JAKARTASATU.COM — Bambang Bujono tokoh senirupa dan kritikus seni didapuk Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY) dengan Penganugerahan Lifetime Achievement Art Award 2019. Acara digelar di Biennale Jogja 2019.
Sosok Bambang Bujono memang layak sebagai penerima penghargaan ini karena dedikasi Bambu, demikian biasa dipanggil punya kontribusi dan berpengaruh besar pada dunia seni rupa tanah air.
Saya masih ingat tahun 2018 saat berkunjung ke rumahnya di bilangan Pejaten Jakarta Selatan saat ini saya diberi buku karyanya “Melampaui Citra dan Ingatan – Bunga Rampai Tulisan Seni Rupa 1968 – 2017”. Buku berisi bunga rampai tulisan kritik seni Bambu ini sangat integrated alias terpadu didalamnya berisi ulasan, esai dan artikel seni rupa di berbagai media massa, buku, katalog—maupun makalah dalam diskusi dan lokakarya periode 1968-2017. Bunga rampai ini merupakan publikasi pertama tulisan-tulisan seni rupa Bambu, dan menjadikan dia sebagai penulis seni rupa paling produktif dengan masa dedikasi paling lama di Indonesia.
Jadi dengan diberikan Penganugerahan Lifetime Achievement Art Award 2019 oleh Biennale Jogja 2019, maka Bambu masuk dalam seniman yang mempunyai dedikasi, komitmen, kontribusi, prestasi, dan reputasi unggul dalam profesinya. Bambu juga masuk dalam hal utama sebagai tokoh yang memiliki aspek kreativitas, pemikiran, dan kontribusi pada kehidupan seni/seni rupa yang telah aktif di dunia seni/seni rupa selama lebih dari 25 tahun.
Penganugerahan Lifetime Achievement Art Award – Biennale Jogja XV Equator #5 2019 diberikan kepada penulis dan kritikus seni, Bambang Bujono.
Bambang Bujono dinilai telah sukses menginspirasi generasi muda dalam aspek pencapaian kreativitas, pemikiran, dan keberpihakannya pada perkembangan penciptaan dan pemikiran seni/seni rupa.
“Hadiah ini adalah untuk ekosistem seni rupa. Karena, seni rupa itu tanpa wacana lainnya yang berkaitan dengan dunia tulis menulis, tampaknya tidak akan berjalan dengan baik,” kata Bambang Bujono pada acara Penganugerahan Lifetime Achievement Art Award – Biennale Jogja XV Equator #5 2019 di Jogja National Museum, Minggu (24/11/2019) malam dalam laman Suara.com
“Menurut saya, dunia jurnalistik tidak hanya menghubungkan peristiwa sehari-sehari dengan publik, tetapi juga sebagai sesuatu yang dianggap serius untuk publik,” ungkap dia.
“Jadi sebetulnya saya ini bisa dikatakan mendestralisasi ruang pameran. Ruang pameran, khususnya di tahun 60-an, seperti ruangan angker. Tulisan di surat kabar dan majalah itu membuat yang angker ini bisa dinikmati,” Bambang Bujono.
Artwork untuk Lifetime Achievement Art Award tahun ini dibuat oleh seniman Biennale Jogja XV Dian Suci Rahmawati. Dian sendiri merupakan ilustrator dan seniman asal Yogyakarta. Karya-karyanya berangkat dari observasi dan pengalamannya sebagai perempuan dalam ranah domestik.
Sementara itu, Lifetime Achievement Art Award (LAAA) diberikan pertama kali pada tahun 2005, yaitu bersamaan dengan penyelenggaraan Jogja Biennale VIII. Penerimanya G. Sidharta Soegijo dan Sukasman.
Berturut-turut kemudian pada 2007, yakni penyelenggaraan Biennale Jogja IX, penerimanya Profesor Sedarso Sp., M.A., dan Edhi Soenarso. Pada 2009 di Biennale Jogja X, penerimanya adalah Kartika Affandi dan Soenarto Pr.
Selanjutnya pada 2011, yaitu ketika penyelenggaraan Biennale Jogja XI, penerima penghargaan ini adalah Djokopekik. Pada 2013 di Biennale Jogja XII, penerimanya Moelyono. Tahun 2015 saat Biennale Jogja XIII, penerimanya adalah Jim Supangkat.
Sementara itu tahun 2017, bersamaan dengan penyelenggaraan Biennale Jogja XIV “Equator”, Lifetime Achievement Art Award dianugerahkan kepada dua orang.
Pertama adalah Drs. Wiyadi, seorang guru seni rupa yang mengajar di SSRI/SMSR Yogyakarta, kini SMK, dan sudah pensiun. Kedua, penghargaan bergengsi itu juga diberikan kepada Drs.Sunaryo, perupa yang berkarya melalui seni lukis dan patung, mengajar dan kini sudah pensiun di FSRD ITB Bandung. |sumber: SENI.CO.ID