foto istimewa
JAKRTASATU.COM – Maestro tari Jaipongan Gugum Gumbira meninggal dunia Sabtu (4/1/2020) pukul 01.59 WIB. Jawa Barat kembali harus kehilangan sosok genius di bidang tari Sunda. Kepulangan sang maestro ini meninggalkan duka yang mendalam bagi segenap anggota keluarga, kerabat dekat, tokoh masyarakat, budayawan, seniman yang merasa dekat dengan sosok almarhum.Ucapan turut bela sungkawa mengalir deras di media sosial dan melayat langsung ke rumah duka di Jalan Kopo nomor 17 -19, Kota Bandung, hingga mengantar kepergian almarhum menuju tempat peristirahatan terakhirnya di Kampung Cipadaulun, Desa Wangisagara, Kecamatan Pacet, Majalaya, Kabupaten Bandung.Rasa kehilang mendalam terhadap seniman besar juga disampaikan Rektor Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Een Herdiani di halaman facebooknya.Jelas Een, pertemuan terakhir dengan Sang Maestro Gugum Gumbira, ia mencoba mengajak senyum kepada beliau. Ia tanya apakah ingat dirinya atau tidak. Beliau menjawab dengan sangat jelas sambil tersenyum. Apal (ingat)..Rektor, jawab Gugum.“Kami saling melempar senyum sambil aku terus mencoba menahan tangis yang sudah akan meledak dalam dada. Saat ia tersenyum begitu tulus, tampak air mata menetes di mata sebelah kiri. Aku genggam tangannya dan ia pun menggemgam erak tangan ku. Aku berkata, Papih harus kuat, kan Papih mau menghadiri pengukuhan Guru Besar aku, sambil aku tersenyum tapi sebetulnya ingin menjerit karena aku belum bisa mewujudkan harapannya. Ia pun menjawab “ia…tapi tos cape (sudah lelah)…papih tos cape. Sambil berkata lirih tapi tetap tersenyum. Semakin aku tak tahan tapi tetap aku bertahan untuk tidak meneteskan air mata dihadapannya,”ungkap Een.Tambah Een, saat Dies Natalis ISBI Bandung 2019 beliau hadir walau sebetulnya sakit. Dan dia bilang, Bapak embung maot samemeh Een jadi Guru Besar (Bapak tak mau mati sebelum Een menjadi Guru Besar, terus dia berdoa “Ya Allah tong waka dimaotkeun abdi sateuacan Een jadi Profesor” ( Ya Allah jangan panggil aku dulu sebelum Een jadi Profesor).“Sekarang beliau telah pergi meninggalkan saya, kami, kita semua anak-anak didiknya, pewaris karya-karyanya. Mohon maaf aku belum bisa mewujudkan harapan papih. Selamat jalan papih…selamat jalan..semoga Allah memberikan tempat yang terbaik. Alfatihah…aamiin yaa robbal alamiin,” pungkas Een.Dalam catatan biografinya, Gugum Gumbira lahir di Bandung pada tanggal 5 April 1945. Mulai mengenal pencak silat sejak usia 7 tahun. Kecintaannya pada pecak silat semakin mendalam setelah ia mendapat bimbingan langsung dari ayahnya yang dikenal sebagai tokoh Pencak Silat.Gugum juga mempelajari tari Ketuk Tilu dari Bang Titil, Aki Sanudi, dan ibu Jubaedah. Pada tahun 1971-1973 Gugum mulai tertarik pada seni tari rakyat. Pada tahun 1974 Gugum menciptakan Tari Ketuk Tilu Perkembangan, yang kemudian berganti nama menjadi Jaipongan.Sebagai maestro tari Jaipongan, Gugum berhasil menciptakan tari dengan memasukkan unsur-unsur gerak tari Tayub, Ketuk Pilu, Pencak Silat, Topeng Banjet, dan Bajidoran. Karyanya sangat dinamis dan banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai tingkatan.Sebagai upaya mengembangkan karya Jaipongan, Gugum mendirikan Padepokan Jugala sekaligus studio rekaman dengan nama Jugala Recording pada tahun 1976, dan di tahun 1980-an tari Jaipongan dan musik jaipongan mengalami masa keemasannya di Jawa Barat. Tari Jaipongan karya Gugum begitu mengakar, hingga sampai saat ini masih tetap digemari dan tetap berkembang di masyarakat.Dari hasil pengamatan, hampir setiap bulan terutama di kawan Bandung Raya para pegiat tari Sunda senantiasa menggelar Pasangiri (Festival) Tari Jaipongan terutama untuk tingkat anak-anak. Bahkan tidak kepalang tanggung para orang tuanya sanggup membiayai uang pendaftaran, koastum, make up dan lainnya yang bisa dibilang “cukup besar” pada tiap ajang pasanggiri digelar.Kegeniusan Gugum dalam menciptakan tari Jaipongan telah memberikan gairah dan warna di dunia tari berbasis tradisi Sunda. Karyanya bukan saja disukai oleh masyarakat Sunda (Jawa Barat) dan suku-suku lain di Indonesia, juga masyarakat dunia pun menyambut hangat kehadiran tari Jaipongan.Selamat jalan sang maestro,  engkau abadi di alam baka sana. Semoga karyamu abadi di dunia, digemari dan digeluti sepanjang masa. *l HER-Biro Bandung