JakartaSatu.com – Sebagai negara ekonomi terbesar se-Asia Tenggara dengan populasi sebanyak 260 juta jiwa dan didominasi penduduk usia muda, Indonesia menawarkan
jumlah konsumen dan tenaga kerja yang sangat besar sekaligus menikmati pertumbuhan
ekonomi yang stabil.
Faktor fundamental yang kuat tersebut membantu Indonesia menjadi negara yang menarik bagi startup dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk berkembang.
Akan tetapi, hal tersebut sekaligus menjadi tantangan; Indonesia saat ini berada di peringkat ke-73 dunia dalam World Bank’s Ease of Doing Business Index (Indeks Kemudahan Berbisnis Bank Dunia).
Untuk membantu startup dan UKM memulai ekspansi mereka ke Indonesia, Bank DBS Indonesia dan Greenhouse menggelar sebuah acara khusus yang diberi nama Market
Expansion Indonesia: Compliance, Recruitment, and Funding.
“Saat ini, startup semakin eksis di Indonesia terutama di bidang teknologi yang hadir berkat perubahan digitalisasi. Kami juga melihat banyak usaha yang bersemangat untuk memasuki dan berkembang di pasar Indonesia. Baik perusahaan lokal maupun asing, keduanya tentunya mengalami tantangan yang serupa, sebut saja masalah rekrutmen, pendanaan dan penyesuaian. Oleh karena itu, kami bekerjasama dengan Greenhouse untuk menghadirkan professional service giants, disruptive startups, dan investor terkemuka dari seluruh Asia Tenggara untuk berbagi wawasan bisnis dan industri. Startup dan UKM juga dapat melebarkan jaringan lokal dan regional mereka yang dapat mendukung ekspansi bisnis mereka,” ujar Rudy Tandjung, Direktur
PT Bank DBS Indonesia.
Greenhouse adalah startup yang menyediakan solusi terintegrasi untuk memberdayakan para pelaku bisnis untuk melebarkan jaringannya di Asia Tenggara, yang saat ini aktif di Indonesia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Produk dan layanan Greenhouse meliputi marketplace yang menyediakan jasa inkorporasi perusahaan dan kesekretariatan, serta informasi dan panduan yang dapat membantu pengguna melalui proses peluncuran perusahaan mereka di Asia Tenggara.
Viktor Kyosev, Chief Operating Officer Greenhouse mengatakan, “Seperti yang kita ketahui,
memasuki pasar baru seperti Indonesia tidaklah mudah, tetapi memiliki potensi yang besar. Acara ini ditujukan untuk pebisnis yang berencana atau baru-baru ini memperluas bisnis di Indonesia dan ingin memperluas jaringan mereka, atau mencari pendanaan.”
Viktor melanjutkan, “Kami bertujuan untuk memberikan wawasan tentang tren atau peraturan terbaru di Indonesia mengenai kepatuhan, sumber daya manusia (SDM) dan perekrutan, serta pendanaan modal ventura.”
Diskusi panel terbagi dalam tiga bagian dengan tema masing-masing yaitu panel market entry, panel recruitment, dan fireside chat tentang pendanaan.
Dalam sesi panel market entry, topik yang dibahas adalah kesalahan umum, kesalahpahaman, tantangan, dan peluang yang ada saat memasuki pasar Indonesia dan pertumbuhan pasar cepat lainnya di seluruh wilayah Asia Tenggara. Sesi panel ini bertujuan membantu para pelaku startup yang hadir memperkirakan kemungkinan dan cara menghindari kesalahan serta menuai dampak pertumbuhan yang nyata dengan cepat.
Alvin Christian, Managing Director TMF Indonesia mengatakan, “Dalam masa jabatan keduanya, Presiden Joko Widodo telah berkomitmen untuk meningkatkan ekonomi Indonesia dari peringkat ke-16 terbesar di dunia saat ini menuju peringkat ke-5 pada tahun 2045.”
Alvin melanjutkan, “Untuk sejauh ini pemerintah telah menjalankan berbagai macam perbaikan dan upaya untuk menyederhanakan prosedur dan kebijakan untuk memfasilitasi kegiatan berusaha di Indonesia, seperti pelaksanaan sistem OSS (Online Single Submission), penyederhanaan jumlah lisensi dan perizinan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis dan pembicaraan yang berjalan mengenai reformasi peraturan ketenagakerjaan.”
Sementara itu, sesi panel rekrutmen membahas mengenai sumber daya manusia, sebagai aset utama dalam bisnis apapun.
Sesi ini menghadirkan para pakar rekrutmen dan startup yang telah berhasil memperluas bisnis mereka dan merekrut SDM di pasar-pasar baru, berbagi wawasan yang berkaitan dengan hambatan umum, kesalahpahaman, strategi, tren masa depan, dan peluang di Indonesia dan pasar pertumbuhan cepat lainnya di seluruh wilayah kawasan.
Ken Ratri Iswari, CEO dan Founder GeekHunter, berpendapat, “Saat ini banyak perusahaan menggunakan strategi hiring yang tidak terbatas pada nilai gaji saja. Mereka mempersonalkan strategi hiring mereka sesuai kandidat yang mereka incar.”
Sesi panel yang terakhir namun tidak kalah pentingnya adalah terkait pendanaan di Indonesia. Dalam diskusi ini, para pakar berbagi wawasan tentang pendanaan dan lanskap startup di Indonesia dan Asia Tenggara, dan bagaimana startup secara efektif dapat masuk dan memiliki kesempatan yang sama besar dengan perusahaan internasional lainnya di seluruh kawasan.
Joe Zhang, Principal TNB Aura, menyatakan, “Keputusan investasi perusahaan modal ventura meliputi berbagai faktor yang bervariasi sesuai dengan tahap startup. Misalnya, pada tahap awal seperti pra-peluncuran dan pra-pendapatan, pengalaman dan visi tim pendiri akan lebih ditekankan. Setelah startup memasuki tahap pertumbuhan, metrik seperti margin keuntungan dan unit ekonomi menjadi lebih penting. Meskipun demikian, berinvestasi ke dalam startup itu seperti membentuk kemitraan dan persahabatan; orang-orang yang terlibat akan selalu menjadi salah satu faktor yang paling relevan di semua tahap.”
Adapun para pakar yang hadir membagikan wawasannya dalam diskusi panel tersebut adalah Co-Founder & CEO, Greenhouse, Drew Calin; Senior People Manager, Greenhouse, Ingrid Chai; Principal, TNB Aura, Joe Zhang; Managing Director, TMF Group Indonesia, Alvin Christian; Managing Director, Vistra Indonesia, Miguel Latorre; Founder & CEO, Kontrak Hukum, Rieke Caroline; Director, Michael Page Indonesia, Ben Ewbank; Founder & CEO, Geekhunter, Ken Ratri Iswari; Head of People, Fave, Yuliana Dewi; dan COO, Ralali.com, Alexander Lukman. (WAW|Jak1).