Sekjen PKS Mustafa Kamal pada Rakornas PKS di Jakarta, Sabtu (16/11/2019)./IST

by Tarmidzi Yusuf

Pra Pileg 2019 banyak pihak memprediksi PKS bakal gembos. Lahirnya GARBI (Gerakan Arah Baru Indonesia) pimpinan mantan Presiden dan Pendiri PKS, Anis Matta akan menjadi penyebab gembosnya suara PKS.

Nyatanya, suara PKS naik cukup siginifikan. Pada Pileg 2014 PKS meraup 8.480.204 suara setara 6,79%. Sementara, pada Pileg 2019 melejit menjadi 11.493.663 atau 8,21% suara. Naik 1,42%.

Hadirnya GARBI ternyata kagak ngepek sama sekali dengan raihan suara PKS. GARBI dianggap tidak punya daya jual. Pada tataran ini wajar kalau GARBI ‘ganti baju’ jadi GELORA (Gelombang Rakyat). Padahal mayoritas pengurus GARBI, sekarang GELORA pentolan inti PKS.

Mundur sedikit ke belakang. Ada beberapa ‘partai sempalan’ yang gagal. Tidak sedikit pula yang berhasil.

Partai Bintang Reformasi (PBR) yang didirikan da’i sejuta umat, KH. Zainuddin MZ rahimahullah. PBR didirikan tahun 2002. Pada tahun 2004 dan 2009 ikut Pileg. Pada Pileg 2004 PBR hanya meraih 2,44%. Turun pada Pileg selanjutnya. Pileg 2009 hanya meraih suara 1,21%.

Sementara PPP pada Pileg 1999 turun 9,88% dan Golkar terjun bebas turun 52,07%. Penurunan PPP dan Golkar lebih disebabkan oleh hadirnya PDIP ‘sempalan’ PDI. PDIP pemenang pemilu 1999 dengan raihan suara 33,74%.

Sementara pada Pileg 2004 PPP meraih 8,51% dan Pileg 2009 hanya 5,32% suara. Turun 2,83%. Menurut hemat saya penurunan suara PPP bukan disebabkan “digembosi” oleh PBR. Sebab suara PBR juga turun lebih dari 50%.

Hampir semua partai pada Pileg 2009 perolehan suaranya turun, seperti PAN turun 0,43%, PDIP turun 4,50%, PKB terjun bebas turun 5,63% dan Golkar paling jeblok turun 7,13%. Hal ini lebih disebabkan karena kenaikan suara siginifikan yang diperoleh Demokrat. Demokrat naik 13,40% menjadi 20,85%. Sementara Golkar turun karena adanya partai baru “sempalan’ Golkar, yaitu Gerindra mampu meraih suara 4,46% dan Hanura 3,77%. Sedangkan Hanura pada Pileg 2019 tenggelam hanya mampu meraih 1,54%. Gagal lolos PT.

Uraian di atas menghambarkan kepada kita bahwa ketokohan bukan satu-satunya penyebab ‘partai sempalan’ sukses hingga hari ini. Belajar dari gagalnya PBR besutan da’i sejuta umat. Padahal, bila kita lihat jutaan umat hadir ketika acara tabligh akbar da’i sejuta umat bukan jaminan PBR akan menang. Mungkin salahsatu penyebab gagalnya PBR adalah faktor terbatasnya fulus dan jaringan ke akar rumput. “Akar rumput” ketokohan da’i sejuta lebih bebas dalam pilihan politik tidak terikat dalam kekuatan ikatan yang solid dan kuat.

Bandingkan dengan ketokohan KH. Zainuddin MZ rahimahullah dengan ketokohan Anis Matta dan Fahri Hamzah. Apalagi akhir-akhir ini, Fahri Hamzah secara bertubi-tubi menyerang PKS dan terkesan membela rezim yang sedang berkuasa. Ngototnya Fahri Hamzah terhadap UU KPK hasil revisi “berseberangan” dengan mayoritas publik. Tentu tidak menguntungkan bagi GELORA untuk meraih simpati publik. GELORApun dikesankan “mengobok-obok” PKS dengan “membajak” beberapa pentolan PKS.

Beberapa partai ‘sempalan’ yang sukses karena ketokohan. Misalnya, ‘sempalan’ Golkar yang sukses diantaranya, Gerindra dengan PS. Demokrat ada SBY. Nasdem dengan SP. Sedangkan partai yang sukses yang lahir bukan karena ‘konflik’ internal adalah, PAN dengan MAR. Ketokohan MAR di Muhammadiyah merupakan salahsatu faktor kekuatan PAN.

Mampukah ketokohan Anis Matta mengalahkan ketokohan Habib Salim Segaf al-Jufri? PKS dibawah duet Habib Salim Segaf al-Jufri dan Shohibul Iman lebih adem dan minim diterpa isu miring.

Bila GELORA tidak punya tokoh sekaliber MAR atau SBY, paling tidak GELORA harus punya amunisi “fulus” bergudang-gudang. Bila kekuatan fulus lemah, setidaknya GELORA harus punya kekuatan jaringan yang solid dan kuat di akar rumput. Potensi konflik dilapangan dengan PKS akan menjadi pergunjingan sehari-hari. Bukankah bergunjing itu dosa apalagi sesama muslim! Terakhir, isu yang dimainkan GELORA. Jurus bertahan PKS yang dimainkan selama ini cukup ampuh dalam menghadapi ‘gempuran’ GELORA yang lebih banyak menyerang PKS dan terkesan ‘bermanis-manis’ dengan rezim. Bila tidak punya keempat-empatnya, jangan harap 2024 GELORA bisa “menenggelamkan” PKS. Bisa-bisa GELORA “tenggelam” seperti PBR dan Hanura.

Lalu yang kita perjuangkan apa? Islam? Islam koq saling “tikam”. Bukankah perjuangan di partai lebih banyak syubhatnya. Berjuang siapa dapat apa? Apa untuk siapa? Ujung-ujungnya masalah perut juga! Idealisme Islam hanya ada di kitab suci bukan bikin partai baru.***