JAKARTASATU.COM – Masyarakat memiliki kedudukan dan peran penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan pariwisata. Maka, dalam kerangka perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan pembangunan kepariwisataan, serta mendukung keberhasilan pembangunan kepariwisataan, setiap upaya atau program pembangunan yang dilaksanakan saat ini sangat penting memperhatikan posisi, potensi, dan peran masyarakat sebagai subjek atau pelaku pembangunan.

Salah satu modal dalam pembangunan pariwisata penting pula mengkolaborasikan fungsi pemberdayaan masyarakat. Pelaku pengembangan desa wisata mesti sama-sama mendorong berbagai upaya untuk melestarikan dan memberdayakan potensi keunikan budaya lokal dan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di masyarakat yang cenderung mengalami ancaman kepunahan akibat arus globalisasi yang sangat gencar dan masuk ke pedesaan.

Mewujudnya Asosiasi Desa Wisata (Asidewi) merupakan bagian penting dalam membangun kesadaran kolektif, sebagai sarana pelaku wisata desa dalam memperkuat komunikasi dan pertukaran informasi terkait pengelolaan desa wisata.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asidewi Jawa Barat Maulidan Isbar mengatakan, merapihkan kampung adalah merapihkan hidup kita. Ketika desa kita rapih maka kita akan memiliki kehidupan lebih baik ke depannya.

“Becara Desa Wisata, kami inginkan Jawa Barat tidak lagi jadi objek tapi harus menjadi subjek sebuah gerakan nasional,” ujar Lidan saat dirinya dilantik sebagai ketua DPD Asidewi Jawa barat di Aula Barat Gedung Sate, Bandung (30/1/2020).

Menurt Lidan, industri pariwisata cukup menjanjikan dimasa yang akan datang, ketika batu bara sudah tidak ada, minyak bumi sudah tidak ada dan sumber energy lainnya sudah tidak ada, maka satu yang paling bisa diandalkan adalah industry pariwisata.

“Tapi industri pariwisata mengalami banyak kegagalan, menimbulkan konflik sosisal, menimbulkan kerusakan budaya, menjadikan ekonomi dan bangsanya menjadi kapitalis.Salah satu alternatif untuk melindungi ketahanan nasional yaitu peduli pada desa, kembali ke desa dengan merapihkan desanya untuk menuju bangsa yang bermartabat,” tandas Lidan.

Jelas Lidan, langkah yang ditempuh Asidewi dalam mengembangkan Desa Wisata adalah rekayasa sosial dan rekayasa fisik. Timnya akan lebih dulu mengutamakan rekayasa sosial agar masyarakat siap dengan konsep pembangunan, terutama karena Desa Wisata merupakan community based tourism. Sementara rekayasa fisik atau infrastruktur bisa berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan.

“Poin kami melaksanakan rekayasa sosial. Kami bisa terlibat memberi pelatihan, inkubasi, dan lain sebagainya,” pungkas Lidan.

Semetara itu, Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum menyatakan, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar menargetkan ada 30 Desa Wisata baru pada 2020.

Ungkap UU, selain mendorong sektor pariwisata, Desa Wisata sekaligus bertujuan meningkatkan ekonomi warga desa karena terlibat secara langsung. Fokus Pemda Provinsi Jabar kepada desa ini pun bagian dari upaya memajukan Indonesia. Pasalnya, desa adalah ujung tombak pembangunan sehingga salah satu indikator kesuksesan program pembangunan terwujud dari sejahteranya warga di desa.

“Wisata di Jawa Barat sedang dikembangkan secara maksimal. Di tahun 2020, Pemda Provinsi Jabar menargetkan hadirnya 30 Desa Wisata baru,” kata Uu saat menghadiri pelantikan pengurus DPD) Asidewi Jabar Periode 2020-2024.

“Kepengurusan baru Asidewi harus ngabret (berlari kencang) mengembangkan Desa Wisata. Kami ingin masyarakat maju dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada di desa. Promosikan destinasi wisata di Jawa Barat,” harap Uu.*I HER-Biro Bandung