JAKARTASATU.COM – Kota Bandung luncurkan program Obor Pangan Lestari (Opal). Sebuah upaya pemenuhan kebutuhan pangan khususnya gizi keluarga. Program ini merupakan perubahan dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dicanangkan Kementrian Pertanian.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengatakan, Opal seperti KRPL yang bertujuan untuk menyediakan berbagai kebutuhan pangan di rumah tangga dengan menanam sayuran di pekarangan atau halaman rumahnya masing-masing.
“Jadi di situ ada karbohidrat, protein, dan vitamin yang disajikan dalam bentuk sayuran, tanaman, ternak, ikan, dsb. Agar jadi solusi untuk memenuhi kebutuhan pangan, khususnya gizi yang jadi harus jadi perhatian semua pihak,” kata Gin Gin saat meresmikan Opal di Kantor Dispangtan Kota Bandung, Jalan Arjuna, Cicendo, Kota Bandung, Jumat (17/01/2020).
Menurut Gin Gin, Opal di kawasan Kantor Dispangtan tersebut merupakan percontohan. Ke depannya di wilayah lain juga mengikutinya. “Menjadi perhatian kami, bahwa rumah tangga atau kawasan lingkungan memiliki Opal seperti ini untuk memenuhi kebutuhan keluarga termasuk kebutuhan gizi, kesejahteraan, dan kesehatan,” jelas Gin Gin.
Tambah Gin Gin, Opal di Kantor Dispangtan tersebut menghadirkan banyak jenis tanaman, terutama sayuran termasuk obat, serta kombinasi dengan ikan dan ternak ayam yang kotorannya bisa dimanfaatkan secara simultan dengan konsep zero waste.
“Intinya semua jenis tanaman ada, padi juga jadi konsep pertanian terpadu. Nantinya mengombinasikan semua jenis pangan dari mulai padi, ikan, sayuran, ternak dalam satu kawasan. Opal model kecilnya yaitu pertanian terpadu itu,” ungkap Gin Gin.
Ketua Tim Penggerak Pembina Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bandung, Siti Muntamah merespon positif program ini. Ia menilai Opal bisa berkolaborasi dengan program Pemkot Bandung dengan zero waste-nya.
“Dengan hadirnya bahan pangan dari rumah sendiri, tentu saja pasti sehat, karena terlepas dari pestisida. Ini membuat keluarga sehat, terlebih kita juga punya isu nasional, yaitu stunting,” tandas Umi sapaan akrab Siti Muntamah.
Umi mendorong OPAL bisa dikloning sedemikian rupa, bukan sekadar sosialisasi, tetapi kerjasama juga harus dilakukan Dispangtan Kota Bandung dengan pihak lainnya.
“Kerja samanya tidak hanya stakeholder dan antar dinas, tetapi dengan TP PKK, Forum Kota Sehat, sekaligus dengan berbagai Organisasi dan Komunitas. Dispangtan pun harus didukung oleh pihak ketiga dari bagian ekonomi untuk menghadirkan Opal di setiap rumah dan keluarga, agar visi misi Wali Kota juga dapat tercapai,” pungkas Umi.*l HER-Biro Bandung