Anies Baswedan pada 15 Oktober 2019 di sebuah acara di Taman Ismail Marzuki/FB ANIES.

OLEH AENDRA MEDITA*)

Wow….! ada Lembaga Survei Populi merilis hasil survei dua tahun kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Yang menarik survei membandingkan kinerja Anies dengan gubernur sebelumnya, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Hasilnya wow….!! Hehe lagi-lagi wow..

Jefri Ardiansyah dari survei Populi, mengatakan sebagian besar masyarakat lebih setuju dengan cara pengelolaan Monas dan banjir di Jakarta oleh Anies Baswedan dibanding Ahok. Nah loh…

“Di era Anies, area Monas dapat digunakan untuk acara pendidikan, sosial, budaya dan keagamaan (kuisioner eskperimen). Area Monas boleh digunakan untuk acara pendidikan, sosial, budaya dan keagamaan (kuisioner kontrol),” ujar Jefri dalam rilis survei, Senin (14/10/2019).

Kepuasan ini berbanding agak jauh dengan era Ahok, di mana area Monas tidak dapat digunakan untuk acara pendidikan, sosial, budaya dan keagamaan karena termasuk zona netral. Di kuisioner eksperimen, hanya 58,0 persen setuju dengan kebijakan Ahok. Sedangkan di kuisioner kontrol sebanyak 48,3 persen.

Begitu juga dengan soal penanggungulangan banjir, Anies dinilai lebih unggul daripada Ahok, yakni dengan perbandingan Anies 52% dan Ahok 37% dalam pertanyaan eksperimen.

Namun dalam pertanyaan kontrol, di mana nama gubernur tidak disebut dan hanya metode kebijakannya, sebanyak 50,7 persen justru setuju dengan cara Ahok yang melakukan pelebaran sungai dan betonisasi dengan risiko penggusuran lebih rendah.

Sedangkan 35,7 persen setuju dengan cara Anies yang melakukan pelebaran sungai dan penanaman pohon dengan risiko penggusuran lebih tinggi.

Tapi baiklah, tulisan ini bukan untuk banding-bandingkan. Titik.

Catatan 2 Tahun Goodbener Jakarta

Pada 2 Juni 2016 di media ini (Jakartasatu.com) saya pernah menulis bahwa nama Anies Baswedan kini menjadi tanda yang kuat. Tanda yang kuat kerena Anies adalah Gubernur Jakarta dengan kekuatannya memang beda, penuh daya pikat dan nilai kuat dalam bertutur, narasi yang cerdas dalam mengupas sehingga tuntas.

Anies adalah sosok beda. Anies adalah beda maksudnya dalam setiap jiwanya yang teguh ia tampil begitu tenang. Ia merespon apa yang namanya kemanusian, ia terjun langsung ketika kisah simpang siur 21-22 Mei yang katanya disebut “kerusuhan” Bawaslu Jakarta.

Kalimatnya dalam sebuah wawancara khusus yang disiarkan langsung di sebuah TV Swasta, ia menyampaikan begitu gamblang. Kalimat cakap yang saya tangkap adlaah sebagai berikut:

“Dalam suasana ketidakpastian di wilayah itu, penyelenggara negara harus hadir, menjelaskan, menyapa, jangan justru malah hilang semuanya. Kalau hilang malah justru, kita ingat peristiwa 1998-99, peristiwa Semanggi, dll. Ketika ada kekosongan kehadiran negara maka akan muncul berbagai ketidakpastian. Saya memilih untuk hadir, saya memilih menyapa masyarakat, saya memilih berinteraksi langsung. Dan saya bicara disana meyakinkan pentingnya menajaga ibukota tetap tenang. Karena kalau tidak sama sekali tidak ada yang hadir di lapangan, saya harus hadir saya gubernur ditempat ini, warga yang menjadi korban apapun statusnya adalah warga Jakarta yang saya harus urus sampai tuntas. Inilah masalah kemanusian. Ini masalah prinsip-prinsip sangat mendasar dalam kehidupan berbangsa, bahwa mereka adalah warga dan saya harus menunaikan semua yang menjAdi kewajiban.”

Kalimat diatas jelas menyiratkan kuat dan bedanya Anies. Belum lagi ia sampaikan bahwa seleuruh korban tragedi 21-22 mei dalam perawatan di ruamh sakit ia gratiskan. Jumlah korban pun ia sampaikan, sementara sejumlah pihak ada yang menyembunyikan jumalh korban. Anies punya data dan karena ia tahu dari laporan dilapangan tentunya. Sampai akhirnya ia pun mengangkat keranda mayat korban warganya. Ia memang beda. Beda Anies memberikan makna, makna yang tidak sepele..cing!

