by M Rizal Fadillah

by M Rizal Fadillah

Tidak semua perjuangan berhasil karena usaha dan keuletan sendiri. Ketidakberdayaan pun bisa menjadi sebab keberhasilan dan kemenangan. Kelahiran Nabi Muhammad SAW memberi pelajaran akan hal ini. Lawan yang digjaya dan adidaya hancur berkat pertolongan Allah.

Kelahiran (maulid) Nabi tahun masehi adalah 571 M sedanglan kalender Islam belum mengenal angka tahun. Saat itu yang dikenal adalah tahun “peristiwa” seperti tahun kesedihan (‘amul huzun) yaitu saat saat Nabi bersedih karena meninggal pamannya Abi Thalib dan istrinya Khadijah. Lalu lahir Nabi disebut tahun gajah (‘amul fiil) karena adanya agenda tentara gajah yang akan menghancurkan Ka’bah.

Pasukan gajah di bawah Panglima Abrahah dari Yaman sudah siap bergerak dari pusat konsentrasi di Wadi Muhasir (batas antara Mina dan Mudzdalifah) menuju pusat Makkah dimana Ka’bah berada. Masyarakat Quraisy yang berada di Makkah tidak berdaya dan tidak mampu untuk melawan. Pasrah pada rencana pasukan gajah Abrahah. Kaum Quraisy yang dipimpin oleh Abdul Mutholib hanya bisa tawakkal pada Allah pemilik dan pemelihara Ka’bah. Sama sekali tidak ada persiapan perlawanan karena memang tidak berdaya.

Saat kritis di momen penghancuran itu, Allah turunkan pasukan burung yang membawa “kerikil”. Dijatuhkan di kerumunan pasukan gajah. Bagai senjata kuman, kerikil itu memakan sedikit sedikit tentara Abrahah beserta gajahnya. Habis tak ada yang hidup, termasuk Abrahah sendiri. Digambarkan seperti “daun yang yang dimakan ulat” (ka ashfin ma’kul).
Pertolongan Allah datang. Kaum dzalim tak sukses misi dan rencananya (kaida hum fie tadliil).

Abrahah adalah Gubernur dari kekaisaran Ethopia yang kristiani. Ia ingin menghancurkan faham dan simbol ‘keagamaan” saingannya. Ka’bah ternyata lebih banyak dikunjungi manusia untuk “beribadah” ketimbang “gereja” nya. Lalu iri dengki dan dendam membawa nafsu untukmenghancurkan pusat kunjungan ibadah tersebut. Tapi itulah ternyata misi jahat dengan pasukan kuat yang dibarengi kesombongan itu ujungnya dihancurkan Allah.

Nah umat yang berjuang keras menegakkan kebenaran tak boleh putus asa atas keadaan yang menimpanya. Jika lawan kezaliman jauh lebih hebat baik jumlah pasukan, jaringan, dana, ataupun intelijennya. Jangan lupa Allah lah yang jauh lebih hebat dan kuat itu. Sejarah telah memberi pelajaran akan makna sabar, tawakal, dan ruhul jihad.

Memperingati Maulid Nabi bukan hanya bicara soal kronologi. Tetapi mendorong makna misi dari sejarah Nabi. Misi perjuangan membela dan menegakkan agama yang suci. Kezaliman dimana dan kapanpun harus dilawan dan dibasmi.
Demi kemuliaan diri dan ridlo Ilahi.

Allah lah yang Maha Penolong.

*) Pemerhati Politik dan Keagamaan.

Bandung, 9 November 2019