JAKARTASATU– Bagi Anda penggemar/penikmat masakan khas Timur Tengah di Jakarta, rasa-rasanya untuk “berbagi lidah” dengan masakan khas Maroko tak ada salahnya. Justru patut dicoba. Dan itu dapat Anda nikmati di Marrakech Cuisine, di Jakarta Selatan. Di di Jalan Wolter Monginsidi.
Marrakesh, dikenal sebagai “Mutiara dari Selatan” adalah kota di Barat daya Maroko di kaki Pegunungan Atlas.
Pemilik restoran Marrakech Cuisine, Maria Rotinsulu El Mourabiti, mengatakan, makanan Maroko saat ini banyak sekali diminati. Masakan ini memang mengandung unsur yang agak pedas, sehingga mungkin lebih mengena dan dapat diterima lidah orang Indonesia.
Mengapa membuka restoran Maroko? Ternyata Maria adalah warga Indonesia yang menikah dengan pria asal Maroko. Ia awalnya sering memasak makanan Timur Tengah karena sang suami kesulitan mendapat masakan autentik di Indonesia.
“Saya dan suami suka makanan Maroko, akhirnya kami membuat tempat ini karena menu autentik Maroko yang sarat dengan adventure dan long journey,” kata Maria yang mengaku belajar memasak selama dua tahun di Maroko ini, kepada wartawan di restorannya, Jumat, 24 Januari 2020.
Belajar dari resep-resep rahasia keluarga sang suami, Maria mendapat bimbingan langsung dari ibu mertuanya yang pandai memasak. “Orang bilang, masakan yang paling enak itu masakan ibu,” kata dia.
Ia lalu membagi ilmunya dengan chef Indonesia yang langsung bisa menguasai masakan autentik makanan Maroko dalam waktu dua bulan saja.
Selain masakan, Maria juga menyajikan nuansa suasana Maroko yang sangat kental lewat dekorasi maupun ornamen. Sehingga, ketika berkunjung ke restoran ini serasa pelesir ke Maroko meski sebenarnya berada di Jakarta.
Di Marrakech Cuisine menu yang disediakan merupakan menu tradisonal dan resep keluarga. Untuk menjaga rasa, Maria mengatakan bahan-bahannya ia datangkan langsung dari Maroko.
Menurut Maria, kuliner Maroko berbeda dengan masakan Arab atau Turki. “Maroko memiliki kuliner dengan rasa yang istimewa, karena tidak memiliki kemiripan sama sekali dengan Arab atau Turki,” urainya.
Masakan Maroko, lanjut Maria, sejatinya tidak mengenal nasi. Roti atau kentang merupakan pendamping menu utama di Maroko. Masakan Maroko simpel dan elegan.
“Maroko istimewa, karena negara itu bekas jajahan Perancis. Jadi kesan aristokrat dengan kuliner Maroko sangat kuat. Karena itulah saya menyajikan sensasi autentik,” ungkapnya.
Semua masakan Maroko di restoran ini disajikan dengan roti khas Maroko: Khoubez yang terbuat dari tepung Semolina. Lalu ada juga cabe Jalapeño yang biasanya ditambahkan untuk para pencinta pedas.
Sebagian besar masakannya juga menggunakan saffron dan minyak zaitun, serta dimasak memakai Tagine, pot yang terbuat dari tanah liat.
Kandungan dalam saffron mengandung nutrisi tinggi. Rempah ini berasal dari bunga Crocus sativa yang memiliki kandungan Mangan (Mn). Khasiatnya membantu menjaga kesehatan tulang, menangkal radikal bebas, maupun membantu dalam sistem metabolisme.
Begitu juga minyak samin atau mentega yang banyak ditemui di setiap masakan timur tengah, begitu juga Maroko. Khasiatnya untuk pencernaan, anemia mencegah penyakit jantung dan masih banyak lagi khasiatnya.
Menu lengkap tersedia mulai dari salad, sup dan menu utama. Pada main course atau menu utama tidak hanya nasi tetapi di sini juga tersedia roti khas ala Prancis bercita rasa rempah Maroko.
Menu Couscous by Fatimah El Baamri disajikan dengan ayam dan sayuran yang merupakan resep keluarga.
Couscous biasanya disajikan setiap Jumat di Maroko. Menu ini bisa disebut sebagai “nasinya” Maroko dan bisa disajikan dengan daging kambing atau pun ayam.
Restoran Maroko ini juga menyajikan menu masakan Timur Tengah yang sudah tak sing lagi di Indonesia, yaitu menu Nasi Biryani dan Nasi Mandhi.
“Jika tanggal 25 Januari diperingati Hari Gizi Nasional, maka tepat jika datang ke Marrakech yang masakanya menyajikan menu bergizi tinggi,” tuturnya.
Untuk memberikan nuansa hangat, Restoran Maroko ini juga menyajikan Lentil soup yang terbuat dari kacang-kacangan khas Maroko, begitu juga ada Loubia Baida terbuat dari kacang putih (haricot).
“Kalau di kita kenal dengan kacang merah, maka di Maroko ada haricot atau kacang putih, gizinya juga tinggi,” ungkapnya.
Marrakech Cuisine juga menyediakan teh dan kopi Maroko. Pada nous-nous coffee atau kopi setengah-setengah merupakan cara penyajian setengah kopi dan setengah susu yang sangat digemari di Maroko.
Sementara Moroccan tea adalah teh mint khas Maroko yang bisa dinikmati dengan gula atau plain (tawar).
Untuk Moroccan mix juice adalah jus yang banyak ditemukan di Maroko dengan campuran buah-buahan yang biasa digunakan di sana.
Maria yakin restorannya ini akan banyak diminati, karena kini tren yang terjadi di masyarakat Indonesia apa-apa serba Maroko.
“Sejauh ini respon teman-teman dan pengunjung yang datang ke Marrakech sangat positif dan mereka tertarik datang dan datang lagi, karena sensasinya autentik, Maroko banget,” kata Maria.
Diskon Khusus untuk Ormas Islam
Untuk mengenalkan masakan Maroko kepada umat Islam di Jakarta, Maria siap memberikan diskon hingga 10 persen untuk anggota yang memiliki kartu tanda anggota ormas Islam. “Dengan cara menunjukkan KTA ormas, maka secara otomatis akan mendapatkan diskon khusus,” ujarnya.
Alasan Maria memberikan diskon, agar umat Islam lebih mengenal cita rasa masakan Maroko yang ada di Marrakech Cuisine. Menurutnya, saat ini yang banyak terkenal masakan Arab, maka Maroko juga memiliki cita rasa tinggi dalam kuliner.
Selain bisa datang langsung ke restoran, penikmat masakan Maroko juga bisa langsung order atau reservasi melalui form yang telah disediakan di situs resmi bernama restoranmaroko.com. Hal ini untuk memudahkan penikmat masakan Maroko yang tidak sempat keluar rumah.
“Diskon untuk anggota ormas ini berlaku selama tahun 2020 saja, jadi silakan mencoba masakan khas Maroko, sembari menikmati alunan musik Maroko dan nuansa khas Maroko,” ujarnya. |RI-JAKSAT