Tapi apa kata yang nyinyir sama, Anies malah dipetisi untuk distrust  ini tak masuk di akal sehat saya. Ya akal sehat sahat saja, silakan mungkin semua juga punya cara memandang akal sehat dari berbagai angle.

Soal Anies yang makin sedihnya lagi mereka terus nyinyir pada Anies, tapi Anies memang beda, karena intelektual tinggi dia jadi tak serta merta ia lapor-melaporkan yang hanya pada urusan pasal karet. Yang menghina dan nyinyir itu mungkin, ini mungkin ya, oleh Anies dianggap bumbu hidup sebagai Gubernur Jakarta. Dan bisa jadi ini jalan dengan kekutannya yang beda tadi.

Ada yang mengejutkan juga jelang dua tahun Anies yang Gudbener ini diberikan hadiah bahwa Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta menolak gugatan yang diajukan oleh PT Manggala Krida Yudha terhadap Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait pencabutan izin reklamasi pulau M. Wuih..makin Gudbener aja…

Kepala Biro Hukum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Yayan Yuhana membenarkan terkait kabar penolakan hakim atas gugatan yang diajukan oleh satu dari empat pengembang pulau reklamasi yang menggugat Anies ini.

“Gugatannya ditolak [hakim], Pulau M dari PT Manggala Krida Yudha,” kata dia di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (18/9). Hmmm jadi lupakanlah yang masih nyinyir…yuk..Bangun Jakarta dan bahagiakan warganya.

Anies mengingatkan saya pada Bang Ali Gubenrnur yang fenomena dan menguncang metroplitan Jakarta. Siapa yang tak kenal sosok Ali Sadikin alias Bang Ali, marinir kelahiran Sumedang yang tegas dan keras dalam semua kebijakan dan meski banyak kontra namun banyak manfaatnya bagi Jakarta saat itu. Saya sempat jumpa dengan beliau awal Agustus 2005 di rumahnya kawasan Mendut Menteng Jakarta Pusat. Saat itu saya bersama Bos PT Jamu Jago, Jaya Suprana, melalui Pusat Studi Kelirumologi yang dipimpinnya, memberikan penghargaan kepada 10 tokoh, termasuk Ali Sadikin dan juga ada nama 9 lainnya yang meraih Kelirumologi Award. Kelirumologi Award adalah diberikan kepada para tokoh yang dianggap berjasa meluruskan kekeliruan. Karena itulah, penghargaan ini diberi nama ‘Penghargaan Kelirumologi.

Ada yang menarik saat saya menghubungi Bang Ali ketika akan diberikan penghargaan ini. Beliau bilang saya ingin ketemu panitianya, apa maksud dari Penganugerahan penghargaan ini. Dan karena yang punya hajat adalah Jaya Suprana, bersama Pusat Studi Kelirumologi maka saya sodorkanlah Jaya Suprana, dan saat ini kami segera menghadap Bang Ali dirumahnya. Singkat kata Bang Ali setuju. Kelirumologi Award adalah diberikan kepada para tokoh yang dianggap berjasa meluruskan kekeliruan. Bukan membuat keliru yang menyesatkan. Karena itulah, penghargaan ini diberi nama Penghargaan Kelirumologi. Acara Penghargaan Kelirumologi berlangsung di Ruang Ballroom Lantai II Hotel Sahid Jaya, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa 9 Agustus 2005.

Penganugerahan penghargaan ini tidak seserius acara-acara penganugerahan penghargaan lainnya. Acara yang dipandu Jaya Suprana ini penuh dengan ‘ger-geran. ‘ Maklum, Jaya Suprana dikenal sebagai ‘tukang ngocol’ yang handal. Hadir juga dalam acara ini mantan Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Namun, Gus Dur yang dikenal juga sebagai kiai yang humoris itu tidak memberikan sambutan apa-apa. Bisa dibayangkan, bila Gus Dur didaulat bicara, maka acara itu pun semakin ‘gerrr’!.

Gus Dur hadir di acara ini dalam kapasitasnya sebagai Dewan Pertimbangan Agung Kelirumologi. Para anggota dewan pertimbangan lainnya, seperti Franz Magnis Suseno, Hidayat Nurwahid, Hasyim Muzadi, AM Fatwa, Jacob Oetama, Fuad Hasan, Emil Salim, dan Budhi Dharma juga hadir dalam acara tersebut.

Kesepuluh orang yang menerima anugerah ini merupakan pilihan Dewan Pertimbangan Agung Kelirumologi. Semua peraih penghargaan hadir dalam penganugerahan ini. Mereka dianggap berjasa meluruskan kekeliruan yang terjadi di masyarakat. Penghargaan yang mereka terima, berupa piagam dan medali emas Kelirumologi. Selain penghargaan Kelirumologi, acara ini juga diisi dengan peluncuran buku Antologi Kelirumologi, yang ditulis Jaya Suprana.

