko kecil. Dapat pula membantu umat, dan utamanya membangun peradaban.

Lembaga Tahfizh (Leadership) sendiri sudah berdiri di tujuh kota di Indonesia. Adapun targetnya adalah hingga 2030 tahfiz leadership sebanyak 30 kota.

Keseriusan membangun peradaban melalui bisnis properti ini, sebagaimana kata Jamil, terlihat saat baru Grand Launching Tahfizh Properti sudah diamanahi membangun perumahan di samarinda seluas 10 hektar. Di Purwakarta membangun perumahan ramah lingkungan sekira 150 unit.

Launching dari Tahfiz Properti ini memiliki tagline “Persembahan Santri Membangun Negeri”. RI