JAKARTASATU.COM – Vevey, Swiss, Nestlé baru saja mengumumkan bahwa mereka akan mulai beralih dari plastik baru (virgin plastic) ke plastik daur ulang yang aman bagi produk pangan. Kebijakan anyar itu disebut sebagai langkah untuk mempercepat pengembangan solusi pengemasan baru. Komitmen ini dikeluarkan menjelang pertemuan World Economic Forum yang akan berlangsung di Davos pada tanggal 21 hingga 24 Januari.
Menanggapi komitmen tersebut, Matthias Wüthrich, Juru kampanye Senior Greenpeace Swiss segera mengkritisinya.
“Sangat menggembirakan bahwa Nestlé akhirnya berkomitmen untuk mengurangi ketergantungannya pada plastik baru dan mengakui bahwa ketergantungannya pada plastik yang berasal dari bahan bakar fosil berkontribusi terhadap perubahan iklim. Namun, mengurangi plastik sekali pakai seharusnya tidak berarti bahwa Nestlé beralih ke solusi palsu seperti material daur ulang dan beralih ke material lainnya. Jika Nestlé ingin berhenti mencemari dunia, ia harus mengakhiri ketergantungannya pada plastic,” kritik Matthias Wüthrich.
“Komitmen Nestlé terhadap pengurangan merupakan sebuah langkah awal yang baik tetapi sangat penting perusahaan melakukan inovasi dan menginvestasikan USD 2 miliar untuk model bisnis baru, bukan hanya membeli plastik daur ulang. Nestlé harus memprioritaskan penggunaan kembali dan menghilangkan kemasan sekali pakai sekaligus, bukan malah mengandalkan daur ulang. Nestlé memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinan yang nyata dan kami mendorong perusahaan untuk fokus kepada upaya penghapusan semua kemasan sekali pakai,” imbuhnya.
Muharram Atha Rasyadi, Juru kampanye Urban Greenpeace Indonesia, turut memperkuat kritikan tersebut.
“Tahun lalu, Nestlé Indonesia mengumumkan komitmen penggunaan sedotan kertas untuk produk minumannya. Di tahun yang baru ini, perusahaan tersebut menelurkan sebuah komitmen baru, yang seharusnya memberikan angin segar bagi penyelesaian krisis sampah plastik. Sayangnya, komitmen terbaru Nestlé masih fokus pada daur ulang. Perusahaan seharusnya menyadari gerakan mengurangi ketergantungan terhadap plastik sekali pakai semakin menjamur di berbagai kota di Indonesia, dan perusahaan mestinya mulai ambil bagian untuk mengaplikasikan dan menyebarkan konsep penggunaan kembali dan isi ulang,” pungkasnya menyarankan.|WAW-JAKSAT