Presiden Joko Widodo berbincang dengan pendiri Facebook Mark Zuckerberg (kanan) saat mengunjungi Facebook Headquarter, Menlo Park, Silicon Valley, California, Amerika Serikat, (17/2/2016) lampau. Dalam kunjungannya tersebut Jokowi berkesempatan menorehkan pesan di The Facebook Wall berbunyi Bersama Damai dalam Harmoni lalu membubuhkan tanda tangannya; Jokowi Indonesia. TRIBUNNEWS/SETPRES/LAILY RACHEV

JAKARTASATU.COM – Setelah sempat heboh kasus kebocoran data yang dimanfaatkan untuk Pemilu Amerika Serikat, serta disusul beberapa kasus kebocoran data lainnya, baru-baru ini Facebook kembali kebocoran data penggunanya.

Dialah Bob Diachenko dari Elasticsearch, yang menemukan adanya kebocoran data Facebook tersebut. Kurang lebih sebanyak 267 juta data pengguna Facebook telah beredar di dunia maya. Database yang bocor itu berisi user ID, nomor telepon, dan nama lengkap.

Menurut Bob, data yang bocor tersebut kebanyakan milik pengguna Facebook di Amerika Serikat (AS), meskipun tidak menutup kemungkinan adanya korban pengguna dari negara lain seperti misalnya Indonesia.

Menurut Statista, hingga April 2019 lalu Facebook mempunyai pengguna aktif mencapai 2,38 miliar. Pengguna terbanyak berasal dari India (260 juta), Amerika Serikat (190 juta), Brazil (120 juta), dan Indonesia (120 juta).

Dibandingkan besarnya jumlah total pengguna FB tersebut, maka data yang bocor kali ini dianggap tidak terlalu krusial karena tidak ada password yang bocor. Yang perlu menjadi perhatian dari kebocoran data kali ini adalah adanya nomor telepon dan nama lengkap.

Jadi, hal yang mengancam dari bocornya nomor telepon kali ini, bisa menyebabkan nomor telepon tersebut menerima spam SMS atau telepon dari telemarketer. Meskipun tetap ada juga kemungkinan korbannya bisa menjadi sasaran phishing, seperti model-model sms dan telepon penipuan yang terus marak di Indonesia hingga kini.

Yang diperlukan untuk pencegahan adalah sama dengan cara menangani sms dan telepon penipuan yang marak di Indonesia dari beberapa waktu lalu hingga kini. Cukup dengan berhati-hati saat menerima SMS atau email yang mengaku dari Facebook, dan meminta pengguna untuk mengganti passwordnya dan tentu saja mengaktifkan TFA (Two Factor Authentication) supaya terhindar dari ancaman phishing tersebut. |WAW.