by Tarmidzi Yusuf
*”Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik.”* (QS. Al Hasyr: 19).
Skandal perampokan Jiwasraya tidak bisa diselesaikan sehari dua hari. Butuh waktu lama. Ulur sampai rakyat lupa. Sambil menghapus jejak. Sebuah skenario disiapkan menunggu memontum sampai rakyat benar-benar lupa.
Dugaan keterlibatan Jokowi dalam Jiwasratagate menjadi perbincangan publik. Konon aliran dana untuk Pilpres 2019. Rakyat makin curiga skandal ini bakal menguap ditengah-tengah lembaga penegak hukum pasif. Sementara  KPK telah diamputasi melalui revisi UU KPK No 19 tahun 2019.
Kecurigaan menguat ketika DPR dan partai politik tidak bersikap. Upaya garang dari DPR dan partai tak terdengar. Jangan-jangan uang 13,7 triliun jadi bancakan kekuasaan dan partai politik bekerjasama dengan pengusaha hitam. Perampokan Jiwasraya secara ‘berjamaah’.
Wacana pembentukan holding asuransi yang digagas Erick Thohir bukan solusi bagi kembalinya uang Jiwasraya 13,7 triliun. Apalagi defisit APBN makin besar. Darimana negara punya uang untuk bailout Jiwasraya 1 – 1,5 triliun? Utang ke China lagi? Tambah tergadai tuh negara.
Tipikal rakyat Indonesia mudah lupa dan mudah ditipu. Di _PHP_ kan sedikit langsung lupa. Rakyat dibombardir fulus. Lama-lama negara bangkrut karena defisit APBN makin lebar. Dibelokkan oleh media dengan isu baru.
Sementara kelompok tertentu dimanfaatkan untuk melawan bangsa sendiri, seagama pula. Benar-benar tidak punya harga diri. Melacurkan diri pada China kafir dan China komunis.
Ada pula seorang Menteri rangkap jabatan sebagai ‘Duta Besar’ China komunis. Masih berlagak ‘the real president’. Si kafir bermulut besar ini merasa jagoan. Saban hari yang dibela dan dipuji China komunis. Otaknya cedera oleh komisi investasi dan fee proyek. Amnesia beneran.
Ada pula yang ‘mematikan’ pembangkit PLN. Perlahan dan pasti PLN dibangkrutkan. Road maps jelas. Mulai dari masuknya proyek IPP (Independent Power Producer) milik aseng dan asing. Pembangkit PLN ‘tidur’ dipaksa beli setrum milik aseng dan asing. PLN kelebihan supply. Akhirnya pembangkit PLN mangkrak.
Seorang Menteri berucap, PLN cuma ngurusin distribusi dan transmisi. Pembangkit diurus aseng dan asing. Siap-siap rakyat menjerit. Tarif listrik bakal gila-gilaan.
Pembangkit listrik Jawa – Bali rawan disabotase. Contohnya sudah ada, kasus pemadaman listrik Jawa dan Bali pada Juli 2019. Otaknya cedera karena telah investasi duluan di proyek Pilpres 2019.
Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 hanya di kertas konstitusi tidak berlaku karena amnesia. Cedera otak tersumbal oleh uang haram.
 “…Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara…”.
Sementara pada ayat 3 Pasal 33 UUD 1945 bahwa ”Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Habis sudah BUMN Indonesia. Kita hanya jadi TKI di negeri sendiri ditengah ‘gempuran’ investasi dan intervensi China komunis.
Jiwasraya dirampok. PLN diamputasi. Krakatau Steel dan Garuda sekarat. Pilihannya ada pada kita. Diam atau bangkit. Terserah sama Anda jika masih peduli dengan Indonesia Raya atau Anda rela Indonesia bagian dari Indo China!
Bandung, 11 Jumadil Awwal 1441/6 Januari 2020.