Apa hubungan Anies dan Bang Ali?

Saya bukan ingin menyamakan soal kelahiran di tanah Jawa Barat pertama bang Ali lahir di Sumedang, dan Anies lahir di Kuningan dan Besar di Jogjakarta. Tapi ada kesamaan  Ali Sadikin mantan Gubernur DKI Jakarta. Bang Ali dinilai berjasa melawan berbagai kekeliruan dalam konsep tata kota. Antara Lain mendirikan pusat kebudayaan Taman Ismail Marzuki (TIM), serta melakukan penertiban lokasi kemaksiatan seperti perjudian dan prostitusi, dan juga lahirnya Puskesmas, gelanggang seni dan olah raga, yang menurut Bang Ali akhirnya pusat mengadopsi konsep dia yang keren itu.

Lantas ini sih bukan cocokologi Anies yang lahir di Kuningan masih Jawa Barat itu juga kuat dengan berani dan kuat menutup Alexis. Ia juga menghentikan reklamasi. Antara Anies dan Bang Ali tentu ada beda tapi ada sikap yang sama memanjukan Jakarta lebih beradab

Lagi soal Anies yang memang beda, meski tak sama dengan Bang Ali ia telah memberi lebih bagi Jakarta dan menjalini dengan sikap yang santun, menjalani tugasnya yang amanah. Silakan Anda ke Sudirman pedistrian yang nyaman dan luas saat kita berjalan. Asyiknya seperti di negara-negara maju. Dan yang lebih menarik Anies catat ya bahwa ia beda tidak melarang orang dari daerah datang ke ibukota. Ini pesan kuat dan membukan semua orang mengadu nasib di ibukota. Ini baru Goodbener. Beda Gubenur tetangganya yang sudah galak dan mengimbau pemudik tak bawa teman saat kembali merantau. Ngeri kali yang satu ini. Siapa dia silakan aja cek siapa yang melarang bawa perantau.

Akhirnya, catatan ini pun bukan tanpa kritik untuk Anies mungkin bisa jadi soal Anies yang mantau kemarin dengan Helikopter adalah jalan terbaik diatas melihat semua lancar.

Tapi saya ingin sampaikan bahwa Anies saat ini ibarat sebuah brand icon besar Indonesia. Saya sampaikan sekali lagi jika orang mengaitkan branding dengan istilah brand atau merek Anies adalah personal brang yang terintegrated. Ikatan emosi publik saat ini pada Anies sudah makin kuat. Ini sama seperti orang jika sudah cinta Brand sangat ditentukan oleh pengalaman konsumen dengan produk yang melaninya. Dan Anies telah membuktikannya.

Sejak menjadi Gudbener ia pelan-pelan buktikan janji kampanyenya dan  terbukti. Mulai menutup Alexis, DP no persen dan stop reklamasi.  Publik tahu bukan hanya Jakarta, tapi bahkan di di stempel Gubenrur Indonesia. Artinya dalam artian narasi publik sudah paham dan di mudahkan melihat Anies sebagai yang sukses dalam mengelola Jakarta.
Brand InterActive Anies membumi karena sejak pertama kerja itu pula dirinya menjadi identitas interActive gubenrnur yang seutuhnya, publik mendapat pelayanan yang baik, Pensiunan tak bayar pajak lagi, dan layanan lainnya. Anies juga tak sedikit yang membully tapi ia bukan orang yang suka baper dikit-dikit lapor…, saya tak tahu tim support  yang keren, tapi jelas bahwa komunikasi politik Anies piawai. Ikatan emosi publik pada Anies  bisa saja disebutkan sebagai brand.
Dan saya menganggap ini tak berlebihan bila menyebut Anies Is Brand paling menonjol saat ini. Saat pera politik kita sedang mengambang nilai karakter sosok bangsa.
Untuk itulah jika Anies mampu mempertahankan bahkan meningkatkan reputasi buildingnya dalam melakukan personal branding maka ia akan jadi simbol kuat. Meski kita tahu usaha yang untuk menguatkan nilai-nilai reputasi ini akan datang berdasarkan ikatan emosi yang tajam dari publik terhadap tokohnya. Dan saya rasa Anies susdh masuk dlaam kukuatan ini.

Sekali lagi Anies is Brand memang beda. Dan ia selalu terbuka apapun yang dia sampaikan. Selamat 2 tahun bertugas Jakarta milik semua.

#CATATANJAKARTASATU

Aendra MEDITA adalah Group Editor-In-Chief   JAKARTASATU.COM