OLEH Mardigu Wowiek Prasantyo
Kita semua sepakat bahwa ke depan dunia terjadi hal yang namanya decoupling, terlepasan dengan masa lalu.
Maka kita semua harus waspada dan menyadari apa yang akan terjadi dari sekarang hingga tahun 2030 karena bukan gonccangan yang di dapat tetapi keterlepasan dengan apa yang akan terjadi di masa akan datang. Terutama dalam bidang bisnis dan beberapa sektor kehidupan, seperti gaya hidup.
Contoh yang paling nyata adalah, bagaimana bisnis di masa lalu yang terikat dengan ruang dan waktu, kantor yang besar, pegawai yang banyak, bisnis yang pakai aturan peremrintah atau regulator, mendadak menjadi cair tanpa jalannya perantuan pemerintah karena sudah “cross border”, antar negara sehingga bisnisnya tumbuh lebih cepat dari peraturan.
Misalnya bisnis digital yang merusak distupt retail shop seperti matahari, ramayana, departemen store seperti sogo, metro, dan di dunia puluhan sudah nama besar tumbang.
Lalu perusahaan seeprti grab, gojek yang tidak punya aset motor dan mobil, tidak bayar BPJS, tidak bayar pajak kendaraan, STNK, tidak punya satupun cafe atau resto di gofoodnya. Membuat berbisnis menjadi ringan, karena fokus pada tujuan utamanya, mendistribusikan barang atau orang.
Ada satu hal yang saya sendiri mungkin shock adalah pemikiran dari seroang anak muda 22 tahun yang bermitra dengan saya mengusulkan untuk membuat RUANG BELAJAR. Sebuah digital platform tingkat universitas.
Dimana dia mengatakan, pak saya yakin pak mentri pendidikan pak Nadiem kedepan akan mendistrup dunia pendidikan. Karena saya sudah pelajari apa dan bagaimana otaknya seorang nadiem makarim.
Dia pasti tahu sekali bahwa dalam pendidikan faktor biaya terbesar adalah RUANG KELAS dan GURU. Dimana pendidikan ilmu masalah ilmu, informasi dan ketrampilan karya.
Apa yang terjadi kalau di giring ke arah digital, dimana ruangkelasnya bisa dimana saja, dioakai bergiliran, dan gurunya jadi digital. Itu sekolah dan kmpus tinggal separuh jadi efisien, dan guru hanya guru terbaik, hanya 30% tersisa dalam 10 tahun kedepan.
Ini akan membuat kualitas ilmu anak bangsa meningkat, dana bisa banya di manfaatkan di bidang lain yang memberikan efek produktif.
Karena itu kita sebaiknya mengatisipasi, semua pindah ke digital, memangkas biaya RUANG KELAS dan guru atau dosen hinga 30%nya.
Asli saya terdiam. Itulah distrupsi yang pasti mungkin terjadi. Di gojek yang ngak punya motor/mobil dan sopir tapi jadi raja distribusi, mengapa di dunia akademi tidak bisa fokus di pendikan, ilmu, dan ketrampilan sosial serta karya nyata, dengan memangkas ruang kelas dan jumlah guru.
Fungsi guru berubah jadi mentor dan coaching, fungsi ruang kelas hanya pertemua seinggu 3 kali. Sisanya kunjungan ke pertanian, kekebun, ke pebrik, ke dunia nyata, museum dan lain sebaginya, semesta jadi tempat belajarnya.
Bisa bubrah itu pemikiran masa lalu akan dunia pendidikan yang 100 tahun tidak berubah. Terdistrup dengan visi decoupling kaum milenial yang memimpin pendidikan. Siap berubah, atau terlindas #peace