Kantor Pusat Jiwasraya/IST

OLEH: Tarmidzi Yusuf

Skandal perampokan Jiwasraya tenggelam oleh banjir. Bandit-bandit Jiwasraya tepuk tangan. Isu banjir membuat mereka kegirangan. Rakyat lupa akan kejahatan mereka merampok Jiwasraya. ‘Dilindungi’ oleh musibah banjir, media, rezim curang dan culas.

Ribut-ribut Natuna jangan-jangan hasil ‘main mata’ dengan China komunis untuk menutupi skandal Jiwasraya. Kecurigaan ini beralasan. Skandal Jiwasraya bernilai triliunan hasil perselingkuhan pengusaha China kafir dengan preman-preman politik berlindung dibalik kekuasaan.

Progres skandal Jiwasraya oleh penegak hukum mandeg. Belum ada tersangka. Hukum kehilangan signal, SOS. Belum ada tanda hukum tegak secara adil dan fair. Istilah SAS, keadilan era Jokowi jauh panggang dari api. SASpun akhirnya sadar hanya ‘dimanfaatkan’. Mudah-mudahan tulus bukan karena ada ‘sesuatu’ dibalik ‘sesuatu’.

Hukum tak berdaya bila melibatkan preman politik dan pengusaha etnis china, kafir lagi. Hukum mati suri. Media mendadak bisu. Kasus penusukan Wirantopun hilang tak berjejak.

Untuk menghilangkan jejak dibikinlah isu murahan. Sebut saja, lengserkan Anies Baswedan melalui isu banjir. Buzzer-buzzer pro China dalam negeri dan China komunis rame-rame membully Anies Baswedan, Gubernur Jakarta yang karena musibah banjir tanpa proses Pilkada ‘diangkat’ jadi Gubernur 3 Provinsi, Jakarta, Jawa Barat dan Banten. Mudah-mudahan pertanda baik bagi Anies Baswedan menuju RI 1.

Kita sedang menunggu skenario Allah Ta’ala kesudahan rezim Jokowi. Buah dari konspirasi ‘kejahatan’ yang dikemas ‘kebaikan’ oleh media dan buzzer-buzzer bayaran. Presiden pencitraan sedang menunggu sakaratul maut.

Jokowi pernah menggelar rapat di atas kapal perang di Natuna untuk menggertak China, apa gunanya/IST

Akankah kasus ‘pencaplokan’ Natuna oleh China komunis akan mempercepat kejatuhan Jokowi? Atau jangan-jangan hanya sandiwara untuk menutupi skandal perampokan Jiwasraya? Wallahu Ta’ala A’lam.(*)

Bandung, 9 Jumadil Awwal 1441/4 Januari 2020