Sup Kelelawar Buah (Kampret) yang menjadi kuliner populer di Wuhan/IST

JAKARTASATU.COM – Berdasarkan laporan terbaru Jones Lang LaSalle (JLL) dalam City Momentum Index, kota Wuhan  sebagai Ibukota Provinsi Hubei di China merupakan kota salah satu kota terdinamis nomer 13 di dunia. Namun tentunya bukan karena kesialan yang dibawa oleh angka 13 itu sehingga saat ini  kota tersebut harus diisolasi oleh Pemerintah China Tiongkok.

Pengisolasian ini terpaksa dilakukan oleh pemerintah Tiongkok karena Wuhan dianggap sebagai kota yang menjadi lokasi awal penyebaran virus corona yang dianggap sudah menyebar ke beberapa negara, sehingga membuat resah masyarakat dan pemerintah.

Karena itulah Badan Kesehatan Dunia atau The World Health Organization (WHO) tengah menganalisa apakah perlu untuk menetapkan status virus corona ini sebagai wabah kesehatan global atau tidak. Namun meskipun masih dalam analisa, WHO telah meminta pemerintah Tiongkok untuk mengambil tindakan tegas guna mencegah virus corona menyebar ke negara lain.

“Bukan hanya mengendalikan wabah tapi meminimalisir kemungkinan tersebar,” ujar Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dikutip Reuters.

Sebagai tindakan preventif, para peneliti terus meneliti dan menggali apa yang menjadi penyebabnya dan apa tindakan yang tepat untuk virus ini. World of Buzz, pada lamannya, Kamis (23/01/2020) menyebutkan Direktur Jenderal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Gao Fu, memiliki dugaan penyebar virus corona.

Gao telah menganalisa bahwa virus corona 70 persen mirip dengan SARS yang dibawa oleh kelelawar buah atau kampret. Virus corona hanya ada pada kampret. Dan Wuhan adalah daerah di mana sebagian  masyarakatnya menyukai sop kampret tersebut.

Karena itu, para ahli pun meyakini bahwa sup kampretlah yang diduga kuat menjadi biang kerok karena menjadi sarang bagi virus mematikan di Wuhan tersebut. Analisis terbaru para ilmuwan China menunjukkan virus ini ditularkan dari kelelawar/kampret ke ular dan kemudian ke manusia.

Kabarnya, sup kampret tersebut merupakan hidangan yang tidak umum namun sangat populer di Wuhan, lokasi epidemi virus corona tersebut.

“Kelelawar bisa jadi penyebar virus corona yang ada di Wuhan. Tetapi antara kelelawar dan manusia mungkin ada perantara yang tidak diketahui,” demikian bunyi pernyataan dari para ilmuwan yang diterbitkan di South China Morning Post.

Lebih lanjut, seorang peneliti senior di Institut Virologi Wuhan, yang menolak untuk dituliskan namanya, mengatakan temuan itu harus diperlakukan dengan hati-hati.

Selain kampret aatau kelelawar tersebut, juga muncul dugaan lain, bahwa ular, terutama ular krait dan ular kobra, juga menjadi sumber asli penyebaran virus corona. Ular krait China adalah spesies ular elapid yang berbisa dan ditemukan di sebagian besar China tengah, selatan, dan Asia Tenggara.

Di alam bebas, ular ini sering berburu kelelawar. Laporan menunjukkan bahwa ular dijual di pasar makanan laut lokal di Wuhan. Kewaspaan masyarakat harus ditingkatkan karena pemerintah China telah mengonfirmasi adanya sekitar 20 pekerja medis terinfeksi virus ini. Dipastikan korban bisa bertambah lagi. Karena itu para ahli virologi terkemuka memperingatkan akan ancaman adanya miliaran orang yang bisa berisiko terinfeksi ini. Semoga Indonesia bisa terbebas dari ancaman yang tengah mengemuka ini. |WAW-JAKSAT.