Daging anjing merupakan salah satu kuliner khas di Solo dan sekitarnya, masyarakat biasa menyebutnya sate Jamu - Sumber Foto Ilustrasi: Ist.

JAKARTASATU.COM – Dog Meet Free Indonesia (DMFI) yang bertemu dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Selasa (4/12/2019) mengungkapkan data yang dimilikinya.

Di Solo saja menurut DMFI telah tercatat ada 82 warung yang menyajikan olahan daging anjing sedangkan untuk di Solo Raya ada 100 warung lebih. Jadi diperkirakan ada 13.700 anjing dikonsumsi tiap bulannya di wilayah tersebut.

Terkait data tersebut, maka Ganjar menginstruksikan pemerintahan daerah di Solo Raya untuk segera membuat aturan jelas soal konsumsi daging anjing tersebut.

 

Warung Penjual Kuliner Daging Anjing – Sumber Foto: Ist

“Kita mesti mendorong Pemerintah Kota Solo untuk membuat aturan yang tegas, DPRD-nya membuat regulasi yang melarang orang makan atau berjualan daging anjing,” kata Ganjar kepada awak media, Rabu (4/12/2019).

Selanjutnya Ganjar menjelaskan bahwa anjing bukanlah binatang untuk dikonsumsi dan sudah diatur dalam perundang-undangan, yakni Undang-undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan. Pada Pasal (1) mengatakan bahwa anjing tidak termasuk dalam makanan konsumsi karena bukan merupakan sumber hayati produk peternakan, kehutanan atau jenis lainnya.

“Undang-undang juga tidak membolehkan. Umpama beberapa kabupaten menginisiasi melarang, yang lain ikutan. Nanti biar kepala dinas saya memanggil dinas-dinas terkait,” tegas Ganjar berjanji.

Berdasarkan data yang dimiliki, DMFI juga menyebut bahwa pasokan daging anjing juga datang dari Jawa Barat yang notabene belum terbebas rabies.

Dus tingkat konsumsi Hewan Pembawa Rabies (HBR) di Jawa Tengah, anjing salah satunya cukup tinggi, padahal Jateng dinyatakan tidak ada kasus rabies sejak 1995, hal itu diperkuat oleh Kementerian Pertanian yang mengeluarkan surat keputusan Nomor 892/Kota/TN.560/9/1997.

“Kondisi saat ini banyak (anjing) yang dikirim ke Jateng. Makanya kita minta pemerintah ambil langkah cepat untuk menghentikan konsumsi itu, Salariga, Semarang, Solo, Sukoharjo, Sragen. Solo paling banyak. Selain konsumsi daging, alat transportasinya juga memicu penyakit rabies,” tuntut Karin Franken selaku Koordinator DMFI Pusat.

Terkait bahaya yang diungkapkan DMFI tersebut, kepada warung yang menyajikan olahan anjing, Ganjar mengajak agar segera mengalihkan bisnisnya.

Adapun bagi masyarakat yang terbiasa mengkonsumsinya, Ganjar menasehati, masih banyak daging yang lebih enak dengan kualitas terjamin.

“Makanlah daging yang memang layak untuk dikonsumsi. Sapi lebih enak, ayam lebih enak. Nanti bahayanya adalah rabies dan ini akan merajalela. Itu yang saya kira masyarakat pemakan anjing perlu disadarkan,” pungkasnya memberi pengarahan (WAW).