ilustrasi

Untuk lima tahun ke depan atau hingga tahun 2025, biaya investasi peningkatan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) diproyeksikan mencapai 36,95 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 535,775 triliun (1 USD = Rp 14.500).

Dari proyeksi tersebut, pembangkit panasbumi menelan invetasi paling besar yakni 17,45 miliar dolar AS, kemudian PLT Air atau Mikrohidro senilai 14,58 miliar dolar, PLT Surya dan PLT Bayu senilai 1,69 miliar dolar, PLT Sampah senilai 1,6 miliar dolar, PLT Bioenergi senilai 1,37 miliar dolar dan PLT Hybird sebesar 0,26 miliar dolar AS.

Hal itu diungkapkan Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi di Jakarta, Rabu (4/12/2019). Menurutnya, besaran biaya investasi tersebut dimaksudkan sebagai strategi memperluas pangsa pasar energi.

“Nilai investasi tersebut bisa membantu meningkatkan pangsa pasar energi di tahun 2025,” kata Agung.

Upaya pemerintah untuk mengurangi pemanfaatan energi fosil, mendorong masifnya pengupayaan pembangkit listrik EBT yang ditargetkan baurannya akan mencapai 23 persen pada 2025.

“Angka investasi ini akan memberi dampak pada peningkatan kapasitas bauran pembangkit EBT di Indonesia menjadi 24.074 Mega Watt (MW) di tahun 2025. Tahun 2019 ini, kapasitas EBT mencapai 10.335 MW,” papar Agung. (es/pbn)