JAKARTASATU.COM – Sebanyak 35 orang disabilitas netra dipaksa untuk meninggalkan Wiyata Guna, sehingga 14 Januari 2019 malam sebanyak 32 orang memilih tidur ditrotoar jalan di depan komplek Wiyata Guna Jalan Pajajaran, Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.
Sekitar pukul 9.30 wib, Rabu (15/01/2020) Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menemui mereka disabilitas netra yang menolak pengakhiran manfaat rehabilitasi dan vokasi di Balai Wyata Guna Bandung.
Pada kesempatan itu, Uu mengajak disabilitas netra untuk tinggal di UPTD Panti Sosial Rehabilitasi milik Dinas Sosial yang berlokasi di Cibabat, Kota Cimahi, menyusul empat siswa disabilitas yang sejak tahun lalu tinggal di sana. Ujar Uu Pemdaprov Jabar siap memenuhi segala kebutuhan mereka dan memenuhi fasilitas baik fisik ataupun program vokasi yang biasa mereka dapatkan di Balai Wyata Guna.
Uu menyebutkan, perubahan status Wyata Guna dari panti ke balai merupakan kewenangan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Sosial.
Kepala Dinas Sosial Dodo Suhendar menegaskan, sejak tahun lalu Pemdaprov Jabar sudah menyatakan kesiapan menampung penghuni Wyata Guna yang harus keluar karena masa rehabilitasinya berakhir. Bahkan pada 28 Oktober 2019, sudah ada serah terima peserta didik dalam sebuah MoU dan prasasti yang ditandatangani Kepala UTPD Panti Sosial dan Kepala SLBN A Kota Bandung disaksikan Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat di Jalan Cibabat, Kota Cimahi.
Papar Dodo, ada empat siswa SLBN A Kota Bandung yang pindah dari Wyata Guna. Keempat anak disabilitas semuanya tuna netra masing-masing Naufal, kelas 7 dari Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat; Rohib, kelas 12 dari Cirebon; Adit, kelas 10 dari Kabupaten Bandung, serta Deras, kelas 10 dari Kota Bandung.
Tegas Dodo, selama tinggal di panti rehabilitasi Cibabat, keempat anak ini tetap bersekolah di SLBN Jalan Pajajaran. Biaya antar jemput siswa sudah ditanggung Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat dengan menyediakan kendaraan pengantar dari Cibabat ke sekolah.
“Kami terus membujuk berulang kali penyandang tuna netra untuk mau pindah, namun mungkin teman-teman netra mempertimbangkan tentang aksesibilitas, kemandiriannya dan pelatihan-pelatihannya. Karena berbeda baik infrastruktur maupun program antara panti di Cibabat dengan yangg di Wiyata Guna,” pungkas Dodo.*l HER-Biro Bandung