Reuni 212 /frontTV

by M Rizal Fadillah

Reuni dan Silaturahmi 212 yang “dikawal” oleh Pemerintah membawa bekal bagi umat Islam, yaitu :

Pertama, Silaturahmi harus berspirit kedamaian, ketertiban, dan kebersihan. Ini habitat aksi 212 yang berkelanjutan.

Kedua, perjuangan umat mesti didasarkan kesabaran dan tidak putus asa atas hasilnya. Kewajiban kita hanya memroses dan terus menerus berjuang.

Ketiga, perjuangan membela agama Allah akan sampai pada janji kemenangan yang dekat. Fathun qariib. Umat Islam akan terbebas dari kezaliman rezim. Sunnatullah.

Keempat, peristiwa 212 dulu mengingatkan bahwa berkat pertolongan Allah, Ahok yang “sangat kuat” dengan dukungan dana, kekuasaan, maupun proteksi hukum, akhirnya jatuh juga.

Kelima, kini masih ada penista agama yang juga merasa hebat dan sewenang wenang. Sukmawati adalah model. Karenanya harus diberi pelajaran hukum agar para penista agama lain menjadi takut dan jera.

Nuansa reuni tetap pada bela tauhid, bela Al Qur’an, dan bela Agama. Bersemangat mengingatkan kekuasaan agar lebih ramah pada umat Islam. Mencurigai tak berguna.

Sebenarnya Pemerintah akan mendapat simpati, jika melakukan dua hal. Pertama melepas cekal Habib Rizieq agar dapat kembali. Kedua, memberi grasi pembebasan pada Abu Bakar Baasyir demi kemanusuaan.

Mudah sebenarnya, tetapi dengan karakter rezim yang peragu, takut, dan tidak mandiri, nampaknya dua hal di atas menjadi sulit untuk direalisasikan. Dengan bahasa radikalisme dan intoleransi maka pendzaliman tetap berjalan hingga kekuasaan jatuh dengan kehendak dan rencana Allah SWT.

*) Pemerhati Politik

Jakarta, 2 Desember 2019