Komisioner KPK Wahyu Setiawan yang terkena OTT dari KPK/IST

by Tarmidzi Yusuf

Presiden disandera Ketua Partai. Ketua Partai disandera Presiden. Presiden disandera jenderal merah. Jenderal merah bersekongkol dengan China dan Amerika.

Menteri, Gubernur dan Walikota/Bupati disandera kasus. Banyak kepala daerah barter kasus dengan pejabat lebih tinggi di atasnya. Dimainkan kasusnya atau mengikuti kepentingan elite tertentu.

Inilah salahsatu penyebab kenapa Indonesia yang merdeka hampir 75 tahun tidak maju-maju. Elite Indonesia saling sandera untuk agenda politik masing-masing bukan agenda untuk Indonesia yang lebih maju.

Berita terhangat sepekan terakhir ini adalah OTT KPK terhadap komisioner KPU Wahyu Setiawan yang melibatkan petinggi PDIP.

Dimainkannya kasus suap petinggi PDIP terhadap komisioner KPU kuat dugaan sebagai politik saling sandera.

Ada kekuatan politik tertentu melalui KPK ingin “menyandera” Megawati. Seperti pada era SBY lanjut ke periode pertama Jokowi, Megawati disandera skandal BLBI. Sementara SBY disandera skandal century.

Menariknya lagi Jokowi disandera Luhut Panjaitan. Sedangkan Luhut Panjaitan bersekongkol dengan China. Itulah sebabnya kenapa Jokowi tak berani ‘nendang’ Luhut Panjaitan dari kabinet karena kartu truft Jokowi dipegang Luhut Panjaitan.

Tak heran sejak Jokowi berkuasa Luhut makin ‘makmur’. Bikin tower pencakar langit di pusat bisnis Mega Kuningan Jakarta Selatan. Bisnis Luhut makin menggurita termasuk bisnis pembangkit listrik.

Kenapa ada kekuatan politik tertentu kembali ingin menyandera Megawati? Atau menyandera Jokowi? Ada agenda besar dan skenario politik yang akan dimainkan agar Megawati dan atau Jokowi tak berkutik. Sekali mendayung dua pulau terlampaui.

Betulkah demikian. Allahu A’lam. Wait and see.

Bandung, 17 Jumadil Awwal 1441/12 Januari 2020